Gerakan Mari Berbagi
  • HOME
  • ABOUT GMB
  • Board Members
  • Programs
    • Weekend's Talk >
      • Galeri Weekend's Talk
      • Video Weekend's Talk
    • YOUTH ADVENTURE & YOUTH LEADERS FORUM >
      • Panduan Pendaftaran YA & YLF 2023
      • Frequently Ask Questions (FAQ) YA & YLF 2023
      • Galeri YA & YLF
      • Video YA & YLF
    • HOMESTAY >
      • Galeri Homestay
      • Video Homestay
    • Quotes
  • Giving Back Programs
  • Stories
  • News

GMB; Mengorganisir Kebaikan

3/5/2015

 
Oleh: Edi Fadhil

Namanya Firdaus Noezoela, ‘Daus’ biasa kami memanggilnya. Daus adalah Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh. Hari ini saya bersama Daus mengantar dua sepeda sumbangan dari Gerakan Mari Berbagi Sepeda (GMB-S) yang digagas Andi Irawan (alumni GMB 2014) ke pedalaman Aceh Utara tepatnya ke Kecamatan Pirak Timu, berjarak sekitar 45 kilometer dari Lhokseumawe, yang merupakan tempat tinggal kami.

Setelah melewati 30 Km jalan beraspal dan 15 Km jalan berbatu kami menjumpai anak yang akan menerima sumbangan sepeda dari donator melalui Gerakan Mari Berbagi Sepeda di Desa Pucoek Alue. Satu sepeda 
sumbangan dermawan dari Australia dan satu lagi dermawan dari Jakarta.

Sebelumnya, Daus bersama beberapa temannya beberapa kali sudah menyalurkan sepeda dari GMB-S di beberapa kecamatan lainnya di Aceh Utara maupun di Bireuen dan Pidie Jaya. Bahkan Daus bersama jaringannya di beberapa media cetak dan media sosial menyebarkan informasi tentang kegiatan sosial ini dengan harapan bahwa jaringan kepedulian yang seperti digagas GMB-S akan bertambah. Benar saja! Satu hari setelah menyebar di media cetak dan media sosial ada kawan Daus yang tinggal di Australia tertarik untuk ikut bergabung dan menyumbangkan sepeda, kawan tersebut berjanji akan menyebarkan informasi ini di komunitas masyarakat Aceh di Canberra.

Lain halnya dengan Rahmadi M Ali, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh yang sehari-hari beraktifitas dari satu arena training ke arena training lainnya sebagai instruktur dan fasilitator di berbagai kegiatan penguatan kapasitas dan leadership. Melalui jaringan sosial, Rahmadi kenal dan berkomunikasi dengan Janu Muhammad, Alumni GMB asal Jogjakarta yang menggagas Omah Baca Karung Goni (sebuah model pustaka tingkat desa). Rahmadi mereplikasi apa yang dilakukan Mas Janu dan sampai tulisan ini ditulis (dua bulan sejak pertama kali Rahmadi memulai apa yang disebut sebagai “Rumah Baca Paya Bili”), Rahmadi sudah berhasil mengumpulkan ratusan buku serta menyelenggarakan pendidikan luar sekolah bagi anak-anak di kampungnya. Kepedulian terus berdatangan, bahkan dari luar negeri sekalipun.

Apa yang Rahmadi dan Daus lakukan hanya dua contoh dari lima anak muda lainnya, paling kurang yang penulis ketahui di Lhokseumawe dan Aceh Utara yang sudah melaksanakan kegiatan berbagi-nya sesuai dengan prinsip dasar; kerelawanan. Beberapa contoh yang saya paparkan di atas teman-teman lakukan setelah mengetahui mengenai Gerakan Mari Berbagi (GMB). Meski mereka hanya tahu melalui website dan roadshow GMB  yang pernah diadakan di Lhokseumawe, namun saya mengamati ada semacam ikatan yang menghubungkan antara anak-anak muda ini dengan para alumni dan visi GMB. 

Memang awalnya kegiatan anak-anak muda ini digagas dalam rangka persiapan mendaftar sebagai peserta GMB tahun 2015, namun saya berkesimpulan saat ini teman-teman ini sudah keasyikan dengan kegiatan berbaginya dan sudah tidak menjadikan target lulus sebagai peserta GMB menjadi yang utama. Saya tertegun ketika Rahmadi M Ali di suatu waktu menyatakan kepada saya “…… Bang Fadhil, hari ini saya nggak memikirkan lagi mengenai seleksi GMB 2015 bang! Andai saya tidak lulus di seleksi tersebut saya juga nggak masalah bang, Saya merasa apa yang diinginkan GMB dengan virus berbaginya sudah saya jalankan dan saya sangat puas bang! Jika saya lulus maka saya anggap itu bonus saja bang….”.

Maaf kalau saya tampilkan satu contoh lainnya. Bulan lalu saya bersama beberapa kawan menggagas apa yang kami namakan dengan Gerakan Mari Sekolah. Gerakan ini bertujuan untuk menghimpun kepedulian dari orang-orang untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin yang tekendala sekolahnya karena alasan ekonomi. Memang untuk bersekolah saat ini sangat murah bahkan gratis, namun faktanya di luar sana masih banyak adik-adik kita usia sekolah yang terkendala bersekolah karena hal yang sangat spesifik antar keluarga, namun sebagian besarnya karena alasan ekonomi. Misalnya karena ayahnya di-PHK, orang tuanya tidak lagi bisa bekerja karena menderita sakit berkepanjangan, anak yang harus membantu orang tua bekerja serta pekerjaan orang tua yang tidak memungkinkan menyekolahkan anaknya meski hanya untuk uang jajan untuk anaknya bersekolah karena di saat bersamaan ada beberapa anak lainnya yang juga bersekolah, serta masih banyak kendala lainnya di masyarakat yang akhirnya menyebabkan anak tidak bisa bersekolah. 

Ketika informasi ini kami sebarkan kepada beberapa orang, beberapa setelahnya transferan dana masuk ke rekening keluarga anak yang kami ingin bantu dan menariknya dari 21 orang yang saat ini menjadi donator/orang tua asuh untuk anak yang dibantu hanya satu orang saja yang kami kenal baik, lainnya kami tidak pernah kami kenal orangnya dan hanya berkomunikasi via media BBM, Email atau WhatsApp. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para donator ini untuk membantu, terbukti tiap bulan transferan terus masuk ke rekening anak/pengelola dana. Ini hal yang terkadang sukar untuk dipahami. Bagaimana mungkin seseorang membantu anak yang tidak dikenalnya serta dia juga tidak kenal jauh dengan fasilitator/pendamping yang menyalurkan dana tersebut ke anak yang bersangkutan. Namun, kenyataannya praktik tersebut sudah berlangsung dengan baik bahkan minat donator terus bertambah dengan indikasi bahwa donator selalu mencoba merekomendasikan gerakan sosial ini ke teman-temannya yang lain.

Untuk membantu ide agar gerakan ini lebih professional saya meminta saran teman-teman GMB bahkan nama dari gerakan ini pun; “Mari Sekolah” merupakan usulan alumni GMB. Saya merasa tidak sedang sendirian dalam menjalankan kegiatan ini. Selalu ada komunikasi dengan aura yang positif  setiap kali berinteraksi dengan teman-teman GMB baik itu melalui grup WhatsApp, milis maupun Facebook dan itu menjadikan semangat dalam menjalankan kegiatan sosial ini menjadi lebih kuat. Saya meyakini bahwa teman-teman lain yang mempunyai project sosial lainnya juga merasakan hal tersebut.

Saya melihat relawan GMB cukup rapi dan professional dalam mengelola kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh para alumninya melalui perangkat yang cukup sederhana. Dengan mengandalkan media sosial, jaringan komunikasi dan saling menyemangati antar para alumni/relawan. Selalu ada kakak Pembina GMB yang menjadi motivator serta memberikan ide-ide segar agar dari sisi pribadi alumni GMB makin meningkat kapasitasnya serta dari sisi program sosial bisa bertambah nilai kemanfaatannya. Bagi saya ini sangat menarik jika mencoba merefleksi kembali bahwa gerakan ini murni kerelawanan dalam arti bahwa setiap kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh relawan GMB tidak bermotifkan ekonomi dan tidak mendatangkan keuntungan secara materi bagi pelaksananya.

Namun begitu izinkan saya untuk mengingatkan kita semua, terutama para pelaku kegiatan sosial GMB untuk terus belajar pada berbagai kegiatan/gerakan/program pemberdayaan masyarakat yang selalu menjadikan aspek keberlanjutan (sustainability) sebagai tantangan utama. 

Keberlanjutan merupakan inti sekaligus tantangan utama dari program-program sosial baik yang dijalankan oleh pribadi/organisasi sosial/swasta bahkan pemerintah sekalipun. Tanpa keberlanjutan maka aspek dampak dari gerakan sosial yang dibangun menjadi tidak meluas dan dikhawatirkan tidak akan sampai pada tahapan perubahan perilaku masyarakat dampingan program seperti yang menjadi titik puncak dan harapan dari program program sosial.

Untuk konteks GMB, dengan mempertimbangkan akan kebaruan gerakan ini saya belum berpikir bahwa gerakan sosial yang dilakukan alumni GMB (minimal alumni angkatan 2012 dan 2014) akan tiba dalam level tersebut (perubahan prilaku masyarakat dampingan). Namun paling tidak ini menjadi tantangan agar kegiatan-kegiatan yang diinisiasi agar dapat direncanakan dan dikelola dengan baik agar kegiatan-kegiatan yang ada tidak hanya menjadi gerakan dadakan semata namun bisa meng-influence orang-orang lain untuk berpartisipasi atau mereplikasi hal yang sama. Paragraf ini terutama saya anggap sebagai pengingat dan sekaligus otokritik bagi gerakan yang saya sudah gagas.

Untuk hal ini saya ingat satu pesan kawan yang bekerja di Bappeda, katanya: “gagal dalam merecanakan sama dengan merencanakan kegagalan”, demikian pula sebaliknya. Rencana! Salah satu aspek saja dalam pengelolaan program namun sangat penting karena dari situ semuanya berawal.

Namun sangat optimis dan menganggap GMB punya modal untuk ini (keberlanjutan program yang digagas alumni). Paling kurang saya melihat ada dua potensi utama. Pertama; Para Pembina GMB adalah orang-orang yang sudah malang melintang di dunia international development dan Kedua; pola pengorganisiran dan koordinasi antar alumni yang sejauh ini saya menilai sangat baik dijalankan oleh para alumni itu sendiri secara mandiri.  Sederhana memang! Namun saya memandang bahwa bagi teman-teman alumni GMB yang dalam tingkat tertentu sudah ‘tercerahkan’ dengan visi berbaginya GMB maka hanya diperlukan stimulan-stimulan kecil antar sesama alumni melalui forum komunikasi yang di-maintenance dengan baik serta ide-ide dari para pembina maka saya optimis potensi yang tersimpan di para alumni akan lebih maksimal. Saling menyemangati dan berbagi, sebagaimana saya alami saat mengikuti kegiatan Youth Adventure and Youth Leader Forum 2014 lalu semoga akan terus bisa di praktikkan oleh teman-teman GMB.

Ikatan antar relawan/pembina/alumni GMB dengan bidang ilmu/pengalaman yang berbeda ini menurut saya sangatlah positif karena berbagai program sosial yang digagas oleh alumni yang beragam dan tidak berdiri sendiri. 

Meski berbeda, semua program tersebut menurut saya sejatinya saling terkait, ibarat sebuah lingkaran saling bersambung dan agak sulit menemukan dimana dimulainya. Dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan teman-teman alumni pada dasarnya mempunya spirit yang sama, spirit peduli dan berbagi karena itu menurut saya jaringan kerelawanan ini haruslah menjadi satu kesatuan dengan komunikasi/koordinasi menjadi kuncinya. 

Dalam skala yang lebih luas, di masa yang serba mengglobal ini, kita tidak lagi dapat melakukan suatu program, lebih-lebih penanganan suatu masalah, secara sendirian. Kita perlu berkomunikasi, bermitra, bekerja sama, menjalin dan mengambangkan sinergi, daya, dana, pikiran, dan kebersamanan dalam mengatasi berbagai kendala. Karena itulah jiwa kerelawanan penting dan lebih penting lagi bagaimana antar para relawan bisa saling terorganisir dan terhubung dengan pola komunikasi. 

Sehingga, mudah-mudahan tidak berlebihan jika saya ingin memodifikasi sedikit apa yang dikatakan Sir Francis Bacon bahwa “Pengetahuan adalah Kekuatan”, yang untuk konteks GMB kalimat masyhur tersebut saya rubah sedikit menjadi tersebut menjadi “Kebaikan dalam Berjaringan adalah Kekuatan bagi GMB”.

Terkait pentingnya kekuatan pengorganisiran (baca: koordinasi antar alumni dan Pembina GMB) saya jadi teringat salah satu kutipan menarik. Dalam term-Islam, Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA yang merupakan salah satu dari Khulafaurrasyidin (salah satu dari empat sahabat Nabi Muhammad SAW), beliau pernah berkata “Kejahatan Terorganisir akan Mengalahkan Kebaikan yang tidak Terorganisir”. Dalam konteks ini saya mengartikan bahwa bahwa kebaikan (baca: kepedulian, empati, berbagi) yang dilakukan oleh para relawan GMB telah mampu memberikan respon yang cukup baik atas Kejahatan (baca: ketidakpedulian, sikap egois, kebijakan yang tidak berpihak rakyat kecil, korupsi dsb) yang seakan menggejala belakangan ini.

Dengan proses “pengorganisiran kebaikan” yang lebih baik maka kita harapkan nilai guna dan manfaat GMB bagi masyarakat akan menuju paripurna.
​

Comments are closed.

    Archives

    March 2021
    June 2018
    October 2017
    June 2017
    March 2017
    January 2017
    December 2016
    June 2016
    April 2016
    March 2016
    February 2016
    January 2016
    November 2015
    March 2015
    February 2015
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    August 2014
    June 2014
    May 2014
    April 2014
    March 2014
    February 2014

AYO TETAP TERHUBUNG!

Fanpage

Gerakan Mari Berbagi

Twitter

Tweets by @GMBerbagi

INSTAGRAM


Copyright © 2016 GMB All rights reserved 
Site by Gerakan Mari Berbagi ​
 Jl. Setiabudi Timur III No. 28 Jakarta Selatan | Communication Officer: +62 81 283 450 600 (Naya)
  • HOME
  • ABOUT GMB
  • Board Members
  • Programs
    • Weekend's Talk >
      • Galeri Weekend's Talk
      • Video Weekend's Talk
    • YOUTH ADVENTURE & YOUTH LEADERS FORUM >
      • Panduan Pendaftaran YA & YLF 2023
      • Frequently Ask Questions (FAQ) YA & YLF 2023
      • Galeri YA & YLF
      • Video YA & YLF
    • HOMESTAY >
      • Galeri Homestay
      • Video Homestay
    • Quotes
  • Giving Back Programs
  • Stories
  • News