“…Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pramoedya Ananta Toer) Disudut kiri catatan harian tertulis bahwa hari ini adalah hari ke-16 saya berada di Canberra. Besok saya kembali ke Sydney dan berkumpul bersama seluruh para pemuka pemuda yang terpilih dari program ‘Gerakan Mari Berbagi’ Youth Leadership Camp (YLC) 2012. Begitu singkat rasanya waktu berjalan. Sebentar saja saya harus meninggalkan Canberra, meninggalkan hostfamily, dan meninggalkan semua pengalaman baru yang tak akan mungkin bisa dilupakan.
Terngiang ditelinga lagu “YLC yang tidak kulupakan…”, ah, saya harus menarik nafas sejenak. Kenang-kenangan selama di camp Gerakan Mari Berbagi berputar kembali diingatan. Saya coba mengingat-ingat kenapa saya bisa ada disana. Sekitar akhir maret saya dapat informasi lewat sms dari Fathun yang ternyata ketua panitia mengenai kegiatan YLC 2012. Dari deskripsi sms sepertinya menarik. Yang membuat saya tertarik adalah hadirnya narasumber-narasumber yang luar biasa. Pas sekali! Saat itu saya merasa sedang ‘kering ide dan gagasan’. Memimpin berbagai organisasi tapi sepertinya tidak ada terobosan baru. Mencari inspirasi dari berbagai narasumber adalah tujuan utama. Akhirnya saya putuskan untuk mendaftar. Itupun sudah hampir terlambat. Saya mendaftar digelombang kedua. Belakangan saya tahu bahwa ada reward homestay ke Australia bagi peserta terbaik. Ini makin menarik saja. Tapi yang paling surprise adalah peserta yang lulus seleksi dari seluruh Indonesia. Bahkan ada yang berkuliah diluar negeri. Luar biasa. Sangat kompetitif dan ini jarang dilakukan di Aceh. Seleksi tahap pertama penilaian profil pribadi dan penilaian essay. saya tercampak ke 20 besar. Wah, bukan sembarang orang yang ikut kegiatan ini. Satu minggu sebelum acara saya simpan dulu bacaan politik yang biasa menemani sebelum tidur. Saya bongkar kembali map-map pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, termasuk membaca kembali materi-materi pelatihan yang pernah saya buat untuk diklat OSIS SMA dan pelatihan kepemimpinan dikampus. Ini saya lakukan hanya untuk menyamakan “frekuensi”, ibarat sebelum bertempur maka harus ada latihan dahulu. Hari pelaksanaan kegiatan pun tiba. Yang bikin tambah semangat adalah ide besar Gerakan Mari Berbagi yang diluncurkan dipembukaan YLC 2012. Kata ‘gerakan’ seperti menjadi passworddalam hati dan pikiran saya. Kalau mendengar kata gerakan saya langsung bersemangat. Mungkin karena selama dikampus saya dicap sebagai “anak gerakan”, jadi apapun yang berbau “gerakan” tidak pas kalau saya belum ikutan. Hmm..ini memang tempat yang cocok buat saya. Mengenai kegiatan YLC 2012 sendiri, saya merasakan energi positif semenjak pembukaan sampai akhir jelang pengumuman. YLC 2012 menjadi pelatihan kepemudaan terbaik yang pernah saya ikuti. Alasannya? Karena panitia dan seluruh fasilitator telah mampu melejitkan seluruh potensi peserta. Itu tentu bukan pekerjaan mudah. Apresiasi paling tinggi saya berikan kepada seluruh narasumber,dewan juri terutama inisiator kegiatan. Karena baru kali ini saya tahu ada pelatihan dengan reward homestay keluar negeri dengan pertimbangan prestasi akademik dan kemampuan bahasa inggris mumpuni tidak menjadi syarat mutlak. Tapi penilaian didasarkan pada kualitas kepemimpinan dan pengabdian bagi sesama. Cara penilaian out of the box, benar-benar keluar dari pakem yang ada. Inilah tempatnya bagi para penggerak sosial, pendamping anak jalanan, aktifis gerakan, dan relawan kemanusiaan, dimana usaha mereka didengar, dihargai dan diapresiasi. Seluruh pengalaman usaha,upaya, manis atau getir, dibagi yang kemudian dapat menjadi inspirasi bagi yang lain untuk mengambil tindakan dan terus berbuat kebaikan bagi sesama. Itulah yang saya rasakan. Potensi melejit dan makin kaya dengan ide-gagasan. Saya simpulkan bahwa Gerakan Mari Berbagi YLC 2012 adalah obat mujarab bagi pemuda/i yang sedang galau, kurang motivasi, sedang patah hati, atau yang sedang kering ide seperti yang saya alami. Terpilih menjadi 10 besar tentu ada rasa bangga yang sekaligus memikul tanggung jawab besar. Karena pemuka pemuda yang terpilih diberi penghargaan ‘Pemuka Pemuda Berintegritas’. Sebuah kepercayaan yang harus dijawab dengan tindakan. Ini menjadi motivasi lebih bagi saya dan tentu saja para pemuka pemuda lainnya untuk makin bersemangat berbagi dan berbuat hal-hal baik. Sekarang adalah hari terakhir saya di Canberra. Saya ingat kembali bahwa perjalanan hingga sampai kemari tidak mudah. Butuh kekuatan tekad agar semangat dan motivasi tetap tinggi. Saya merasakan banyak hal yang luar biasa. Yang akan menjadi dusta apabila saya hanya menyimpannya sendiri. Maka dari itu saya menulis. Menulis untuk berbagi. Agar pengalaman-pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi yang lain. Agar catatan-catatan ini dapat menjadi kenang-kenangan terbaik selama 17 hari saya di Canberra. Dan agar saya tidak lupa, bahwa telah berjanji untuk tetap menjaga integritas, toleransi dan saling menghargai yang banyak saya dapat di Canberra, dimanapun nanti saya berada dan bekerja. Saya mengakhiri misi Gerakan Mari Berbagi di Canberra dengan rasa syukur yang luar biasa. Ini adalah sebuah perjalanan singkat, untuk jalan pengabdian yang panjang. Salam berbagi! Fauzan Febriansyah Alumni Youth Adventure & Youth Leaders Forum 2012 Participant of GMB Homestay Program 2012
0 Comments
Tentang YLC, baiklah akan ku ceritakan bagaimana program ini menjadi bagian dari hidupku dan telah mengubah segalanya tentang hidupku menjadi lebih baik. Program yang menghidupkan nafas disiplinku, menyalakan bara api mimpi-mimpiku, mewujudkan keberanian diriku dan mengantarkanku untuk pertama kalinya menginjak tanah Kangguru.
Aku memiliki banyak cinta disana, dan dipersatukan dengan orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidup mereka. “Hidup berawal dari mimpi” begitulah lirik nyanyian Bondan Prakoso. Namun, disinilah aku akan memulai kisahku bahwa bergabung di Youth Leadership Camp (YLC) bukan karena aku ingin ke Australia pada awalnya. YLC diadakan untuk semua peserta dari seluruh Indonesia dan kandidat yang akan berangkat ke Australia hanya dua orang. Aku meragukan kualifikasi aku untuk menjadi kandidat tersebut. Maka, aku putuskan bahwa aku harus berada di barisan YLC untuk belajar bersama orang-orang besar yang menjadi trainer kami disana. Aku lengkapi berkas administrasi menjelang detik-detik kantor Forum Bangun Aceh mau tutup di sore. Dua minggu kemudian aku melihat namaku lulus dan 91 nama peserta lainnya dari seluruh Indonesia. Aku periksa nama peserta yang lain satu persatu, ada yang kuliah di Thailand, India, Malaysia, Jakarta, Surabaya, Jogyakarta, Palu, Medan dan lainnya. Mereka kuliah di kampus-kampus yang hebat. Sambil menelan air ludah, hati deg-degan, nyaliku menciut menyaksikan nama-nama hebat yang akan menjadi sainganku itu. Maka, mantaplah niatku, bukan ke Australia tapi yang lebih penting bagaimana bisa belajar dengan baik selama training YLC dan bergaul sesama peserta dengan baik. Tuhan memberikan apa yang aku mau karena aku belajar dan bergaul dengan baik disana. Sederetan nama teman baru terekam dibenakku yaitu Yani, gadis pertama YLC yang menjadi temanku, Husnul gadis yang gila bicara dan tak pernah berhenti untuk berceloteh, Safril cowok yang bagus bahasa Inggrisnya ketika bicara, Sherly sosok gadis yang ku rasa dikenal oleh semua anggota YLC karena ia sering tampil dan aktif, Maya gadis yang selalu memberiku inspirasi, Dian cowok lucu namun kadang tingkahnya konyol. Aku selalu merindukan untuk berada di sampingnya dan teman-teman lain yang namanya selalu mengundang kerinduanku saat mengingat mereka. Disini aku percaya, bahwa Tuhan telah menempatkanku di tempat yang paling indah dengan seribu kisah di dalamnya. Tiap hari penuh dengan aktivtas, dan aku tau bahwa ternyata kandidat yang akan berangkat ke Australia adalah 10 orang. Hal itu diumumkan oleh Azwar Hasan setelah acara pembukaan. Dia inisiator dari program ini dan sosok yang sudah lama ku kenal semenjak aku aktif di beberapa NGO local di Aceh sebagai volunteer. Walaupun demikian, 10 orang kandidat itu masih membuat niatku bergeming. Seiring berjalannya detik-detik waktu, perubahan terjadi dengan cepat, satu hari bergaul dengan mereka membuatku mulai berpikir dan motivasiku bangkit. Mulailah aku berdoa kepada Tuhan tiap aku shalat “Tuhan bantulah aku untuk ikhlas mengikuti program ini dan dapat belajar dengan baik. Apapun yang menjadi keputusanMu di masa yang akan datang aku terima dengan lapang dada”. Doaku kepada Tuhan. Disamping tak pernah sedetikpun berhenti berdoa, masih ku ingat bagaimana otakku memutar kembali semua teori-teori yang pernah aku baca tentang mimpi seperti tentang hukum law of attraction bekerja dalam buku The Secret, teori Poulo Coelho dalam buku The Alchemist dikatakan bahwa “jika kamu menginginkan sesuatu maka seluruh dunia akan membantumu mewujudkan apa yang kamu inginkan”, lalu didukung dengan berbagai ayat Alquran yang memberiku inspirasi tentang prasangka baik kepada Tuhan dan janji Tuhan untuk mengabulkan doa hambanya, ditambah lagi man jadda wa jadda yang telah berhasil menghipnotis jiwaku saat mengikuti materi dengan Ahmad Fuadi, maka semangatku mulai terbakar. Hari pengumuman untuk kelulusan tahap kedua dimulai. Ku genggam erat amplop coklat yang di dalamnya berisi sertifikat ucapan selamat telah menjadi peserta YLC dan selamat untuk masuk intensif camp. Aku serahkan amplop itu pada Mardiansyah, teman yang paling ku cintai dan ku percayakan untuk membuka amplop sekaligus membacakan pengumuman lulus atau tidaknya aku. Masih ku ingat bagaimana kami berteriak bersama, saling memberi selamat, saling menggenggam tangan dan masuk ke dalam barisan keberuntungan peserta intensif camp. Intensif camp adalah masa yang paling bahagia bagi aku dan banyak peserrta ku rasa. Disini kami berjumlah 50 orang peserta dan seperti menggenggam surga kebahagiaan, aku melalui hidup yang bahagia walaupun hanya 3 hari namun disini kehidupan terbaikku dimulai. Kami dilatih fasilitator-fasilitator hebat, ada kak Dean, kak Wan Putra, dan kak Azwar yang selalu ada dan motivasi kami. Juga panititia-panitia luar biasa yang selalu memberikan pelayanan baik kepada kami semua. Aku memanjatkan doa yang berbeda di intensif camp. “Tuhan bantulah aku untuk melakukan segala aktivitasku di intensif camp dengan sangat baik. Berikan aku kesempatan untuk melakukan yang terbaik disini. Jika memang ke Australia adalah hadiah dariMu. Aku syukuri nikmatMu dengan ketulusanku”. Aku laksanakan shalat setiap malam sebelum tidur. Ku lafalkan kalimat “I have to go to Australia”. Kalimat ini menjadi matera aku setiap mau tidur sampai aku terlelap bersama mimpi-mimpi indahku sambil menyaksikan kangguru-kangguru berloncatan kesana kemari. Satu hal yang ku tahu, kini, malam pertama di intensif camp aku ingin berangkat ke Australia. Walaupun untuk lulus masih kecil kemungkinan. Namun, aku lakukan yang terbaik seperti doaku. Malam pengumuman tiba, nama 10 orang candidate yang akan berangkat ke Australia diumumkan dan dimulai dari huruf A. “Agustina, berasal dari Banda Aceh kuliah di IAIN Ar-Raniry”. Nafasku seperti terhenti untuk sejenak, aku benar-benar lulus. Aku tidak tahu harus berkata apa, karena Tuhan telah memberikan hadiah terindah dalam hidupku. “Aku mencintaiMu Allah dan aku syukuri nikmatMu dengan segala ketulusanku”. Agustina Peserta Youth Leadership Camp 2012 Sebenarnya, saat pertama sekali mendengarkan info tentang YLC dari teman dekat saya, awalnya saya sama sekali tidak tertarik. Apalagi YLC ini katanya merupakan latihan kepemimpinan. Saya fikir ini akan sangat membosankan. Apalagi biaya administrasi Rp 150.000,- Saya fikir, ini hanya akan buang-buang waktu, tenaga dan uang saja. Jujur, uang Rp 150.000,- mahal bagi saya jika harus membayar biaya administrasi untuk sebuah pelatihan kepemimpinan. Biasanya uang Rp 150.000,- cukup untuk biaya hidup saya sebagai anak kos-kosan selama 2 minggu. Sungguh naïf pemikiran saya saat itu dan sudah menjadi keputusan saya untuk tidak akan ikut kegiatan YLC ini dan saya yakin saya tidak akan menyesal. Itulah komitmen yang telah saya ambil pada saat itu. Kemudian, seiring berjalannya waktu, begitupun YLC ini semakin gencar dipromosikan, melalui sosial media facebook, dengan poster yang dikemas sangat menarik, keyakinan sayapun mulai goyah. Apalagi terdapat kata-kata 'Homestay' ke Aussienya. Australia is one of nations that I really want to visit.
Sejak semester pertama kuliah, sejak dosen-dosen saya gencar mempromosikan bahwa Aussie is the great one, saya mulai memimpikan berada disana. Saya fikir mungkin inilah kesempatannya! Saya tidak mau melewatkan kesempatan karena akan sangat pahit rasanya jika saya melewatkannya tanpa adanya usaha dari saya. Itu akan mengakibatkan galau yang berkepanjangan. Okay, setelah memikirkannya lebih matang, saya sudah punya keinginan untuk mengikuti YLC ini. Kemudian saya berfikir mengenai biaya pendaftarannya? waduhh Tuhan .. sulit, pada saat itu uang yang di rekening saya hanya cukup buat saya menjalani hidup sampai akhir bulan. Tidak mungkin sekali bagi saya untuk mengeluarkan biaya di luar biaya kebutuhan hidup pada saat itu. Karena jika saya lakukan, maka sudah bisa dipastikan hidup saya akan terhenti ataupun berfikir untuk mulai menimbun gunungan hutang?. Tidak, saya tidak mau menyulitkan diri sendiri. Kemudian berfikir, bagaimana kalau saya melobi mama saya. Saya yakin sekali mama saya akan mendukung. Tapi saya juga merasa tidak tega, setelah memang pada saat itu saya telah menghabiskan banyak sekali biaya untuk tugas akhir saya. Satu sisi saya memikirkan hal itu, tapi disisi lain saya juga berfikir, YLC ini great, dan saya yakin saya memang layak untuk mengorbankan uang Rp 150.000,- hanya untuk mengikuti kegiatan YLC ini. Akhirnya setelah berfikir panjang dan saat itu sudah hari rabu, sedangkan pendaftaran terakhir hari jum'at, saya akhirnya benar-benar menelepon mama saya. Pada hari itu, mama saya susah sekali di telepon. Tapi saya terus berusaha sampai haripun menjadi gelap, saya sempat berfikir untuk menyerah saja, tapi saya kembali berfikir, biasanya hal yang besar itu memang tidak mudah untuk didapatkan, dan YLC ini merupakan hal yang besar, dan saya yakin imbasnya akan besar kepada saya. Lalu, saya melanjutkan untuk menelepon mama. Setelah terus menelepon, akhirnya tersambung juga. Dan benar saja, mama saya lagi sibuk di rumah nenek karena lagi ada acara. Kemudian saya mulai mengutarakan keinginan saya. Singkat cerita mama luluh juga. Walaupun mama agak berat soal hadiah homestay ke Aussienya. Tapi akhirnya mama memberi izin serta memberikan uang tentunya. Setelah itu saya tidak berfikir panjang lagi. Langsung saja Curriculum Vitaenya saya isi, dan saya tidak peduli dengan suara-suara sumbang yang sedikit menggoda saya, walaupun pada saat saya mau menyerahkan uang pendaftarannya, saya masih sempat-sempatnya ragu. Tapi akhirnya saya tetap menyerahkan uang registrasinya. Maka jadilah saya mengikuti YLC. Saya semakin yakin bahwa saya tidak akan rugi mengikuti YLC ini, saat saya melihat background para pematerinya. Jujur sih banyak pemateri yang tidak saya kenal sama sekali, tapi dari sedikit penjelasannya, saya yakin ini adalah orang-orang besar, mungkin saya saja yang belum mengenal mereka. Tapi background experience nya itu loh .. awesome! Dan saya akhirnya bisa lulus juga di penyeleksian berkas. Alhamdulillah, hari pertamanya ikutan YLC di gedung ACC Sultan Selim, walaupun saya datang agak telat 5 menit, WOW! Orang-orang disini benar-benar sangat rapi, saya merasa seperti terdampar di sebuah perkantoran swasta, dan apa yang terjadi saudara-saudara, pada saat acaranya dimulai dan ada kesempatan bertanya, kesan sayanya adalah saat itu saya sedang berada di antara orang-orang yang hebat! Bayangkan, ada yang berasal dari Universitas Indonesia, Paramadina, Universitas Gajah Mada, dan Wilayah Indonesia lainnya, bahkan ada yang berasal dari Malaysia dan Thailand, walaupun mereka juga adalah mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di sana, tapi mereka saja bisa tertarik dengan YLC ini. Saya semakin merasa kalau keputusan saya berada di YLC ini tidak salah. Mereka juga benar-benar bersemangat apalagi saat sesi bertanya, sampai saya benar-benar tidak dapat sama sekali kesempatan untuk bertanya pada hari pertama dan kedua. Pada saat itu saya sempat berfikir, kalau para pesertanya terlalu hebat seperti ini, bagaimana saya bisa masuk 50 besar? Karena ilmu yang saya dapat pada hari pertama dan kedua diacara YLC ini telah berhasil membuat saya ketagihan. Ilmu yang hebat dan juga disampaikan oleh orang-orang yang hebat, juga di kelilingi para peserta YLC yang hebat, saya benar-benar merasa hebat. Disitu saya berusaha untuk menghibur diri, dengan menyampaikan ke diri bahwa, kalaupun tidak berhasil masuk 50 besar, ya ikhlas saja, setidaknya sudah menjadi orang yang hebat dua hari ini dan ilmupun bertambah. Tapi Alhamdulillah, saya berhasil masuk kedalam 50 besar. Saya senang sekali, karena kesempatan belajar masih belum selesai. Tetap harus 'mengosongkan gelas, terus belajar dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Pada saat memasuki Camp, saya belajar dan terus belajar. Dari mereka-mereka yang hebat, para pemateri, karakter teman-teman baru saya, semuanya, baik negatif maupun positif. Termasuk belajar tarian tor-tor. Karena selama hidup sampai umur 22 tahun sekarang, saya hanya bisa menari tarian likok pulo (Aceh), just it. Setidaknya setelah YLC ini tambah 1 lagi tarian yang saya kuasai. Pokoknya banyak sekali pengalaman saya disini yang bisa saya jadikan pembelajaran, dari hari pertama sampai hari terakhir. Lelahpun sudah tidak terasa lagi dan saya yakin pengalaman di YLC ini sangat berarti buat saya. Kalau soal homestay, mungkin belum rejeki saja. Paling tidak saya ikut bahagia menyaksikan teman-teman yang mendapatkan kesempatan ke Australia. Congratulation! Intinya ini sudah menjadi keluarga baru buat saya. Terima kasih semuanya, Kak Azwar dan kakak-kakak yang lainnya, teman-teman YLC, para pemateri, panitia, FBA, semuanya. I love you all dan “Mari Berbagi”. Wanti Nurdajidah Peserta Youth Leadership Camp 2012 Setelah selesai acara Youth Leadership Camp (YLC) 2012, aku menjadi lebih sadar arti berbagi. Ketika melihat kisah teman-teman di YLC yang sebelumnya mengikuti YLC saja sudah berbagi. Seperti Husnul khatimah bersama rekannya yang sudah mulai berbagi dengan cara mengajar anak-anak di daerah lambirah aceh besar dengan memberikan les (Pelajaran tambahan) gratis atau mendapat pelajaran selain di sekolah. Juga para fasilitator YLC yang rela meluangkan waktu dalam kesibukannya untuk berbagi ilmu kepada kami mulai dari Ratih Amri, Arief Suditomo, Ahmad Fuadi dan lainnya hingga sampai anak muda seperti Muhammad Iman Usman. Semuanya didasari oleh keinginan untuk saling berbagi dan tanpa dibayar sama sekali sewaktu memberikan materi yang luar biasa manfaatnya kepada kami. Saya juga salut kepada pencetus YLC Azwar hasan dan juga para panitia yang rela berjuang keras dihimpit dengan kegiatan kuliah yang sibuk dan pastinya sangat sulit menyamakan ide saat merancang kegiatan ini hingga pernah terdengar adanya sedikit pertengkaran di dalamnya. Tapi itu semua bisa teratasi dengan baik dengan adanya rasa ikhlas serta semangat untuk berbagi. Hingga kami mengerti arti berbagi itu sesungguhnya.
Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya karena berbagi tidaklah mesti mengeluarkan uang yang diperlukan hanyalah kemauan serta kemampuan masing-masing untuk berbagi. Di saat saya belajar ilmu ekonomi, dalam mata kuliah pengantar hukum dan etika bisnis bahwa modal itu ada 3 jenis yaitu uang, benda, dan skill. Modal sendiri adalah yang ku ambil intinya adalah harta benda (uang, barang, dsb) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu. Maka disini jelas kita berbagi pastinya ingin ada suatu yang dihasilkan baik itu demi kebaikan orang lain. Contohnya dalam hal modal tadi, jika orang berlebihan dalam hal ekonomi ia bisa berbagi rezekinya seperti bersedekah, membangun sekolah, memberi makan anak yatim dan lainnya. Berbagi tidak hanya bisa dengan uang juga bisa dengan benda seperti memberi buku-buku bekas yang tak terpakai, baju bekas dan lainnya yang masih bisa digunakan. Yang terakhir adalah skill (kemampuan) jika passion dan skill kita dalam bidang mengajar maka kita bisa mengajar anak-anak jalanan, dan anak pedalaman untuk menuntut ilmu. Jika passion anda dalam bidang perfilman maka anda bisa merekam kejadian di sekitar anda tentang lingkungan anda maka anda bisa membuatnya menjadi film dokumenter dan berbagi keadaan lingkungan anda kepada dunia via youtube. Promosi film bisa dalam bentuk promosi wisata, budaya serta keadaan yang memprihatinkan yang layak untuk diketahui orang banyak khususnya pemerintah. Atau bahkan kita bisa mengkombinasikan 3 modal yang kita punya antara uang, benda dan skill sehingga berbagi pun menjadi semakin sempurna. Berkat YLC juga aku menjadi sangat bersemangat dan makin bersemangat untuk terus berbagi apapun yang aku bisa. Saat ini kegiatanku adalah lebih kepada promosi budaya serta berbagai foto events (kegiatan) yang ada di Aceh. Terbentuklah Fanspage facebook Events In Aceh. Sebelum bergabung bersama YLC aku ingin sekali bisa mempelajari tarian Aceh, karena aku malu sebagai putra Aceh aku tidak bisa tarian Aceh bahkan aku sampai latihan sendiri melalui video yang ada di youtube. Video yang tersedia pun tidak begitu bagus kualitasnya dan yang latihan pun bukan orang asli Aceh. Aku juga mencari video tarian-tarian Aceh yang bagus di youtube untuk koleksi dan hiburan tersendiri, tapi tidak banyak. Akhirnya, dicampuri dengan cerita masa lalu tersebut dan rasa berbagi yang ku dapat dari YLC serta saat ini aku memiliki kamera yang ku dapat secara gratis dari suatu perusahaan, aku ingin memaksimalkan penggunaannya. Melalui events In Aceh aku mulai berbagi rutin setiap events yang ada di Aceh dan sempat terekam oleh kameraku aku meng-uploadnya ke fanspage tersebut. Tidak hanya sebuah foto melainkan video juga seperti tarian Aceh dalam suatu event aku pasti merekamnya jika sempat berhadir ke tempat tersebut. Karena menurutku tarian Aceh ini patut dikenal dan pantas untuk ditonton oleh orang banyak, jadi aku makin semangat dalam berbagi. Sampai saat ini aku berhasil merekam 9 tarian Aceh, dan 11 video events lainnya semua ku upload dalam bentuk high definition agar orang menontonnya ataupun mengunduhnya puas mendapatkan video dengan kualitas baik. Aku juga ingin terus merekam tarian-tarian aceh traditional maupun tari kreasi lainnya yang belum sempat terekam. serta berbagi info kebudayaan Aceh juga menyebarkan events-events Aceh yang akan mendatang. Setelah mempelajari semangat berbagi dari YLC dan aku juga mengaplikasikannya. Aku melihat kehidupan luar bahwa semua orang bisa berbagi melalui apapun cara mereka bahkan sampai yang tak terlihat sama sekali dan ku anggap itu suatu yang berarti untukku. Suatu hari aku pulang dari kampus melewati belakang lapangan tugu Unsyiah, aku melihat seorang bapak yang terlihat senang dan senyuman ikhlas sedang membersihkan labi-labinya (nama Angkot di Aceh). Walau aku hanya melihat tak sampai 10 detik aku mendapatkan makna yang mendalam ketika melihat bapak tersebut ikhlas dalam menjalani hidup dan mencintai apa yang ia kerjakan. Aku terus memikirkannya hingga saat ini, bahwa hidup ini tidak usah terlalu banyak mengeluh kita harus tetap terus “move on. Selagi kita berbuat di jalan kebaikan maka semuanya akan baik-baik saja baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Melihat semangat semua orang dalam berbagi dalam hal kebaikan baik dari mulai anak-anak, remaja, pemuda/i, dan orang tua. Semua orang dapat berbagi, semua orang dapat menginspirasi dengan cara mereka masing – masing. Bisa melalu prestasi, karya, tulisan, musik, film inspiratif, pendidikan, semangat, buku yang merupakan jendela dunia, serta masih banyak hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk berbagi. Selama itu positif dan dapat bermanfaat bagi orang lain, maka jalanilah secara totalitas dan terus berbagi. Mulai sekarang bagi siapa saja tak ada batasan lagi dalam hal berbagi, selagi itu menurut anda baik dan tak menyalahi aturan maka berbagilah karena tak ada batasan suku, ras, agama, dan umur dalam berbagi semuanya satu dan berfikir bahwa apapun yang kita bagi akan bisa bermanfaat bagi orang lain siapapun dia tanpa memandang status apapun. Selagi memiliki kesempatan untuk berbagi, maka berbagilah! Fadhil Ismi Peserta Youth Leadership Camp 2012 |
|