Kadang kita tidak benar-benar mengetahui apa alasan seseorang mau berbagi. Seperti weekend ini, misalnya. Iqbal Hariadi, storyteller di Kitabisa.com dan Farinia Fianto, Managing Director International Center for Islam dan Pluralism (ICIP), meluangkan waktu weekend-nya untuk menghadiri acara rutin bulanan Gerakan Mari Berbagi (GMB), Weekend’s Talk GMB Inspiring Series, Sabtu (2/4) di CX Pro Learning, Tebet, Jakarta Selatan. Datang dengan biaya sendiri, membawa makanan sendiri, pada saat hari libur pula, kira-kira apa yang membuat mereka tergerak? Bukankah menghabiskan waktu bersama keluarga lebih menggiurkan? Social Media for Social Change adalah tema yang diusung pada perhelatan GMB Weekend’s Talk bulan ini. Bukan tanpa alasan, pesatnya penggunaan sosial media serta dampaknya yang ditimbulkan bagi khalayak menjadi dasar tema ini diangkat. Media sosial bisa menjadi bermanfaat sekaligus merugikan pada saat bersamaan, tergantung cara menggunakannya. Sosial media seakan mengalami banjir informasi, mulai dari isu provokatif, sensitif, hingga edukatif datang bak air bah. Jika salah menggunakan, bisa saja membuat keretakan di masyarakat. Sebaliknya, jika digunakan dengan benar dan cerdas, jangan heran jika efek positifnya menjadi bermanfaat bagi perubahan sosial di lingkungan sekitar. Ciptakan “Jembatan” agar Terkoneksi Iqbal Hariadi bisa menjadi salah satu contoh orang-orang yang membuktikan bahwa internet dan sosial media berefek positif jika digunakan dengan tepat. Dalam acara GMB Weekend’s Talk, Iqbal—begitu ia kerap disapa, bercerita tentang Kitabisa.com. Pria yang kini bekerja menjadi storyteller di Kitabisa.com berbagi tentang bagaimana internet dan sosial media membantu orang-orang agar bisa berbuat baik. “Orang baik itu banyak sebenarnya, hanya saja tidak terkoneksi,” ujar Iqbal di awal presentasinya. Antusiasme peserta semakin terlihat ketika Iqbal berbagi tentang kampanye-kampanye sosial yang dilakukan di Kitabisa.com. Sebagian besar, konsep-konsep kampanye yang berhasil, menurut Iqbal, adalah konsep yang sederhana. Tidak muluk-muluk, tapi jelas sasaran dan apa yang akan ditargetkan dari kampanye yang dilakukan. Contohnya adalah kampanye yang berjudul “Ulang Tahun Ardian untuk Bintang”. “Saat ini sudah ada 12 campaign tentang ulang tahun dan tidak ada yang gagal.” Menurut Iqbal, ini bisa menjadi cara untuk memikirkan eksistensi diri sendiri sekaligus berbuat baik untuk orang lain. Pemilik kampanye sosial bisa merayakan ulang tahun sekaligus menolong orang sehingga ulang tahun pun menjadi lebih bermanfaat. “Jadi kita bisa melakukan dua hal dalam waktu bersamaan,” ujarnya menambahkan. Pada kesempatan yang sama, Iqbal juga berbagi tentang konsep online funrising. Topik ini menjadi sangat menarik mengingat banyak dari GMBers yang memiliki proyek sosial dan tentunya memerlukan uang untuk menggerakkan proyeknya. Pertanyaan pun membanjiri Iqbal pada saat dibuka sesi tanya-jawab. Di akhir, Iqbal memberikan tantangan kepada peserta yang hadir untuk membuat satu kampanye membantu orang di lingkungan sekitar. Peserta sangat antusias mengajukan idenya di hadapan peserta lain. Soni, misalnya. “Saya ingin membantu bapak yang menjaga mushola di FISIP Unpad, tempat saya berkuliah dulu, saya ingin beliin beliau sepeda,” kata Soni mengutarakan idenya. Serupa Iqbal, Farinia Fianto—atau yang akrab disapa Nia, juga memiliki cerita sendiri tentang sosial media. Bagaimana peran internet dan sosial media menjadikan Nia bisa melihat Indonesia dari luar negeri. Nia mengaku, semakin sering dirinya melakukan travelling ke luar negeri, semakin nasionalis dirasakan dirinya. Kendati pun jumlah peserta hanya lima belas orang, diskusi bersama Nia tetap menarik. Mulai dari pembahasan isu hate speech, postingan provokatif di media sosial, hingga isu fanatisme agama di media sosial yang berpotensi menyebabkan keretakan di masyarakat. “Media sosial itu hanya alat, jangan sampai ia menjadi satu-satunya tujuan. Intinya kembali tentang bagaimana kita menggunakannya,” pungkas Nia menutup sesi berbaginya kepada GMBers. Weekend’s Talk GMB Inspiring Series selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak GMB atau yang biasa disebut GMBers. Momen ini menjadi ajang untuk reuni, berbagi, dan melepas kangen sembari menambah ilmu dan jaringan pertemanan. Belakangan, acara ini juga dibuka untuk umum. Alasannya sederhana, GMB juga ingin menyebarkan ‘virus’ berbagi ini kepada orang-orang di luar GMBers. Kendatipun belum banyak pihak luar yang datang, acara ini tetap memberikan pengaruh positif bagi mereka yang telah datang. “Peserta yang tidak seberapa bukan menjadi kekhawatiran panitia, justru menjadi kekuatan menarik bagi peserta umum di luar GMB seperti saya. Saya jadi memiliki banyak kesempatan berdiskusi dengan peserta dan pembicara,” ujar Mu’azzatul Faridah, salah satu peserta umum yang hadir di acara ini. Senada dengan Mu’azzatul, Febi—salah satu peserta dari luar GMB juga memiliki kesan positif terhadap acara ini. “Diskusinya asik, semangat berbagi teman-teman GMB patut dicontoh. Gue semakin yakin kalau di dunia ini selalu ada dan banyak orang baik yang bisa bawa perubahan, meskipun dari hal kecil,” ujar Febi yang baru pertama kali menghadiri acara ini. Semoga virus-virus berbagi kelak tersebar di tanah air ini, secara merata kepada setiap masyarakatnya. Semoga. Diana Pramesti Alumni Youth Adventure & Youth Leaders Forum 215
0 Comments
|