SETELAH sebelumnya mendapat kehormatan untuk sharing pengalaman mengenai post-program activities ke delegasi Australia-Indonesia Youth Exchange Program, Gerakan Mari Berbagi (GMB) kembali mengisi pelatihan pembekalan bagi pemuda-pemudi di delegasi Indonesia-Korea Youth Exchange Program (IKYEP) 2014.

Dalam sesi pelatihan di Wisma PP-PON Cibubur, Minggu (26/10), GMB membagikan pengalaman tentang implementasi program sosial yang digagas dan dilaksanakan oleh para pemuka-pemuda di dalamnya, yang disebut 

BANK Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan Gerakan Mari Berbagi menjajaki potensi kemitraan untuk memaksimalkan Program Dayakan Indonesia yang kini menjadi salah satu fokus BTPN. Potensi kerjasama ini dibahas dalam pertemuan kedua pihak pada Kamis (16/10).

Derry Afifuddin, Communication and Activation Head BTPN, mengatakan Dayakan Indonesia memiliki misi yang selaras dengan Gerakan Mari Berbagi. Dayakan Indonesia merupakan program BTPN yang langsung menyentuh komunitas, di antaranya dengan pemberdayaan masyarakat pensiunan melalui kewirausahaan.

“GMB juga berisi para pemuda-pemudi Indonesia yang berbagi dengan melakukan hal-hal positif bagi lingkungan atau komunitasnya. Di sini, ada keselarasan. Karena itu, kita mencoba melihat kemungkinan untuk kemitraan,” ujar Derry, yang didampingi Daya Strategic Partnership Manager Imma Dienia Eksa, dalam pertemuan di Kantor Pemasaran BTPN di Rasuna Said, Jakarta.

Inisiator GMB, Azwar Hasan, mengatakan secara umum social project yang dilaksanakan pemuka-pemuda memiliki potensi besar untuk disandingkan dengan Dayakan Indonesia. Misalnya, sebut Azwar, pembinaan wirausaha oleh peserta Youth Leader Forum GMB di Semarang.

“Social project GMB yang di Semarang saat ini sudah berhasil dalam pendampingan komunitasnya. Di sana, komunitas petani didampingi sudah menghasilkan produk tepung ketela yang siap dipasarkan. Ini sangat potensial untuk diselaraskan dengan Dayakan Indonesia,” kata Azwar.

Selain itu, ia menggagas agar BTPN terlibat lebih jauh dalam kemitraan dengan GMB. “Dalam Youth Leaders Forum di GMB, kami mendidik para pemuka pemuda dengan banyak hal, salah satunya financial literacy. BTPN bisa masuk dalam sesi-sesi di kelas Youth Leaders Forum untuk meningkatkan para pemuda-pemudi mengenai financial literacy,” ujarnya.

“Ini akan menjadi kemitraan yang strategis, terutama untuk tujuan memberdayakan masyarakat kita melalui nilai-nilai berbagi,” kata Azwar lagi. (*)

LIFE is a two sided coin. You receive and you give. Since retiring from a career in management in the finance and insurance industry, the "receiving" side, I decided to get involved in the "giving" side of life and joined an Australian government agency called Australian Business Volunteers (ABV).

Over the past seven years, I have been fortunate enough to visit countries such as PNG, Solomon Islands (twice) and Indonesia (three times) undertaking volunteer assignments. It was during one of the Indonesian assignments that I had the opportunity to be introduced to a youth leadership program that was in its infancy and looking for people with leadership skills and experiences to become involved. The organization is known as GMB - Youth Leadership Program of Indonesia.

The objective of GMB is to identify, educate and develop leadership skills in the youth of Indonesia. I have been privileged to be invited back to Indonesia to participate in this YLP program, purely on a volunteer basis. The experience is truly uplifting, awe inspiring and rewarding for all concerned. The young leaders and the volunteers who work with them complete a two week "workshop" where there are both learning and practical sessions in which everyone participates. These young leaders also get the opportunity to travel to foreign counties, such as Australia and Japan, to gain exposure and experiences in other cultures, life styles, political and religious structures and beliefs through what is called the Homestay Program.

Being part of the volunteering in both Indonesia and back home in Australia through the Homestay Program has been a fulfilling experience for me and my wider family. We have had the opportunity to learn about, understand and to respect the values, beliefs and aspirations of these young people whose lives are charged forever as a result of the total experience.

Richard Cronin
Australian Volunteer of GMB

Di dalam perjalanan Youth Adventure  GMB ini, Tuhan mempertemukanku dengan kehidupan. Aku sudah hampir lupa bahwa aku pernah berharap ingin mati. Berkali-kali. Jika memang suatu saat nanti aku harus mati, maka aku tidak boleh mati sebelum berbagi"
FATHIN DINNI INAYAH, Mahasiswa Universitas Indonesia Jakarta, YLF 2014

"Selama ini, dunia saya terlalu monoton dan hanya menjadi pemuda pasif. Pemuda yang tidak terlalu peduli dengan berbagai permasalahan yang ada. Namun, sejak mengikuti YLC ini, hati saya semakin tergerak untuk terus berkontribusi bagi lingkungan sekitar.”
RESHA SAFITRI, Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, YLC 2012

“Yang paling saya sukai di YLC, mendengar mimpi mereka, menceritakan mimpi saya dan menceritakan mimpi kami bersama ke depan. Apa yang 

SETELAH kelulusan untuk homestay program diumumkan akhir Juni lalu, 15 pemuka pemuda Indonesia dari Youth Leaders Forum 2014 Gerakan Mari Berbagi kini bersiap menyongsong tahapan baru dalam hidup mereka. Pada 6 November nanti mereka akan berangkat ke Jepang dan Australia. Apa saja persiapan yang dilakukan 15 “manusia di atas rata-rata” ini? Menarik disimak.

Bagi para pemuka pemuda terpilih dari GMB, tiga bulan lebih waktu yang tersedia terasa singkat. Ada banyak hal yang harus dilakukan dalam rentang waktu ini, mulai dari pekerjaan, perkuliahan sampai kegiatan berbagi dalam proyek sosial masing-masing. Mereka juga mulai menyusun agenda besar; Youth Adventure dan Youth Leaders Forum 2015. Belum lagi homestay program yang harus dipersiapkan dengan runut dan detil.

Khusus untuk persiapan homestay, kesibukan para pemuka pemuda dimulai dengan menyusun timeline kegiatan dan perencanaan kegiatan selama berada di Jepang dan Australia. Ini tidak dilakukan asal-asalan. Mereka harus berkoordinasi dengan country representative untuk menentukan pilihan kegiatan. Perencanaan juga meliputi itinerary perjalanan; dokumen, logistik, transportasi dan akomodasi. Setelah perencanaan rampung, para pemuka pemuda ini kemudian harus berkoordinasi dengan sesama anggota delegasi.

Inisiator Gerakan Mari Berbagi, Azwar Hasan, mengatakan perencanaan yang runut dan detil untuk persiapan homestay program ini menjadi hal penting. Sangat penting. “Dengan perencanaan yang baik, homestay program akan menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup. Tanpa perencanaan yang matang, waktu di sana akan terbuang sia-sia dan tidak akan banyak pelajaran yang bisa diambil,” katanya.

Apa saja persiapan yang dilakukan? Delegasi Australia sejak jauh-jauh hari sudah merencanakan dan memasukkan apresiasi seni dan budaya Indonesia (cultural performance) dalam agenda homestay program. Mereka akan tampil dalam pentas yang akan disediakan di sela Leadership Camp di Brisbane. Selain, tentu saja, kegiatan prioritas seperti courtesy call, berbagi dengan komunitas lokal di Australia (community service) serta observasi ke lingkungan akademik dan birokrasi. Untuk persiapan, delegasi Australia bertemu setiap akhir pekan. Mereka berlatih bernyanyi dan menari dan mengadakan rapat untuk membahas persiapan keberangkatan.

Koordinasi dilakukan bukan hanya dengan sesama peserta dan volunteer, tapi juga dengan host family di Australia. Komunikasi jarak jauh, melalui email dan telepon, dilakukan para pemuka pemuda dengan keluarga yang akan menerima dan memfasilitasi secara sukarela. Para keluarga ini ada di Gold Goast, Brisbane, Sydney dan Canberra.

Delegasi Jepang juga sangat baik mempersiapkan keberangkatan. Di bawah koordinasi langsung dengan country representative Dede Prabowo, enam pemuda-pemudi memutuskan untuk terlibat dalam satu kegiatan besar di Tokyo, Youth Expo 2014. Di sana, para representasi GMB juga akan memperkenalkan seni dan budaya Indonesia. Beberapa produk lokal berkualitas tinggi akan diperkenalkan ke publik Jepang. Dan, mereka nantinya akan tinggal di beberapa keluarga di Tokyo dan Kyoto.

Bukan hanya peserta, volunteer juga penuh kegiatan dalam mempersiapkan keberangkatan para pemuka pemuda. Mulai dari penyusunan timeline, komunikasi dengan country representative di Jepang dan Australia, courtesy call dengan kedutaan, audiensi dengan para dewan pembina Gerakan Mari Berbagi, hingga pembekalan pra-keberangkatan.

Inisiator GMB, Azwar Hasan, misalnya. Ia berkoordinasi dengan para dewan pembina untuk menyusun agenda audiensi dan courtesy call. Hasilnya, para pemuka pemuda peserta homestay mendapat kesempatan untuk diskusi dengan Wakil Menteri PAN-RB Republik Indonesia Eko Prasodjo, CEO PT. Vale Indonesia Tbk Nico Kanter dan pertemuan khusus dengan Duta Besar Autralia untuk Indonesia Greg Moriarty.

Dede Prabowo, volunteer sekaligus country representative GMB di Jepang, sibuk menyiapkan keberangkatan delegasi ke Tokyo dan Kyoto. Ia berkoordinasi dengan rekan-rekannya dan host family untuk memastikan perjalanan para pemuka  pemuda Indonesia ke sana akan menjadi istimewa.

Begitu juga Matthew Mercer di Australia. Ia sibuk bolak-balik ke empat kota besar, dari Gold Coast hingga Canberra, untuk berkoordinasi dengan para keluarga yang akan memfasilitasi homestay program. Matt dibantu volunteer senior Richard Cronin yang sudah lama bergabung dalam Gerakan Mari Berbagi.

Di pekan-pekan terakhir ini kesibukan untuk persiapan homestay program semakin memuncak dan seru. Menyenangkan, sekaligus menegangkan. Para delegasi sudah merampungkan semua persyaratan keberangkatan, mulai tiket transportasi hingga dokumen untuk aplikasi visa. Semakin seru saja, apalagi di pekan-pekan depan para pemuka pemuda ini mulai sibuk dengan logistik.

Ayo semangat…!