Minggu, 30 Maret 2014 bertempat di Pancoran Buntu rekan-rekan dari Gerakan Mari Berbagi (GMB) datang ke rumah baca adik-adik binaan Madani Comunity (Madcom). Mereka datang dengan semangat berbagi yang ingin mereka tularkan kepada kami semua. Hari ini, dari sekian banyak program yang diusung oleh Gerakan Mari Berbagi (GMB) salah satu diantaranya mereka berbagi gunting kuku. Apakah ada yang penting dari gunting kuku? Saya sempat bertanya kepada Tri Handoko salah satu volunteer dari GMB apa pentingnya acara ini. “Selama ini kita hanya tahu bahwa kita harus gunting kuku agar kuku terlihat bersih dan rapi. Namun, banyak diantara kita yang belum tahu bahwa penggunaan gunting kuku itu tidak boleh bersama-sama alias satu gunting kuku untuk satu orang” tutur mahasiswa USBI yang biasa disapa Doki. “Emang kenapa harus kaya gitu?” tanya saya karena penasaran. “Jika Penggunaan gunting kuku secara bersama-sama, bisa menyebabkan penyakit Hepatitis dan AIDS” “Saat gunting kuku juga harus hati-hati, jangan sampai luka dan berdarah. Kita harus tahu bagaimana cara menggunting kuku yang baik dan benar. Jangan sampai terlalu pendek dan mengenai daging. Juga harus diperhatikan, jarak antara daging yang masih menempel dengan kuku. Penting, gunting kukulah seminggu sekali. Nah hari ini kita ingin berbagi ilmu dan keceriaan bersama adik-adik di pancoran buntu ini”. Ucap Doki. Acara dimulai sekitar pukul 10 oleh Mumu sebagai MC, volunteer yang saat ini sedang kuliah di USBI dan bergabung di Kammi Madani. Mumu mempersilahkan Bapak Edi ketua Ikatan Pemulung Indonesia kawasan Jakarta Selatan. Pak Edi menceritakan harapan-harapan beliau untuk memajukan taraf hidup adik-adik yang tinggal di Pancoran Buntu. “Kami mohon maaf kepada Bapak dan Ibu serta adik-adik dari Gerakan Mari Berbagi jika penyambutan dilakukan di tempat ini. Kondisi panas dan tak ada tempat duduk. Mohon dimaklumi” ungkap pak Edi penuh rendah hati. “Bapak dan Ibu pasti sudah melihat bahwa kami tinggal di daerah yang kumuh. Rumah kami kumuh. Namun, saya berharap hati kami tidak pernah kumuh seperti tempat tinggal kami. Dan semoga kami bisa menjadi lebih baik” Jelas Pak Edi. “Di daerah ini banyak sekali adik-adik. Ada sekitar 120 anak. Dari jumlah itu hanya sekitar 90-an anak yang bisa sekolah. Memang, bukan hanya faktor ekonomi yang menjadi kendala. Tapi faktor ekonomi menjadi faktor utama kenapa adik-adik disini tidak bisa sekolah. Penghasilan orang tua mereka sebagai pemulung memaksa mereka tidak bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Semoga dengan hadirnya rekan-rekan disini dapat memberi kebahagiaan yang berarti bagi mereka.” tutur pak Edi panjang lebar. “Perlu Bapak dan Ibu tahu juga, disini Alhamdulillah sudah ada yang jadi sarjana walaupun orang tuanya pemulung. 4 orang tahun lalu jadi sarjana, tahun ini insya Allah 2 orang juga akan diwisuda, semoga semakin banyak lahir adik-adik terdidik di daerah kami sehingga kami tidak kumuh lagi”. Jelas pak Edi penuh semangat. Penuturan panjang pak Edi kemudian disudahi, dilanjutkan sambutan dari Pak Imam. Beliau dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). “Saya merasa bahagia bisa berada di sini. Bertemu dengan adik-adik yang hebat dan luar biasa. Apa cita-cita kalian semua?” Tanya pak Imam mencoba berkomunikasi dengan adik-adik. “Ingin jadi polisi” “Jadi pilot” “Jadi tentara” “Jadi koki, punya restoran gede” Jawab adik-adik antusias. “Siapa yang mau jadi presiden” Tanya pak Imam. “Saya” Jawab anak kecil di samping saya sambil mengacungkan tangannya. Acungan tangan yang tinggi dan optimis. “Siapa nama kamu?” tanya pak Imam “Habibie” Jawabnya polos. Sontak tepuk tangan riuh sebagai support dan lantunan amin terdengar dari semua yang hadir. Selain itu, ada juga diantara mereka yang ingin bercita-cita menjadi Gubernur DKI Jakarta. Semoga mereka semakin giat belajar dan berdoa agar tercapai cita-citanya. Amin Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pembagian kelompok. Mereka dibagi atas 10 kelompok dengan jumlah perkelompok adalah 5-10 anak ditambah satu orang LO yang akan mengawasi mereka. Kemudian, adik-adik yang telah dibagi kelompok diajak untuk keluar dan bermain. 5 pos permainan disediakan yang masing-masing dijaga oleh para volunteer. Kehebohan selalu terjadi, keceriaan, canda tawa, suka cita, menghiasi wajah mereka. Sulit memang untuk mengawasi mereka. Adik-adik TK butuh pengontrolan dan tingkat perhatian yang lebih dari adik-adik yang sudah SD. Jenis permainan yang disuguhkan juga harus domodifikasi jika kelompok yang datang anak TK. Mereka masih terlalu kecil dan sangat polos. Bahkan saat bermain ‘gigi sendok’ yang diestafetkan ke teman lainnya mereka sangat kesulitan untuk menjaga sendok tetap berada di mulut mereka. bahkan ada yang berkata, “Sakit kak”. Para volunteer juga diajari untuk selalu fokus pada keinginan dan keluhan mereka. Adik-adik TK saat baru bermain mereka sudah kehausan. Terlihat capek, tapi hebatnya mereka selalu bersemangat. Permainan asik di semua pos harus dihentikan karena tiba-tiba gerimis. Adik-adik itu diajak masuk ke dalam rumah baca madcom. Mereka disuruh duduk sambil diajari cara cuci tangan yang benar. Para volunteer yang sebelumnya telah dilatih oleh para dokter cara cuci tangan yang baik dan benar langsung mengajari ilmu tersebut kepada adik-adik. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Pemberikan pujian kepada mereka yang berhasil mencontohi cara cuci tangan yang baik juga sangat diperlukan agar tetap menjaga semangat mereka. Setelah pelatihan yang singkat, adik-adik diajak ke musholla. Bukan untuk sholat, tapi untuk cuci tangan setelah sebelumnya berkotor-kotoran. Saatnya praktek ilmu yang baru saja diterima dari kakak-kakak. Setelah mencuci tangan adik-adik diajak makan. Bekal yang sebelumnya telah dikumpulkan oleh volunteer dibagikan. Tapi, namanya juga adik-adik. Ada-ada saja tingkah lucu mereka. ada yang tidak membawa makanan, saat diberikan makan untuk makan bersama dia tidak mau. Tapi karena dengan sabar diajari semangat berbagi, maka mereka mau makan bersama. Perut sudah terisi. Tenaga sudah penuh. Saatnya melanjutkan kegiatan. adik-adik diajak kembali ke rumah baca. Mereka masih duduk dalam kelompoknya. Agenda selanjutnya adalah mereka disuruh untuk membagikan gunting kuku kepada masyarakat sekitar. “Salam dulu, trus dikasih ya gunting kukunya” ucap kakak volunteer mengajari adik-adiknya cara memberikan gunting kuku. Ditemani kakak-kakak mereka menyebar untuk membagikan gunting kuku yang sebelumnya telah disediakan. Panas memang, secara saat itu pukul 1 siang. Tapi itulah adik-adik. Walaupun masih terhitung sangat kecil secara usia, tapi semangat mereka layak diacungi jempol. Mereka membagi semua gunting kuku yang diberikan kepada masyarakat sekitar. Langkah kecil untuk kebersihan dan kesehatan diri. “Satu gunting kuku untuk satu orang”. Selesai dengan tugas membagikan gunting kuku. Adik-adik diajak ke rumah baca. Ada pengumuman dan pembagian hadiah untuk adik-adik yang paling bersemangat dalam kegiatan ini. Setelah itu acara ditutup oleh MC. Sebelum pulang mereka dibagikan rapor untuk mengontrol rutinnya mereka mengunting kuku selama 21 minggu. Artinya aksi ini akan terus berlanjut. Bukan untuk membagi gunting kuku, tapi bagaimana dampak dari kegiatan ini. Senyum, tawa dan suka cita saya rasakan bisa berada di komunitas ini. Bertemu teman-teman yang dengan ikhlas mengorbankan waktu, tenaga, materi untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Selain itu, menumbuhkan kebiasaan bersih itu penting, karena kebersihan sebagian daripada iman. Semoga acara ini bukan hanya berarti bagi kita, tapi juga bagi semua. Gerakan Mari Berbagi (GMB). Berbagi semangat dalam kerja nyata dengan keikhlasan untuk terus berkarya agar menjadi berarti demi Indonesia. Tetap sukses dan semangat. GMB - Gunting Kuku Sumber: https://www.facebook.com/notes/jana-az-zahra/1000-gunting-kuku-awal-aksi-bersih/658726064192685
0 Comments
Leave a Reply. |