Sebuah hubungan yang erat itu tak hanya dirasakan melalui pelukan erat keluarga saja, sapaan hangat yang ku anggap seperti keluarga yang jauh disana membuat hati ini ingin sekali kembali menemui jejak pengabdian dulu. Sebuah desa yang mereka sering sebut “DISKOTIK” (Digigir Kota Saeutik), itu bahasa Sunda jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia itu “Dipinggir kota sedikit”...Itulah sapaan hangat desa yang selalu memberikan inspirasi baru agar aku dapat terus berbagi bersamanya. Desa yang memiliki poteni besar, masyarakat kreatif, anak-anak yang penuh semangat, lahan yang berpotensi menghasilkan sebuah kekayaan, ternak, sosial yang rukun dll. Semua itu yang membuatku tergiur untuk terus memberikan sumbangsih apapun itu bentuknya, kedatangan kamipun membuat mereka senang. Pada akhirnya semangatku semakin meluap setelah terinspirasi bersama 47 pemuka pemuda Indonesia dan inisiator yang benar-benar luar biasa inspiring. 9 hari pelatihan Yogyakarta-Jakarta membuatku semakin yakin. “Ketika aku berjalan, maka aku ada”. Aku semakin yakin bahwa untuk berbagi itu tidak harus menunggu kita mapan, tapi melalui apapun, hal kecilpun bisa membantu. Tanggal 22 Maret, Hari Sabtu aku mengajak teman-teman untuk ikut menginspirasi anak-anak yang penuh semangat di Nambo. Kita persiapkan segala sesuatu untuk menginspirasi mereka. Dimulai dari media belajar, kisah dan cerita, materi, makanan dll. Ketika sampai disebuah bangunan kecil yang penuh dengan bangku-bangku mini,,,dekapan hangat tangan-tangan kecil itu langsung memeluk, membuatku semakin kuat dan bahagia. Aku berkata dalam hati “Tuhan....kebahagiaan ini sangat luar biasa”. Berawal dari mewarnai, kami asah otak kanan mereka untuk mengenal warna dan bagaiamana menerapkannya dalam sebuah benda. Buku mewarnai hasil karya teman-teman kelas rela memberikan tenaganya untuk mendesain buku mewarnai. Karya itu sangat bermanfaat. Hingga mereka senang dan semakin semangat belajar mewarnai. Keberanian, kami memberikan ssebuah games-games yang menarik, kami melihat bagaiamana keberanian mereka terasah, inspirasi terus kami tumbuhkan pada diri mereka. Agar terus berani menggapai mimpi dan siap berjuang dengan mimpi itu.Keunikan dan kepolosan mereka juga hadir ketika, muncul bahasa-bahasa daerah sunda ketika kami tanya “Gambar apa ini”? mereka jawab “Awi” (Bahasa Sunda),,,padahal sebenarnya itu adalah bambu...Setelah mendengar kepolosan orang tua tertawa dan kami pun hanya bisa mengikuti alur tertawanya. Hery, salah satu indpirator, membawa Angklung untuk diperkenalkan pada anak-anak, mereka antusias, kami belajar bersama, mereka jadi tahu sebenarnya budaya Indonesia itu sangat unik terutama budaya daerahnya sendiri. Tak hanya itu, media belajar yang kreatif membuat mereka senang belajar, membaca huruf yang penuh dengan warna dan gambar membuat mereka semakin tetarik. Bahagia melihat mereka tertawa dan bermain bersama, ditambah lagi dengan senyum mereka yang tulus ketika perpose dan berteriak dalam foto. Sungguh hari yang ceria... Setelah menginspirasi, kami menemui warga desa Nambo dan mengadakan makan bersama untuk menghangatkan kembali kekeluargaan yang beberapa bulan ini sempat tertunda, kami bercerita dan mencoba memahami kembali apa yang dibutuhkan untuk pengembangan desa Nambo.
Setelah itu kami berikan semua yang menjadi media belajar untuk anak PAUD, media belajar tersebut berasal dari Indonesia Mengajar, PP Iptek, PMI, teman-teman desainer, dll. Warga desa sangat senang, begitupun anak-anak, mereka sangat antusias untuk belajar lebih rajin. Terimakasih Gerakan Mari Berbagi, terimakasih kepada segala pihak yang telah membantu progran kedua untuk pengembangan desa ini,,,,tunggu program dan cerita selanjutnya ya dari GMB Goes to Root. Arumdari Nurgianti - GMB Goes to Root
0 Comments
Leave a Reply. |