“Jadilah matahari yang memberi sinar tiada henti bukan jadi lilin yang perlahan akan mati”, Azwar Hasan. Bang Az memang bukan seorang motivator tapi petuah dan contoh-contoh nyata yang beliau lakukan selama YA dan YLF diselenggarakan telah membuatku semakin percaya akan motto GMB bahwa ketika aku berbagi, maka aku ada. Inisiator GMB tersebut juga menambahkan bahwa, “We can not do everything but we can do something”. Kita tidak bisa melakukan semua hal namun kita bisa melakukan sesuatu terutama dari hal-hal kecil mulai dari diri kita sendiri dan saat ini juga. Dengan berbagi kita akan menjadi pribadi yang memberi manfaat untuk orang lain minimal orang-orang di sekitar kita seperti yang dilakukan matahari. Semangat itupun yang kubawa hingga pulang ke Salatiga. Semangat GMB ini telah mengalir pada Ana Stnk. Agar kata GMB dikenal banyak orang, maka program sosialku bernama Gerakan Mari Berbagi STNK “Sharing Teaching for Nation Kindly”. Seperti yang kuceritakan pada bang Az dan teman-teman saat YLF. Awalnya bernama “Relawan Muda Berbagi” karena kebetulan aku juga seorang relawan yang bergerak dibidang pendidikan, anak-anak, lingkungan dan lain-lain di Indonesia International Work Camp (IIWC). Bagiku semakin sesegera mungkin kita berbagi maka dampaknya akan segera terasa. Mulailah rangkaian kegiatan sosial kerelawanan di Panti Asuhan Fazza dan Aku didampingi Ayu Rahadiyanti, mahasiswi Pascasarjana UGM yang menjadi camp leader dalam kegiatan ini. Aku dan Ayu menyusun serangkaian acara untuk relawan dari mancanegara yakni 5 orang dari Jepang dan 1 dari Prancis. Mereka bernama Kanako Yoshida dan Eri Shimamoto dari Hokaido, Yu Tsubouchi; Nagoya, Yudai Yamaguchi; Osaka dan Elena Esposto dari Paris. Tiba di Fazza, kami langsung membersihkan dapur, kamar mandi dan lingkungan sekitar panti asuhan tersebut. Malamnya kami mengajarkan bahasa Inggris ke anak-anak. Paginya kami mengajar dan presentasi di beberapa SMP seperti SNOP (SMP 10 November) dan SMP Al-Ishlah serta kunjungan ke universitas dengan tujuan utama “Berbagi”. Baik melalui ide, ilmu dan informasi melalui diskusi, sosialisasi dan berbagai macam bentuk GMB STNK. Melihat kurangnya kesadaran anak-anak terkait kebersihan, kami bertujuh menyelenggarakan presentasi hygiene sanitation. Dalam GMB STNK, ada suatu hal yang ingin aku tinggalkan ke anak-anak bukan sekadar barang atau makanan tetapi sebuah skill. Alhamdulillah dengan niat berbagi selalu ada jalan, yakni kami bisa bekerja sama dengan ibu-ibu yang bekerja di dinas sosial dan ahli dalam membuat kerajinan sulam pita. Hal ini memberikan dampak yang cukup signifikan karena disela-sela waktu sekolah, anak-anak bisa mendapat income serta mendidik mereka untuk kerja keras.
Hidup dua minggu di sebuah Panti Asuhan tentulah terasa sangat berbeda dari biasanya. Bisa dikatakan melakukan sesuatu diluar kebiasaan khususnya teman-teman relawan dari Jepang dan Prancis yang hidup di negara maju. Mereka harus mandi dengan gayung tanpa shower, menggunakan WC jongkok bukan duduk, berbagi kasur dan ruangan untuk tidur, makan dengan tangan, mendengar adzan dan melihat sholat lima kali sehari, dan nuansa sosial yang kental di sebuah desa yang penuh dengan keramahtamahan, gotong royong serta semangat berbagi. Itulah indahnya berbagi. Sumber: Jadilah Matahari Bukan Lilin GMB - STNK
0 Comments
Leave a Reply. |