Tidak terasa tahun 2020 telah berlalu dengan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam situasi pandemi Covid-19 keluarga Gerakan Mari Berbagi menanam kerinduan untuk bisa bertemu satu sama lain. Namun di tengah keterbatasan keadaan itu, semangat untuk bertemu berhasil terwujudkan melalui #TemuKangenVirtual GMB 2020. Terima kasih kepada GMBers & Board Member GMBers yang telah bersedia mengisi dalam video cerita tentang Gerakan Mari Berbagi 2020 ini. Semoga keadaan ini semakin membaik dan kita bisa menuntaskan rindu yang telah tertanamkan.
0 Comments
Sejarah tercipta! Gerakan Mari Berbagi memiliki presiden pertama, yang dipilih oleh GMBers di Indonesia maupun yang sudah berada di negara lainnya di dunia, serta tak lupa para board member. Sejarah ini tercipta ketika GMB berusia ±6 tahun. Ada empat GMBers yang mengajukan diri sebagai presiden GMB, yaitu Dinda Veska, Agus Arie Suwandie, Julian Aldwin, dan Ivan Hartanto. Keempat GMBers yang berani tersebut melakukan kampanye guna menarik perhatian GMBers yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Pesta demokrasi ini merupakan yang pertama bagi GMB. Format pemilihan presiden ini dipilih, sejatinya untuk melibatkan seluruh GMBers sejak proses pemilihan pertama. Penting sekali bagi suatu organisasi untuk meningkatkan rasa kepemilikan masing-masing anggota. Pemilihan presiden GMB sama halnya dengan pemilihan Presiden di Indonesia. Presiden yang terpilih akan membentuk kabinetnya sendiri. Namun, perbedaannya adalah dalam pesta demokrasi ini tidak diwarnai dengan black campaign. Keempat kandidat melakukan persaingan dengan sangat sehat. Kampanye keempat kandidat dilakukan pada Minggu pertama bulan Mei. Keempat kandidat diberi waktu 7 hari untuk melakukan kampanye. Setelah proses kampanye selesai, barulah proses voting dilakukan, yang pemilihnya terdiri dari GMBers dan board member. Setelah tahap pertama yang cukup alot, terpilih dua kandidat terpilih untuk melanjutkan tahap berikutnya, yaitu Julian Aldwin dan Ivan Hartanto. Dua kandidat tersebut melakukan proses seleksi terakhir, yang disebut Eksplorasi. Eksplorasi Eksplorasi merupakan tahap kedua kandidat melakukan pidato dan wawancara secara langsung. Kedua kandidat tersebut juga menyampaikan visi, misi, dan program yang akan mereka lakukan. Tahap Eksplorasi ini dilakukan di Jakarta, tepatnya di Kolla Space. Tahap Eksplorasi dimulai dengan pidato kedua kandidat. Selain menyampaikan tentang visi, misi dan program-program, kedua kandidat juga menyampaikan motivasinya menjadi presiden GMB. Ada kesamaan motivasi dari kedua kandidat tersebut. GMB telah memberikan banyak hal pada Ivan dan Julian. GMB juga telah mengubah hidup mereka berdua jauh lebih baik, sehingga mereka berdua memutuskan untuk “giving back” dan berkonstribusi dengan mencalonkan diri menjadi presiden GMB. Kemudian, tahap eksplorasi dilanjutkan dengan proses tanya jawab yang dimoderatori oleh Nadya. Ada 4 pertanyaan yang diajukan oleh Nadya pada masing-masing kandidat, yaitu seputar kelayakan menjadi presiden GMB, program-program, imajinasi terliar, dan penanganan konflik diri. Ada juga pertanyaan yang diajukan oleh GMBers dan board member yang hadir di Kolla Space. Ada yang menarik dari jawaban Ivan dan Julian terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika mengalami konflik, Ivan tak akan segan untuk berbagi dengan temannya. Prinsipnya adalah tak pernah merasa sendiri. Jawabannya itu menginspirasi seluruh orang yang berada di ruangan tersebut. Sejatinya, prinsip tersebut bukanlah hal aneh, namun banyak orang ketika menghadapi konflik memutuskan untuk menanggungnya sendiri dan merasa bahwa dialah satu-satunya yang menderita. Padahal untuk meringankan sedikit beban yang ditanggung, cukup bercerita dengan teman yang dapat dipercaya. Jawaban Julian juga ada yang menarik, berkaitan dengan pertanyaan Kak Ratih mengenai konstribusi jika nantinya tidak terpilih. Sebagai orang dewasa, Julian menegaskan bahwa pesta demokrasi ini bukanlah sebuah kompetisi, yang pada akhirnya akan menciptakan pihak oposisi. Tidak ada pihak oposisi disini. Siapapun yang terpilih nantinya, pihak yang tidak terpilih akan menerima dan mendukung si terpilih. Akan terasa indah jika saja hal tersebut berlaku pada seluruh pesta demokrasi. Tahap eksplorasi ini ditayangkan secara langsung di instagram GMB, sehingga GMBers yang berhalangan hadir bisa menyaksikan juga. Setelah proses tanya jawab usai, diadakan voting terakhir untuk menentukan presiden pertama GMB. Pada akhirnya, terpilihlah Presiden Pertama GMB, yaitu Ivan Hartanto. Pada hari itu juga, Ivan menyampaikan pidato pertamanya sebagai Presiden GMB. Setiap kegiatan GMB tidak lengkap rasanya jika tidak ada wejangan dari board member. Ada beberapa pesan dari board member yang ditujukan pada seluruh GMBers di dunia (karena kegiatan saat itu juga disiarkan secara live melalui sosial media GMB). Pertama, Kak Ratih bilang bahwa setiap momen bersama GMB akan memberikan energi positif padanya. Hal itu berlaku bukan hanya pada Kak Ratih pribadi, melainkan bagi GMBers juga. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap GMBers merasa bahagia ketika berkumpul/bertemu dengan sesama GMBers. Pada saat pulang, energi mereka akan penuh dan semakin semangat menjalani hari-hari berikutnya. Itulah kenyataan yang terjadi di GMB. Kedua, pesan dari Kak Tyas. Indonesia memiliki banyak pemuda yang memiliki semangat yang tinggi untuk terus meningkatkan potensi yang mereka punya. Maka, tak jarang mereka berkunjung ke berbagai Negara di seluruh dunia. Mereka telah mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman berharga dari setiap Negara yang dikunjungi. Bahasa kerennya adalah “See The World More!”. Kak Tyas berpesan pada GMBers di seluruh dunia bahwa kegiatan tersebut harus diimbangi pula dengan mengenal lebih baik Negara sendiri—See Your Country More! Pesan tersebut sangat cocok bagi GMBers, yang telah terpencar ke berbagai negara. Ketiga, Bang Dede mengatakan bahwa 10-30 tahun ke depan GMBers akan sukses dengan urusan masing-masing. Oleh karena itu, pahamilah setiap GMBers ketika masih muda. Kenalilah tentang passion dan impian masing-masing GMBers. Kunjungi mereka di rumahnya, untuk sekadar silaturahmi dan berbagi cerita. Kelak, ketika waktunya tiba dan takdir berbicara, kalian bisa berkolaborasi dengan GMBers sesuai dengan masing-masing passion. Semangat mengenal lebih dalam masing-masing GMBers, GMBers! GMB telah memiliki presiden. Dengan ini berakhir pula tanggung jawab para secretariat yang telah berjalan sejak GMB dilahirkan. Terima kasih pada tim sekretariat dan panitia pemilihan presiden GMB atas kerja kerasnya, sehingga proses pemilihan presiden GMB ini berjalan lancar. Terima kasih juga kepada seluruh board member yang senantiasa mendampingi dan membimbing GMBers, di tengah jadwal mereka yang sangat sibuk. Terakhir, ucapan terima kasih ditujukan kepada seluruh GMBers, di manapun mereka berada, yang telah ikut membantu dan meramaikan proses pemilihan ini. Sampai jumpa di kegiatannya selanjutnya. Pastikan kalian hadir ya! Oleh: Bayu Rakhmatullah (Panitia Pemlihan Presiden GMB) Selain bergerak dalam bidang humanisme, pendidikan, dan kesehatan, Gerakan Mari Berbagi juga sangat peduli terhadap isu lingkungan. Terbukti pada hari Minggu, 08 Oktober 2017 kemarin, Gerakan Mari Berbagi turut serta dalam acara Indonesian Clean Up Day yang diinisiasi oleh komunitas Let's Do It Indonesia, Clean Up Jakarta Day, DFW-Indonesia, Peduli Ciptaan Indonesia dan, Indorelawan. Indonesia Clean Up Day juga dicetuskan untuk mendukung World Clean Up Day yang akan dilaksanakan ada 15 September 2018 serentak di 150 negara dengan melibatkan 350 juta penduduk atau sekitar 5 persen populasi penduduk di dunia (www.letsdoitword.org).
Bersama lebih dari 100,000 volunteer, gerakan bersih-bersih ini dilakukan serentak di 22 provinsi di Indonesia yang diwakili oleh komunitas-komunitas setempat. Tidak hanya komunitas yang fokus pada isu lingkungan saja, tetapi Indonesia Clean Up Day disambut baik oleh komunitas yang fokus pada berbagai isu baik isu pendidikan, perdamaian dan isu sosial lainnya. 140 lokasi clean up tersebar di 22 provinsi di Indonesia dan melakukan kegiatan bersih-bersih serentak pada Minggu 8 Oktober 2017. Adapun provinsi yang bergabung dalam Indonesia Clean Up Day adalah Aceh, Lampung Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta, Yogyakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku. Gerakan Mari Berbagi ikut turun ke jalan dan bersih-bersih di tiga kota; Jakarta, Semarang yang diwakili oleh teman-teman Komunitas Sahabat Unik Luar Biasa (SULBI), dan Lhokseumawe yang diwakili oleh program berbagi Komunitas Jaroe Aceh Youth Community. Di Jakarta sendiri, sebagai salah satu tempat teman-teman GMB berpartisipasi, acara Clean Up Day turut didukung Kementerian Pendidikan melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta, disamping itu juga ada duta-duta, termasuk Penyanyi Band Rock Indonesia Slank, Pembawa Berita dan Artis Marissa Anita, Presenter dan Aktor Mike Lewis, Artis Davina dan Miss Earth Indonesia Water 2014 Falentina Cotton. Indonesia Clean Up Day memang baru pertama kali diadakan, namun antusiasme yang ditunjukkan oleh komunitas-komunitas di seluruh wilayah di Indonesia menjadi pertanda baik untuk mewujudkan Indonesia yang lebih bersih. A good start for World Clean Up Day 2018! “Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu” - Gus Dur.
Isu SARA yang terjadi di Indonesia dewasa ini seharusnya tidak membuat kita lupa akan hakikat kita sebagai makhluk sosial yang harus saling bermanfaat untuk orang lain. Peristiwa demi peristwa yang terjadi entah bagaimana menciptakan batas yang membuat banyak dari kita menjadi takut untuk berbuat baik kepada sesama karena orientasi agama yang berbeda. Perhimpunan Filantropi Indonesia untuk itu mengadakan sebuah acara talkshow dengan judul Mempromosikan Keberagaman Melalui Filantropi Lintas Iman yang bekerjasama sekaligus bertempat di @America, Pacific Place (07/06). Gerakan Mari Berbagi mendapat sebuah kehormatan untuk turut sharing mengenai fakta ini, bagaimana GMB menyikapi dan peran GMBer sebagai Pemuka Pemuda Indonesia dengan nilai sharing in diversity dari emapt value yang selalu dijunjung tinggi. Ketua Sekretariat Nasional Gerakan Mari Berbagi Muhammad Nuzul memenuhi undangan tersebut untuk menjadi salah satu narasumber lainnya. Acara-acara seperti ini tentu sangat baik dan harus diadakan. Karena Indonesia sebagai negara dengan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila sebagai dasar negara, perlu kekuatan untuk bersama-sama menegakkan apa yang sudah disepakati bersama sejak dulu kala. Fatin Dinni Inayah, alumni YA & YLF 2014. GMB Homestay Program adalah bagian dari serangkaian program pelatihan kepemimpinan untuk para pemuda (usia 18 sampai 25 tahun) terpilih dari Indonesia dan Jepang. Sejak 2014, setiap tahun beberapa mahasiswa dari Indonesia diseleksi untuk mengikuti program homestay di Jepang (Australia dan Belanda juga) dan tahun berikutnya sebaliknya, mahasiswa dari Jepang datang ke Indonesia. Program ini dikembangkan oleh dua organisasi nirlaba (Non-Government Organization atau NGO), yaitu Yayasan Gerakan Mari Berbagi (GMB) yang berbasis di Jakarta (www.g-mb.org), dan Center for Entrepreneurship Development (CED), sebuah Non-Profit Organization yang berbasis di Kyoto, Jepang (http://www.entreplanet.org/english/).
CED didirikan pada tahun 1998 dengan tujuan membina keterampilan kewirausahaan di antara anak-anak usia sekolah dan mahasiswa di Jepang melalui kerjasama yang erat dengan pemerintah Jepang, sektor swasta dan institusi pendidikan. CED melihat bahwa kunci untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial adalah melalui kewirausahaan dan inovasi. GMB dan CED setuju bahwa sangat penting bagi para calon pemimpin di Jepang dan Indonesia untuk menjalin hubungan sejak usia muda demi mempererat hubungan dan kerjasama antar kedua bangsa dan negara. Pemimpin juga harus memiliki zona nyaman dan wawasan yang luas, serta rasa keadilan sosial yang besar. Untuk menstimulasi dan menumbuhkan karakter tersebut, GMB dan CED melihat bahwa sebuah cara yang efektif adalah melalui program homestay dan magang di luar tempat kediamannya masing-masing, agar mereka memahami budaya, agama, dan tradisi yang berbeda. Pada akhir program homestay tersebut, diharapkan rasa toleransi terhadap perbedaan juga menjadi lebih meningkat. Program Homestay GMB Indonesia-Jepang 2017 Program Homestay GMB Indonesia-Jepang tahun 2017 dilaksanakan di Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, dari tanggal 25 Februari sampai 21 Maret 2017. Tiga mahasiswi (Mizuho, Miku, dan Miho) dan satu mahasiswa Jepang (Takumi) tinggal bersama dengan beberapa keluarga di Kecamatan Selat, Karangasem, Bali selama periode homestay tersebut. Kegiatan para mahasiswa Jepang difokuskan para dua bidang yaitu pendidikan dan kebersihan lingkungan. Kegiatan di bidang pendidikan dilaksanakan melalui interaksi di ruang kelas di beberapa sekolah di Kecamatan Selat, dari tingkat SD sampai SLTA. Para mahasiswa Jepang didampingi oleh guru kelas dan para relawan akan membantu pelajaran bahasa Inggris, bahasa Jepang, perkenalan seni dan budaya Jepang (termasuk kuliner), olah raga, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pihak sekolah. Kegiatan mengajar ini disesuaikan dengan jadwal di sekolah masing-masing dan bisa dimasukkan baik ke dalam kelas biasa maupun sebagai bagian ekstra kurikuler. Para mahasiswa/i juga menularkan budaya bersih orang Jepang yang sudah terkenal di seluruh dunia kepada anak-anak dan pemuda di Selat. Bersama dengan klub pencinta alam di SMAN 1 Selat dan perwakilan perkumpulan pemuda lokal seperti Sekaa Teruna Teruni (STT) di Selat, peserta homestay mengadakan workshop dan training tentang kebersihan lingkungan, pengenalan tentang pengolahan sampah di Jepang, dan praktek di lapangan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan menciptakan kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan. Untuk mengasah keterampilan mereka dalam mencari solusi untuk masalah sosial, para peserta homestay program ini juga diberi beberapa tantangan masalah sosial yang ada di lapangan. Misalnya strategi untuk mempromosikan industri pariwisata di daerah Selat, umpan balik untuk memperbaiki nilai produk industri rumah tangga di Selat, dan juga membantu keberlanjutan sebuah sanggar lukis gratis untuk anak-anak di Kecamatan Selat, yaitu Klencing Art Studio. Para peserta juga berpartisipasi dan membantu dalam kegiatan sosial, seni dan budaya lokal, termasuk latihan gamelan, tari, maupun persiapan upacara keagamaan apabila dibutuhkan. Setelah program berakhir dan mereka kembali ke negaranya, para peserta diharapkan untuk dapat melanjutkan komunikasi dan diskusi dengan teman-teman di komunitas di Selat tentang berbagai hal yang bisa membawa perubahan positif untuk masyarakat di Selat. Selain itu peserta homestay bersama dengan beberapa relawan GMB Indonesia menghabiskan waktu bersama mengunjungi beberapa tempat wisata di Bali. Program homestay ini juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat menjadi wadah berjejaring antara GMB Jepang dengan GMB Indonesia. Tidak hanya pengalaman baru bagi para peserta homestay tetapi melalui program ini para peserta dan GMB Indonesia mendapat keluarga baru di Selat, Karangasem. Terima kasih kepada seluruh pihak atas dukungannya untuk program GMB Indonesia-Japan Homestay Program 2017. Berikut ada beberapa link video tentang kegiatan Homestay di Selat, Karangasem: Keunikan Program Homestay GMB Beberapa keunikan program homestay yang diorganisir oleh GMB dan CED adalah sebagai berikut:
Apa Saja Yang Didapat Dari Program Homestay GMB
Jadi, kegiatan homestay ini tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh peserta, tetapi juga untuk warga Selat Karangasem sebagai tempat dilaksanakannya program tersebut. Ni Luh Widia Diantari, alumni YA & YLF 2016 Program "Berbagi Sepeda Untuk Anak Indonesia" diinisiasi oleh Gerakan Mari Berbagi Sepeda sejak tahun 2014. Pada tahun 2016, GERAKAN MARI BERBAGI dan PT. GRAB TAXI INDONESIA bekerjasama untuk mendistribusikan sepeda untuk anak-anak keluarga miskin yang tinggal di pedalaman atau pinggiran kota Indonesia. Wilayah yang dipilih untuk program ini ialah Aceh dan Jawa Barat. Atas kerjasama yang baik ini, 53 sepeda telah didistribusikan di area Kabupaten Aceh Besar, Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, dan kabupaten Bogor sejak Juni hingga November 2016. "Terimakasih PT Grab Taxi Indonesia dan GMB Sepeda!", ujar gadis kecil berkerudung merah dengan ceria sambil memegang kertas ucapan terima kasih, Mardiana. Mardiana merupakan salah satu gadis yang saat ini duduk di bangku kelas 1 SMP 7 Lhokseumawe dan mendapatkan sepeda dari GMB dan Grab Taxi Indonesia. Mardiana tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya saat ia mendapatkan sepeda. Hal ini dikarenakan dirinya harus mencapai sekolahnya sejauh 4 KM dari rumahnya yang terletak desa Alue Lim. Dengan sepedanya tersebut, ia siap meraih cita-citanya sebagai dokter. Gerakan Mari Berbagi berterima kasih kepada PT Grab Taxi Indonesia yang telah mendukung Program Berbagi Sepeda Untuk Anak Indonesia Juli-November 2016. #IamGMBer #IsharethereforeIam "Ingin lebih dekat"
"Kangen" "Ingin lebih kenal antar angkatan" "Sebisa mungkin gak absen di kegiatan-kegiatan GMB." Berbagai motivasi mendorong 22 orang GMBer termasuk board di dalamnya untuk ikut serta dalam kegiatan FunVenture 2016 Sabtu dan Minggu kemarin. Ada yang datang jauh-jauh dari Solo, Bali, bahkan Kak Aya (salah satu board member GMB) terbang langsung dari Aceh demi menemani keseruan para GMBer. FunVenture kali ini kami adakan di Kepulauan Seribu, berangkat melalui Pelabuhan Kali Adem dan menginap di Pulau Pramuka. Setelah membagikan "shadow support" di penginapan, kegiatan dilanjutkan dengan outbond di Pulau Karya. Di sinilah momment-momment berkesan mulai tercipta. Para GMBer termasuk board member diberikan misi untuk mengumpulkan puluru air sebanyak-banyaknya dengan berbagai games yang dirangkai oleh panitia di setiap pos. Games yang paling berkesan menurut Bang Azwar dan para GMBer adalah Volley Pantai, yang dimodifikasi dengan balon air dan sarung. Aura kompetitif terlihat di sini, masing-masing tim saling berusaha mengalahkan satu sama lain. Games ini menjadi lebih seru karena tidak ada peraturan baku yang ditentukan oleh panitia. Ada satu hal yang paling membekas bagi para peserta FunVenture tahun ini. Sesi tukar kado yang dirangkai sedemikan rupa dengan request-request unik dari si pemberi kado. Banyak hal-hal baru terkuak pada sesi ini dan membuat kami semua semakin dekat secara personal. Rindu yang dipupuk pun mulai terurai dengan curahan hati beberapa GMBer. Sesi ini diharapkan terus dipertahankan untuk FunVenture berikutnya. Meskipun sesi snorkeling terbilang gagal karena kami tidak mendapati ikan atau terumbu hidup, tetapi kebersamaan di air laut turut serta menyalurkan rasa rindu dan mendekatkan satu sama lain. Perjalanan FunVenture kali ini ditutup dengan pengakuan dari para "shadow support" dengan memberi tahu siapa yang disupport dan apa yang telah dilakukan untuk orang tersebut. Seperti itulah pada akhirnya FunVenture ini menutup tahun kami para GMBer dengan penuh kebahagiaan. Terima kasih GMBer dan Board Member untuk partisipasinya. Veska Dinda Alumni Youth Adventure & Youth Leaders Forum 2015 Selain upaya untuk mengendalikan diri, ada hal lain yang tak kalah penting yang selalu hadir di bulan Ramadhan ini: kebersamaan. Hari demi hari di bulan suci ini memang mengandung banyak cerita tentang kebersamaan. Masa dimana reuni sering kali terjadi setelah setahun, atau bahkan lebih, tak berjumpa. Nuansa kebersamaan dan reuni ini pula yang dirasakan oleh alumni beserta board Gerakan Mari Berbagi (GMB) dalam acara Buka Puasa Bersama GMB: Ramadhan & Self Reflection yang dilaksanakan pada Sabtu, 18 Juni 2016 lalu di CX Pro Learning Center, Tebet.
Sebelumnya hal serupa pernah dilaksanakan GMB pada Ramadhan 2015 lalu. Saat itu, acara buka bersama dilaksanakan di salah satu apartment di Thamrin City. Acara dihadiri oleh alumni GMB lintas angkatan, mulai dari angkatan 2012, 2014, hingga 2015. Namun berbeda dengan sebelumnya, pada pelaksanaan buka bersama GMB kali ini ada warna-warna baru yang terlihat. Jumlah alumni yang hadir semakin banyak, beberapa bahkan datang jauh-jauh dari Semarang dan Jogja. Board juga tak mau kalah. Kak Ratih, Kak Oli, Bang Azka, Kak Aya, Bang Az, Bang Very, Bang Onas dan Bang Indra turut hadir mewakili barisan board, membuat buka bersama kali ini menjadi lebih semarak. Dan yang paling baru, buka bersama GMB kali ini juga mengundang pembicara pada acara GMB Inspiring Series dan perwakilan komunitas yang pernah atau akan berkolaborasi dengan GMB. Walhasil, percakapan-percakapan yang berujung pada lahirnya ide-ide baru pun mengisi ruangan CX Pro Learning Center. Sesi semakin menarik ketika alumni homestay program GMB 2016 berbagi cerita mengenai kegiatan yang mereka lakukan selama berada di Australia, Jepang dan Belanda. Tiap-tiap dari mereka datang membawa cerita dan pengalamannya selama bersama orang-orang yang lahir dari budaya berbeda. Angga, salah satu Homestayer Australia, yang bertemu dengan pasangan homoseksual di Negeri Kangguru berkata, “Saya tidak peduli homoseksual itu karena lingkungan atau penyakit. Yang saya pikirkan adalah tentang kemanusiaan. Mereka juga manusia dan berhak untuk mendapat perlakuan sebagai manusia.” Angga berbagi tentang bagaimana dia belajar melihat manusia sebagai manusia dan memperlakukan manusia sebagaimana manusia pantas diperlakukan. Usai berbagi mengenai pengalaman para Homestayers, acara dilanjutkan dengan berbagi mengenai kegiatan GMB selama setahun ke belakang. Sama seperti tahun sebelumnya, update tentang prestasi para alumni GMB selalu yang paling menyenangkan. Cerita-cerita tentang kesuksesan dan kebahagian bergulir di antara alumni, memberikan tambahan motivasi bagi setiap peserta yang datang. Tak ketinggalan, informasi tentang perkembangan persiapan National Camp yang akan dilaksanakan pada bulan Juli mendatang serta Youth Adventure and Youth Leaders Forum pada bulan Agustus mendatang juga turut meninggalkan antusias di antara alumni beserta board yang hadir. Waktu satu tahun berlalu begitu cepat. Tak terasa Gerakan Mari Berbagi akan segera kembali anggota keluarga baru. Hal lain yang tak kalah menarik dari buka bersama GMB kali ini adalah acara yang dikemas menyerupai Potlock Party. Semua yang hadir, baik alumni atau board, membawa makanan masing-masing untuk dimakan bersama. Ada yang membawa cendol, donat, es pisang hijau, kurma, brownies dan masih banyak makanan yang tidak bisa diabsen satu per satu. Buka bersama dipenuhi dengan beraneka ragam makanan dengan aneka rasa yang beragam. Menurut Ivan, salah satu Alumni GMB 2015, buka bersama bukanlah momen untuk hura-hura atau menjadi hedonis. Buka bersama adalah momen ketika kita bisa berbagi apa yang kita miliki dan merasakan esensi dari sebuah keluarga. Apa yang disampaikan Ivan tentu tak berlebihan mengingat beberapa peserta buka bersama kali ini datang jauh-jauh dari Semarang dan Jogja. Bahkan salah satu board, Kak Aya, datang dari Aceh. Apalagi alasan kuat yang memungkinkan semuanya kembali datang berkumpul tanpa memperdulikan jarak yang membentang selain rasa kekeluargaan? Semoga tali kekeluargaan yang terjalin di antara keluarga besar GMB semakin erat. Sampai jumpa di buka bersama pada Ramadhan tahun depan! __ Lihat : dokumentasi foto dan video. Kadang kita tidak benar-benar mengetahui apa alasan seseorang mau berbagi. Seperti weekend ini, misalnya. Iqbal Hariadi, storyteller di Kitabisa.com dan Farinia Fianto, Managing Director International Center for Islam dan Pluralism (ICIP), meluangkan waktu weekend-nya untuk menghadiri acara rutin bulanan Gerakan Mari Berbagi (GMB), Weekend’s Talk GMB Inspiring Series, Sabtu (2/4) di CX Pro Learning, Tebet, Jakarta Selatan. Datang dengan biaya sendiri, membawa makanan sendiri, pada saat hari libur pula, kira-kira apa yang membuat mereka tergerak? Bukankah menghabiskan waktu bersama keluarga lebih menggiurkan? Social Media for Social Change adalah tema yang diusung pada perhelatan GMB Weekend’s Talk bulan ini. Bukan tanpa alasan, pesatnya penggunaan sosial media serta dampaknya yang ditimbulkan bagi khalayak menjadi dasar tema ini diangkat. Media sosial bisa menjadi bermanfaat sekaligus merugikan pada saat bersamaan, tergantung cara menggunakannya. Sosial media seakan mengalami banjir informasi, mulai dari isu provokatif, sensitif, hingga edukatif datang bak air bah. Jika salah menggunakan, bisa saja membuat keretakan di masyarakat. Sebaliknya, jika digunakan dengan benar dan cerdas, jangan heran jika efek positifnya menjadi bermanfaat bagi perubahan sosial di lingkungan sekitar. Ciptakan “Jembatan” agar Terkoneksi Iqbal Hariadi bisa menjadi salah satu contoh orang-orang yang membuktikan bahwa internet dan sosial media berefek positif jika digunakan dengan tepat. Dalam acara GMB Weekend’s Talk, Iqbal—begitu ia kerap disapa, bercerita tentang Kitabisa.com. Pria yang kini bekerja menjadi storyteller di Kitabisa.com berbagi tentang bagaimana internet dan sosial media membantu orang-orang agar bisa berbuat baik. “Orang baik itu banyak sebenarnya, hanya saja tidak terkoneksi,” ujar Iqbal di awal presentasinya. Antusiasme peserta semakin terlihat ketika Iqbal berbagi tentang kampanye-kampanye sosial yang dilakukan di Kitabisa.com. Sebagian besar, konsep-konsep kampanye yang berhasil, menurut Iqbal, adalah konsep yang sederhana. Tidak muluk-muluk, tapi jelas sasaran dan apa yang akan ditargetkan dari kampanye yang dilakukan. Contohnya adalah kampanye yang berjudul “Ulang Tahun Ardian untuk Bintang”. “Saat ini sudah ada 12 campaign tentang ulang tahun dan tidak ada yang gagal.” Menurut Iqbal, ini bisa menjadi cara untuk memikirkan eksistensi diri sendiri sekaligus berbuat baik untuk orang lain. Pemilik kampanye sosial bisa merayakan ulang tahun sekaligus menolong orang sehingga ulang tahun pun menjadi lebih bermanfaat. “Jadi kita bisa melakukan dua hal dalam waktu bersamaan,” ujarnya menambahkan. Pada kesempatan yang sama, Iqbal juga berbagi tentang konsep online funrising. Topik ini menjadi sangat menarik mengingat banyak dari GMBers yang memiliki proyek sosial dan tentunya memerlukan uang untuk menggerakkan proyeknya. Pertanyaan pun membanjiri Iqbal pada saat dibuka sesi tanya-jawab. Di akhir, Iqbal memberikan tantangan kepada peserta yang hadir untuk membuat satu kampanye membantu orang di lingkungan sekitar. Peserta sangat antusias mengajukan idenya di hadapan peserta lain. Soni, misalnya. “Saya ingin membantu bapak yang menjaga mushola di FISIP Unpad, tempat saya berkuliah dulu, saya ingin beliin beliau sepeda,” kata Soni mengutarakan idenya. Serupa Iqbal, Farinia Fianto—atau yang akrab disapa Nia, juga memiliki cerita sendiri tentang sosial media. Bagaimana peran internet dan sosial media menjadikan Nia bisa melihat Indonesia dari luar negeri. Nia mengaku, semakin sering dirinya melakukan travelling ke luar negeri, semakin nasionalis dirasakan dirinya. Kendati pun jumlah peserta hanya lima belas orang, diskusi bersama Nia tetap menarik. Mulai dari pembahasan isu hate speech, postingan provokatif di media sosial, hingga isu fanatisme agama di media sosial yang berpotensi menyebabkan keretakan di masyarakat. “Media sosial itu hanya alat, jangan sampai ia menjadi satu-satunya tujuan. Intinya kembali tentang bagaimana kita menggunakannya,” pungkas Nia menutup sesi berbaginya kepada GMBers. Weekend’s Talk GMB Inspiring Series selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak GMB atau yang biasa disebut GMBers. Momen ini menjadi ajang untuk reuni, berbagi, dan melepas kangen sembari menambah ilmu dan jaringan pertemanan. Belakangan, acara ini juga dibuka untuk umum. Alasannya sederhana, GMB juga ingin menyebarkan ‘virus’ berbagi ini kepada orang-orang di luar GMBers. Kendatipun belum banyak pihak luar yang datang, acara ini tetap memberikan pengaruh positif bagi mereka yang telah datang. “Peserta yang tidak seberapa bukan menjadi kekhawatiran panitia, justru menjadi kekuatan menarik bagi peserta umum di luar GMB seperti saya. Saya jadi memiliki banyak kesempatan berdiskusi dengan peserta dan pembicara,” ujar Mu’azzatul Faridah, salah satu peserta umum yang hadir di acara ini. Senada dengan Mu’azzatul, Febi—salah satu peserta dari luar GMB juga memiliki kesan positif terhadap acara ini. “Diskusinya asik, semangat berbagi teman-teman GMB patut dicontoh. Gue semakin yakin kalau di dunia ini selalu ada dan banyak orang baik yang bisa bawa perubahan, meskipun dari hal kecil,” ujar Febi yang baru pertama kali menghadiri acara ini. Semoga virus-virus berbagi kelak tersebar di tanah air ini, secara merata kepada setiap masyarakatnya. Semoga. Diana Pramesti Alumni Youth Adventure & Youth Leaders Forum 215 Halo pemuda, Buat yang belum tau update acara Weekend's Talk: GMB Inspiring Series di Bulan Februari lalu, selengkapnya bisa dilihat dalam Liputan Harian Kompas Teras Kita, 15 Maret 2016 Hal. 25. Berbagi dalam Keragaman ".... Sejumlah kegiatan diarahkan untuk perbaikan dalam bingkai keanekaragaman latar belakang. GMB Inspiring Series dengan tema "Krisis #BerpikirKritis di Musim Banjir Informasi" bersama Aranggi Soemardjan, pendiri Clevio Coder Camp, dalam sejumlah materi seperti risiko berpikir dengan bias, prasangka, stereotip, dan penyederhanaan persoalan, dibahas dalam sesi itu. Contoh informasi yang tidak logis tapi seolah-olah logis dalam sebagian pemberitaan saat ini turut dikemukakan. Soal ketersesatan dalam berpikir yang cenderung dipraktekkan sebagian orang. Tentang sesuatu yang semestinya jika tidak logis maka mungkin mustahil dan jika logis maka mungkin tidak mustahil." Selain acara GMB Inspiring Series, dalam artikel ini juga ada ulasan mengenai program-program GMB lainnya; YA-YLF, Giving Back Program, dan Homestay Program. Selamat membaca. Oh ya, yang pengen liat video terkait acara GMB Inspiring Series bulan Februari kemarin, silakan klik kompasprint.com/vod/gerakangmb I share therefore I am |