"The Australian Ballet adalah sebuah show besar dan setiap orang datang menonton harus membayar sebesar $160. Sementara saya mendapatkan tiket gratis yang spesialnya diberikan oleh seorang penari Ballet profesional di Opera House.
Jangan lupa beli oleh-oleh kecil untuk teman-teman disana karena itu dapat membuat orang lain senang. Walaupun kecil tapi mereka akan sangat menghargainya”. Demikian pesan dari para trainer kami di Aceh pada saat pembekalan akan berangkat ke Australia. Setiba di Australia, saya langsung mempraktikkan apa yang dikatakan oleh trainer kami disana. Awalnya saya ingin melihat seperti apa reaksi mereka dengan hadiah kecil dari Aceh tersebut. Luar biasa, hal itu terbukti dengan membagikan kepada teman-teman yang baru kenal ternyata menambah hangatnya silaturrahmi dengan mereka. Mereka senang dan sangat menghargai pemberian orang lain. Puluhan teman baru saya dapatkan, 5 orang biarawati dari gereja di New Castle, 20 orang dari anggota keluarga host family dan kawan-kawannya, 4 mahasiswa dari Malaysia, seorang traveller dan writer dari South Afrika, seorang mahasiswa dari Thailand dan satu orang kawan dekat dari New Zealand. Sederetan nama itu kini terekam di benak saya, sebagian lengkap dengan nomor HP dan email. Apa yang spesial dari kado kecil yang hanya bernilai Rp2000 ini, sama sekali tidak pernah terpikirkan awalnya. Namun, seiiring berjalannya waktu, hubungan yang baik terus terjalin dan mereka ternyata mengingat saya sebagai teman dalam hidup mereka. Seperti itulah yang terjadi pada saya saat mengenal seorang Karen Nacasca. Gadis ini sangat ramah dan membantu saya untuk mendapatkan informasi tentang Museum of Sydney. Sebuah pertanyaan simple dari saya yang kemudian memberikan kami kesempatan untuk saling mengenal. Dia menggunakan bantuan internet dari hand phonenya untuk mengakses informasi untuk saya. Dari sanalah kami berkenalan di dalam sebuah bus menuju Hyde Park. Karen berasal dari New Zealand dan ia adalah seorang penari Ballet di Opera House. Kami menghabiskan beberapa jam bersama sambil berjalan-jalan ke Mall. Minum teh dan diskusi banyak hal tentang negeri kami masing-masing. Dia ingin mengundang saya untuk menonton perform balletnya, tapi dia masih harus memastikan tiket untuk saya. Kami berpisah pada jam 4 sore berhubung Karen harus pergi ke tempat Gym. Hari itu, saya pulang dengan bahagia karena mendapatkan sosok Karen dan bercerita heboh kepada Jessica host family saya. Hal yang biasa saya lakukan seperti memberi laporan kepadanya kemana pergi, dengan siapa dan pelajaran yang didapat setiap harinya. Keesokan harinya saya mendapat pesan dari Karen, “Hi Agustina, I have organized your ticket for the show. Tomorrow night at 7.30 pm. Pick up your ticket from the box office of the Sydney Opera House before the show. It will be under my name Karen Nacasca. The show is called Icons, with the Australian Ballet. Is that all ok?”. Saya tunjukkan sms dari Karen kepada Jessica dan dia menjelaskan kepada saya bagaimana cara pick up tiket, dimana box office dan memilihkan gaun untuk saya kenakan di acara tersebut. The Australian Ballet adalah sebuah show besar dan setiap orang datang menonton harus membayar sebesar $160. Sementara saya mendapatkan tiket gratis yang spesialnya diberikan oleh seorang penari Ballet profesional di Opera House. Rasa syukur tak terkira, karena ini kesempatan langka bagi saya. Pertama kali menonton Ballet dan itu adalah di Opera House. Sebuah rumah theater besar yang dihadiri oleh seluruh turis dari semua Negara. Lihatlah bagaimana benda kecil ini bekerja, sebuah gantungan kunci khas Aceh yang harganya Rp 2000 mendatangkan kebahagiaan bagi saya yang harganya $160. Bukan persoalan harga yang sebenarnya ingin saya utarakan. Tapi bagaimana kesadaran akan ketulusan dalam memberi menghadirkan kebahagiaan besar yang kadang tidak disangka-sangka. Awalnya saya meremehkan hal-hal kecil ini, namun sekarang lihatlah bagaimana kadang hal-hal kecil justru mendatangkan suatu hal yang besar. Memang di luar dugaan, tapi disinilah saya belajar menilai dan memahami hal-hal sepele untuk dijadikan penghargaan menuju kebahagiaan. Dua hari sebelum pulang ke Indonesia, saya mengucapkan salam perpisahan kepada Karen di Opera House sambil memberikan tas kecil khas Aceh yang sudah saya siapkan jauh-jauh hari untuk seseorang yang akan menjadi sahabat saya di Sydney. Ternyata Karen orangnya dan dia yang pantas menerima hadiah ini. Namun, di luar dugaan ternyata Karen juga menyiapkan hadiah untuk saya. Sebuah sepatu Ballet yang sering ia gunakan saat perform beserta bubuhan tanda tangannya di sepatu itu. Terima kasih Karen, saya akan menyimpannya Karena saya bukan seorang penari Ballet jadi hanya akan menyimpannya sebagai kenangan darimu. Agustina YLC 2012 Participant
0 Comments
|
|