“…Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
Pramoedya Ananta Toer Disudut kiri catatan harian tertulis bahwa hari ini adalah hari ke-16 saya berada di Canberra. Besok saya kembali ke Sydney dan berkumpul bersama seluruh para pemuka pemuda yang terpilih dari program ‘Gerakan Mari Berbagi’ Youth Leadership Camp (YLC) 2012. Begitu singkat rasanya waktu berjalan. Sebentar saja saya harus meninggalkan Canberra, meninggalkan hostfamily, dan meninggalkan semua pengalaman baru yang tak akan mungkin bisa dilupakan. Terngiang ditelinga lagu “YLC yang tidak kulupakan…”, ah, saya harus menarik nafas sejenak. Kenang-kenangan selama di camp Gerakan Mari Berbagi berputar kembali diingatan. Saya coba mengingat-ingat kenapa saya bisa ada disana. Sekitar akhir maret saya dapat informasi lewat sms dari Fathun yang ternyata ketua panitia mengenai kegiatan YLC 2012. Dari deskripsi sms sepertinya menarik. Yang membuat saya tertarik adalah hadirnya narasumber-narasumber yang luar biasa. Pas sekali! Saat itu saya merasa sedang ‘kering ide dan gagasan’. Memimpin berbagai organisasi tapi sepertinya tidak ada terobosan baru. Mencari inspirasi dari berbagai narasumber adalah tujuan utama. Akhirnya saya putuskan untuk mendaftar. Itupun sudah hampir terlambat. Saya mendaftar digelombang kedua. Belakangan saya tahu bahwa ada reward homestay ke Australia bagi peserta terbaik. Ini makin menarik saja. Tapi yang paling surprise adalah peserta yang lulus seleksi dari seluruh Indonesia. Bahkan ada yang berkuliah diluar negeri. Luar biasa. Sangat kompetitif dan ini jarang dilakukan di Aceh. Seleksi tahap pertama penilaian profil pribadi dan penilaian essay. saya tercampak ke 20 besar. Wah, bukan sembarang orang yang ikut kegiatan ini. Satu minggu sebelum acara saya simpan dulu bacaan politik yang biasa menemani sebelum tidur. Saya bongkar kembali map-map pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, termasuk membaca kembali materi-materi pelatihan yang pernah saya buat untuk diklat OSIS SMA dan pelatihan kepemimpinan dikampus. Ini saya lakukan hanya untuk menyamakan “frekuensi”, ibarat sebelum bertempur maka harus ada latihan dahulu. Hari pelaksanaan kegiatan pun tiba. Yang bikin tambah semangat adalah ide besar Gerakan Mari Berbagi yang diluncurkan dipembukaan YLC 2012. Kata ‘gerakan’ seperti menjadi passworddalam hati dan pikiran saya. Kalau mendengar kata gerakan saya langsung bersemangat. Mungkin karena selama dikampus saya dicap sebagai “anak gerakan”, jadi apapun yang berbau “gerakan” tidak pas kalau saya belum ikutan. Hmm..ini memang tempat yang cocok buat saya. Mengenai kegiatan YLC 2012 sendiri, saya merasakan energi positif semenjak pembukaan sampai akhir jelang pengumuman. YLC 2012 menjadi pelatihan kepemudaan terbaik yang pernah saya ikuti. Alasannya? Karena panitia dan seluruh fasilitator telah mampu melejitkan seluruh potensi peserta. Itu tentu bukan pekerjaan mudah. Apresiasi paling tinggi saya berikan kepada seluruh narasumber,dewan juri terutama inisiator kegiatan. Karena baru kali ini saya tahu ada pelatihan dengan reward homestay keluar negeri dengan pertimbangan prestasi akademik dan kemampuan bahasa inggris mumpuni tidak menjadi syarat mutlak. Tapi penilaian didasarkan pada kualitas kepemimpinan dan pengabdian bagi sesama. Cara penilaian out of the box, benar-benar keluar dari pakem yang ada. Inilah tempatnya bagi para penggerak sosial, pendamping anak jalanan, aktifis gerakan, dan relawan kemanusiaan, dimana usaha mereka didengar, dihargai dan diapresiasi. Seluruh pengalaman usaha,upaya, manis atau getir, dibagi yang kemudian dapat menjadi inspirasi bagi yang lain untuk mengambil tindakan dan terus berbuat kebaikan bagi sesama. Itulah yang saya rasakan. Potensi melejit dan makin kaya dengan ide-gagasan. Saya simpulkan bahwa Gerakan Mari Berbagi YLC 2012 adalah obat mujarab bagi pemuda/i yang sedang galau, kurang motivasi, sedang patah hati, atau yang sedang kering ide seperti yang saya alami. Terpilih menjadi 10 besar tentu ada rasa bangga yang sekaligus memikul tanggung jawab besar. Karena pemuka pemuda yang terpilih diberi penghargaan ‘Pemuka Pemuda Berintegritas’. Sebuah kepercayaan yang harus dijawab dengan tindakan. Ini menjadi motivasi lebih bagi saya dan tentu saja para pemuka pemuda lainnya untuk makin bersemangat berbagi dan berbuat hal-hal baik. Sekarang adalah hari terakhir saya di Canberra. Saya ingat kembali bahwa perjalanan hingga sampai kemari tidak mudah. Butuh kekuatan tekad agar semangat dan motivasi tetap tinggi. Saya merasakan banyak hal yang luar biasa. Yang akan menjadi dusta apabila saya hanya menyimpannya sendiri. Maka dari itu saya menulis. Menulis untuk berbagi. Agar pengalaman-pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi yang lain. Agar catatan-catatan ini dapat menjadi kenang-kenangan terbaik selama 17 hari saya di Canberra. Dan agar saya tidak lupa, bahwa telah berjanji untuk tetap menjaga integritas, toleransi dan saling menghargai yang banyak saya dapat di Canberra, dimanapun nanti saya berada dan bekerja. Saya mengakhiri misi Gerakan Mari Berbagi di Canberra dengan rasa syukur yang luar biasa. Ini adalah sebuah perjalanan singkat, untuk jalan pengabdian yang panjang. Salam berbagi! Canberra, 21 November 2012 M. Fauzan Febriansyah Peserta Youth Adventure & Youth Leaders Forum 2012
0 Comments
Berpartisipasi dalam ajang Youth leadership Camp 2012 berawal dari ketidaksengajaan. Di tengah kejenuhan saya sebagai tenaga pengajar intensif SNMPTN di salah satu bimbingan belajar terkemuka di banda aceh, ditambah lagi dengan padatnya persiapan untuk mengikuti olimpiade biologi nasional mewakili unsyiah di surabaya, saya merasakan jenuh yang sudah diambang batas. Beberapa bulan terakhir dunia saya hanya dipenuhi oleh padatnya jadwal mengajar dan setumpuk buku-buku olimpiade yang mesti “dilahap”, sehingga saya kurang mengikuti perkembangan berita aktual.
Untungnya di tempat saya mengajar terdapat sebuah mading yang lumayan menarik perhatian saya, sebuah poster yang tertempel manis dan hingga detik ini saya tidak tahu siapa yang berbaik hati telah menempelkan kertas tersebut. Mengapa saya katakan berbaik hati? Karena berawal dari kertas tersebutlah gerbang awal dimulainya kehidupan baru saya terbuka. Saat membaca sekilas poster tersebut, saya sedikit tertarik. Teman teman jangan langsung menduga saya tertarik karena doorprizenya homestay di Australia. Kalian salah besar!. Sederhana saja, saya tertarik hanya karena di poster tersebut tertulis, “outbond di Hillside”. Sederhana sekali bukan. Motivasi saya ikut hanya karena saya jenuh dengan rutinitas saya yang begitu padat. Saya butuh keluar dari “kotak kehidupan” yang selama ini mengekang dan memenjarakan jiwa. Saya ingin refreshing sejenak, menyegarkan pikiran, dan sedikit melupakan semua deadline perlombaan olimpiade dan penelitian. Mungkin teman teman akan tertawa mendengar impian saya. Namun itulah kenyataannya. Saya belum pernah ke Hillside sekalipun. Walaupun saya sudah menetap dua tahun di Banda Aceh, namun daerah yang pernah saya kunjungi masih bisa dihitung dengan jari. Ya beginilah saya. Saya yang terlalu sibuk dengan “dunia” saya sendiri. Namun Keraguan muncul saat melihat deadline pengumpulan berkas. Saya sudah telat. Besok adalah batas pengumpulan terakhir untuk gelombang kedua. Dan lebih menyedihkan lagi, pendaftaran gelombang kedua lebih mahal dibandingkan bila mendaftar di gelombang pertama. Lagi lagi saya menyesali keadaan saya yang sangat kurang mengikuti perkembangan dunia luar. Saya mencoba untuk mengajak teman dekat saya untuk ikut, namun dia menolak dikarenakan waktunya yang sudah mepet dan banyaknya berkas yang harus dilengkapi. Semangat saya semakin memudar. Belum ada keputusan untuk ikut atau tidak, intinya saya masih meragu. Namun entah dari mana semangat itu kembali muncul. Saya tetap menyelesaikan berkas berkas tersebut walaupun hati meragu. Sebenarnya, saya belum pernah sekalipun mengikuti kegiatan seperti ini. Dari kecil saya sudah terbiasa dengan olimpiade dan berbagai perlombaan akademik lainnya. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba hal yang baru bukan? Setelah menyelesaikan kelengkapan berkas, saya mengantarkan sendiri ke kantor FBA yang letaknya lumayan jauh. Sempat tersesat beberapa kali sebelum menemukan kantor yang asri tersebut. Dan lagi-lagi kedatangan saya disambut dengan sebuah pertanyaan. “kok telat daftarnya dek? Padahal infonya udah lama kesebar di internet loh.. Di rumah ga ada internet ya?” ” ujar salah satu staff kantor tersebut pada saya. Saya semakin merasa seperti katak dalam tempurung. Hari-hari menunggu pengumuman tidak terlalu menegangkan. Saya pesimis untuk lolos karena banyak pendaftar lain yang saya fikir lebih berkapabilitas, apalagi eventnya Nasional. Sudah barang tentu banyak pemuda hebat yang tertarik untuk mengikutinya. Namun, pagi itu saat hp saya berdering. Saya diberitahu bahwa yang lolos diumumkan via email. Segera saya menuju ruang kerja untuk mengecek email, dan ternyata saya LOLOS. Senang karena saya dapat libur mengajar selama 2 hari, tapi sedikit sedih kalau kalau lolos ke intensive camp, saya harus di karantina. Kalau saya di karantina, saya harus cuti mengajar selama 2 hari lagi, suatu pilihan yang berat. Dua hari mengikuti acara Youth Leadership Camp ternyata banyak memberikan manfaat. Saya jadi lebih banyak tahu tentang leadership dan berbagai permasalahan pemuda lainnya. Kami juga banyak mengikuti berbagai permainan yang bertujuan untuk melatih team-working dan bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan. Selama ini, dunia saya terlalu monoton dan hanya menjadi pemuda yang pasif. Pemuda yang tidak terlalu peduli dengan berbagai permasalahan yang ada. Namun, sejak mengikuti Youth Leadership Camp, hati saya semakin tergerak untuk terus berkontribusi bagi lingkungan sekitar. Di hari terakhir, diumumkan 100 peserta yang lolos menuju intensive camp. Rasa untuk masih ingin bersama mulai timbul, mungkin saya sudah merasakan nikmatnya kebersamaan selama 2 hari. Saya mulai sedikit berharap agar lolos, pikiran menambah cuti ngajar juga semakin besar. Ternyata keluar dari “kotak” kita selama ini dan melihat dunia baru itu indah juga ya.. Alhamdulillah. Tuhan masih memberikan kesempatan pada saya untuk menuju ke intensive camp. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung pulang ke rumah, karena belum menyiapkan apapun. Bahkan izin mengajar untuk dua hari kedepan juga belum selesai. Jarak dari gedung acara ke Darusallam terasa dekat, karena saya terlalu bersemangat untuk menjalani intensive camp. Sesampai di penginapan, saya kembali bersyukur karena ternyata saya mendapatkan teman kamar yang ternyata teman kecil saya dulu saat mengikuti lomba cerdas cermat tingkat provinsi 10 tahun yang lalu, namanya sherly. Malam pertama di penginapan kami habiskan untuk bernostalgia di kamar mengenang masa masa karantina saat lomba dulu. Dan lagi, saya kembali bersyukur atas nikmat tuhan yang tak henti hentinya memberikan kejutan terindah dibalik YLC ini. Ternyata intensive camp yang kami jalani selama 2 hari tersebut di luar dugaaan saya. Selama 48 jam kami melakukan berbagai kegiatan yang sangat padat dan terstruktur. Dibutuhkan kedispilinan dan profesionalitas yang tinggi. Energi yang terkuras, waktu tidur yang sangat sedikit, dan berbagai agenda lainnya menuntut tubuh ini untuk tetap fit. Namun, saya sangat menikmati semua agenda yang kami lakukan. Di intensive camp ini juga saya dapat mengenal berbagai karakter pemuda dari seluruh Indonesia. Melatih kesabaran, menekan ego sesama saat bekerja dalam kelompok. Semua finalis ingin menjadi yang terbaik, semua finalis ingin menunjukkan kemampuannya, karena semua finalis memang yang terbaik. Dan saya yakin, para dewan juri sangat susah untuk memilih 10 orang dianatara kami. Suka dan duka selama intensive camp memang tidak dapat dilupakan. Bangun pagi dan senam bersama. Sarapan sambil bertukar cerita dengan peserta lainnya. Latihan koreo untuk cultural performance di malam penutupan, dan lainnya. Kebetulan saya terpilih untuk menjadi cherry belle di drama komedi. Ini pengalaman pertama untuk saya, karena sebelumnya saya sedikit pemalu untuk tampil imut dan genit di depan orang ramai. Tibalah saat pengumuman, para panitia mengumumkan 10 besar yang akan homestay selama sebulan di Australia. Walaupun saya tidak terpilih, namun saya senang bisa menjadi bagian dari keluarga YLC. Sangat banyak manfaat yang sudah saya dapatkan. Sebagai pengajar, saya harus mampu memimpin murid murid di kelas. Sebagai relawan, saya harus mampu mengayomi anak anak pemulung. Sebagai peneliti, saya juga harus memiliki jiwa pemimpin. Intinya, kepemimpinan menembus batas ruang dan dimensi serta diperlukan di semua lingkungan sekitar kita. Because leadership is not position, but action. Saya sudah mendapatan manfaat dari ini semua. Bulan lalu, saya mengikuti Youth power di Universitas Gadjah Mada. Berbekal ilmu dari pemateri dan pengalaman di ylc, saya semakin mampu untuk berbicara di depan umum dan dapat mempresentasikan karya ilmiah saya dengan baik hingga meraih juara 2 nasional. Minggu ini saya kembali diundang oleh Universitas Indonesia untuk menjadi pemakalah tamu di seminar nasional yang mengangkat permasalahan tentang biodiversitas khas barat mewakili pulau Sumatera. Terima kasih YLC Resa Syafitri Alumni Youth Leadership Camp 2012 Setelah selesai acara Youth Leadership Camp (YLC) 2012, aku menjadi lebih sadar arti berbagi. Ketika melihat kisah teman-teman di YLC yang sebelumnya mengikuti YLC saja sudah berbagi. Seperti Husnul khatimah bersama rekannya yang sudah mulai berbagi dengan cara mengajar anak-anak di daerah lambirah aceh besar dengan memberikan les (Pelajaran tambahan) gratis atau mendapat pelajaran selain di sekolah.
Juga para fasilitator YLC yang rela meluangkan waktu dalam kesibukannya untuk berbagi ilmu kepada kami mulai dari Ratih amri, Arief suditomo, Ahmad Fuadi dan lainnya hingga sampai anak muda seperti Muhammad Iman Usman. Semuanya didasari oleh keinginan untuk saling berbagi dan tanpa dibayar sama sekali sewaktu memberikan materi yang luar biasa manfaatnya kepada kami. Saya juga salut kepada pencetus YLC Azwar hasan dan juga para panitia yang rela berjuang keras dihimpit dengan kegiatan kuliah yang sibuk dan pastinya sangat sulit menyamakan ide saat merancang kegiatan ini hingga pernah terdengar adanya sedikit pertengkaran di dalamnya. Tapi itu semua bisa teratasi dengan baik dengan adanya rasa ikhlas serta semangat untuk berbagi. Hingga kami mengerti arti berbagi itu sesungguhnya. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya karena berbagi tidaklah mesti mengeluarkan uang yang diperlukan hanyalah kemauan serta kemampuan masing-masing untuk berbagi. Di saat saya belajar ilmu ekonomi, dalam mata kuliah pengantar hukum dan etika bisnis bahwa modal itu ada 3 jenis yaitu uang, benda, dan skill. Modal sendiri adalah yang kuambil intinya adalah harta benda (uang, barang, dsb) yg dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu. Maka disini jelas kita berbagi pastinya ingin ada suatu yang dihasilkan baik itu demi kebaikan orang lain. contohnya dalam hal modal tadi; Jika orang berlebihan dalam hal ekonomi ia bisa berbagi rezekinya seperti bersedekah, membangun sekolah, memberi makan anak yatim dan lainnya. Berbagi tidak hanya bisa dengan uang juga bisa dengan benda seperti member buku-buku bekas yang tak terpakai, baju bekas dan lainnya yang masih bisa digunakan. Yang terakhir adalah skill (kemampuan) jika passion dan skill kita dalam bidang mengajar maka kita bisa mengajar anak-anak jalanan, dan anak pedalaman untuk menuntut ilmu. Jika passion anda dalam bidang perfilman makan anda bisa merekam kejadian di sekitar anda tentang lingkungan anda maka anda bisa membuatnya menjadi film dokumenter dan berbagi keadaan lingkungan anda kepada dunia via youtube. promosi film bisa dalam bentuk promosi wisata, buda serta keadaan yang memprihatinkan yang layak untuk diketahui orang banyak khususnya pemerintah. Atau bahkan kita bisa mengkombinasikan 3 modal yang kita punya antara uang, benda dan skill sehingga berbagi pun menjadi semakin sempurna. Berkat YLC juga aku menjadi sangat bersemangat dan makin bersemangat untuk terus berbagi apapun yang aku bisa. Saat ini kegiatanku adalah lebih kepada promosi budaya serta berbagai foto events(kegiatan) yang ada di Aceh. Terbentuklah Fanspage facebook Events In Aceh. Sebelum bergabung bersama YLC aku ingin sekali bisa mempelajari tarian Aceh, karena aku malu sebagai putra aceh aku tidak bisa tarian aceh bahkan aku sampai latihan sendiri melalui video yang ada di youtube. Video yang tersedia pun tidak begitu bagus kualitasnya dan yang latihan pun bukan orang asli Aceh. Aku juga mencari video tarian-tarian Aceh yang bagus di youtube untuk koleksi dan hiburan tersendiri, tapi tidak banyak. Akhirnya, dicampuri dengan cerita masa lalu tersebut dan rasa berbagi yang kudapat dari YLC serta saat ini aku memiliki kamera yang kudapat secara gratis dari suatu perusahaan, aku ingin memaksimalkan penggunaannya. Melalui Events In Aceh aku mulai berbagi rutin setiap events yang ada di Aceh dan sempat terekam oleh kameraku aku menguploadnya ke fanspage tersebut. Tidak hanya sebuah foto melainkan video juga seperti tarian aceh dalam suatu event aku pasti merekamnya jika sempat berhadir ke tempat tersebut. Karena menurutku tarian Aceh ini patut dikenal dan pantas untuk ditonton oleh orang banyak, jadi aku makin semangat dalam berbagi. Sampai saat ini aku berhasil merekam 9 tarian Aceh, dan 11 video events lainnya semua kuupload dalam bentuk high definition agar orang menontonnya ataupun mengunduhnya puas mendapatkan video dengan kualitas baik. Aku juga ingin terus merekam tarian-tarian aceh tradisional maupun tari kreasi lainnya yang belum sempat terekam. serta berbagi info kebudayaan aceh juga menyebarkan Events-events aceh yang akan mendatang. Setelah mempelejari semangat berbagi dari YLC dan aku juga mengaplikasikannya. Aku melihat kehidupan luar bahwa semua orang bisa berbagi melalui apapun cara mereka bahkan sampai yang tak terlihat sama sekali dan kuanggap itu suatu yang berarti untukku. Suatu hari aku pulang dari kampus melewati belakang lapangan tugu Unsyiah, aku melihat seorang bapak yang terlihat senang dan senyuman ikhlas sedang membersihkan labi-labinya. Walau aku hanya melihat tak sampai 10 detik aku mendapatkan makna yang mendalam ketika melihat bapak tersebut ikhlas dalam menjalani hidup dan mencintai apa yang ia kerjakan. Aku terus memikirkannya hingga saat ini, bahwa hidup ini tidak usah terlalu banyak mengeluh kita harus tetap terus “move on. Selagi kita berbuat di jalan kebaikan maka semuanya akan baik-baik saja baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Melihat semangat semua orang dalam berbagi dalam hal kebaikan baik dari mulai anak-anak, remaja, pemuda/i, orang tua. Semua orang dapat berbagi berbagi, semua orang dapat menginspirasi dengan cara mereka masing – masing. Bisa melalu prestasi, karya, tulisan, musik, film inspiratif, pendidikan, semangat, buku yang merupakan jendela dunia, serta masih banyak hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk berbagi. Selama itu positif dan dapat bermanfaat bagi orang lain, maka jalanilah secara totalitas dan terus berbagi. Mulai sekarang bagi siapa saja tak ada batasan lagi dalam hal berbagi, selagi itu menurut anda baik dan tak menyalahi aturan maka berbagilah Karena tak ada batasan suku, ras, agama, dan umur dalam berbagi semuanya satu dan berfikir bahwa apapun yang kita bagi akan bisa bermanfaat bagi orang lain siapapun dia tanpa memandang status apapun. Selagi memiliki kesempatan untuk berbagi, maka berbagilah! Fadhil Ismi Alumni YLC 2012 Bayangkan jika setiap orang di dunia ini mempunyai pola pikir seperti ini “apa yang bisa saya lakukan, apa yang bisa saya bagikan untuk menyelesaikan masalah yang ada disekitar saya, untuk membuat diri saya sendiri menjadi lebih baik, untuk membuat keluarga saya lebih bahagia, untuk menjadikan masyarakat dan lingkungan saya menjadi lebih, untuk menjadikan bangsa dan negara ini lebih bermartabat dan lebih berkeadilan?”
Kutipan diatas yang merupakan pengantar yang disampaikan oleh Bapak Azwar Hasan, founder Forum Bangun Aceh sangat mengena bagi diri saya, dimana saya bertanya-tanya, apakah yang sudah saya lakukan selama ini? Apakah saya sudah menjadi pribadi yang berguna? Hal itu pulalah yang mendorong saya untuk mengikuti sebuah kegiatan prestisius, yakni Youth Leadership Camp 2012. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 4-8 Juli 2012, dimana untuk mengikuti kegiatan tersebut tidaklah mudah, karena harus melewati tahapan seleksi. Secara garis besar, tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menumbuhkan rasa kepemimpinan dan rasa berbagi kepada tiap peserta, supaya dapat memberikan sesuatu dan melakukan sesuatu kepada lingkungannya untuk menjadi lebih baik. Mengaca kepada kutipan di atas, kembali lagi kepada diri saya pribadi, sudah seperti apakah saya. YLC ini bukanlah sebuah kegiatan yang sembarangan, dimana menurut saya kegiatan ini sangat berdedikasi, dimana output dari kegiatan ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang pendek, menengah dan juga dalam kurun waktu yang panjang. Setelah mengikuti jalannya proses kegiatan tersebut selama dua hari, ada beberapa hal positif yang saya dapat, dimana hal tersebut memiliki efek samping kepada saya secara pribadi. Yang pertama yakni tertanamnya filosofi “Mari Berbagi” ke dalam diri saya. Hal ini selaras dengan tujuan dari kegiatan itu sendiri, dimana pihak pelaksana memiliki harapan kepada para pesertanya yang mayoritas para pemuda dari berbagai macam latar belakang untuk bisa menumbuhkan filosofi tersebut kedalam diri mereka. Pemuda tersebut merupakan kalangan mahasiswa, yang mana sudah menjadi tugas dari seorang mahasiswa untuk lebih peka terhadap lingkungannya, dan bagaimana perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu tersebut dapat menyebarkan efek positif kepada lingkungannya. Dalam suatu sesi, mungkin secara informal, terdapat kegiatan saling bertukar pikiran antara para peserta, dimana mereka menceritakan mengenai proyek-proyek sosial yang sudah mereka kerjakan. Hal ini tentu saja dapat menambah motivasi bagi para peserta, terutama bagi saya pribadi, untuk melakukan hal yang sama. Sudah menjadi lumrah bagi seorang manusia dimana setelah melakukan suatu hal yang baik, akan didapat suatu kepuasan tersendiri dalam diri mereka, dan hal itu juga dapat digambarkan oleh para peserta dalam ceritanya. Perbuatan baik tentu dapat menjadi bekal bagi manusia, baik itu di dunia maupun di akhirat. Makin banyak kita berbagi, makin banyak berkah yang kita dapat. Jangan mengharapkan balasan dari apa perbuatan baik yang kita kerjakan, dimana kita harus selalu ikhlas, dan perca bahwa kita akan mendapat kebaikan yang serupa. Hal itulah yang secara langsung tertanam dalam diri saya setelah mengikuti kegiatan YLC. Yang kedua yakni menambah wawasan. Selain gerakan mari berbagi, sesi kegiatan juga dipenuhi oleh talkshow dari berbagai pakar dibidangnya. Sebut saja mulai dari seorang penulis, wartawan, entertainer, hingga seorang menteri. Bayangkan, berapa banyak ilmu dan wawasan yang kita dapat dari para pakar tersebut. Tentu akan sangat banyak sekali. Hal inilah merupakan salah satu keuntungan yang saya dapat selama kegiatan YLC berlangsung. Apa yang bisa kita pelajari dari sesi ini sebenarnya. Selain materi yang mereka sampaikan, kita juga dapat belajar banyak dari kisah hidup yang mereka jalani. Hal ini dilakukan oleh beberapa narasumber, bagaimana tahapan hidup yang mereka jalani sehingga mereka bisa menjadi orang yang besar seperti sekarang. Tumbuh sebuah motivasi dalam diri saya, dimana jika mereka bisa, kenapa saya tidak bisa seperti mereka juga. Man Jadda wajada, begitulah kata seorang pemateri, yang sangat membekas dalam pikiran saya. Proses untuk menjadi seperti itu tidaklah mudah, kadangkala dimana kita harus jatuh bangun dalam menjalani proses tersebut, terutama bagi kita para mahasiswa. Seberapa yang kita kerjakan, sebesar itulah yang kita dapat. Hal itu tentu dapat mendorong kita untuk bersikap maksimal dalam melakukan suatu proses, baik itu proses pendidikan, sosial, bahkan kehidupan, dengan belajar dari pengalaman mereka. Sungguh merupakan hal yang sangat langka pikir saya. Hal inilah yang menjadi keuntungan lain yang saya dapat selama menjalani kegiatan YLC. Yang terakhir dan yang paling penting yakni menambah jaringan. YLC ini merupakan kegiatan yang berskala nasional, sehingga para peserta tidak hanya berasal dari kota Banda Aceh saja, namun juga berasal dari daerah lain seperti Jakarta, Yogyakarta, bahkan berasal dari luar negeri. Sehingga merupakan suatu kesenangan dan keuntungan sendiri apabila kita memiliki teman yang berasal dari luar daerah. Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Bagaimana cara meningkatkan hubungan sosial kita yakni melalui kegiatan semacam ini, dimana bertambahnya jaringan memiliki manfaat besar bagi kehidupan kita kedepannya. Sungguh sebuah keuntungan besar lain yang saya dapat melalui kegiatan YLC ini. Salah satu yang menjadi daya tarik lainnya dari kegiatan ini yakni “hadiah” yang ditawarkan dari para pihak pelaksana, berupa short course ke negeri kangguru Australia. Program inilah yang menimbulkan situasi kompetitif selama kegiatan berlangsung, tanpa mempengaruhi jalinan pertemanan yang ada. Hal ini tentu memiliki manfaat besar, yang mana dapat memacu para peserta untuk lebih aktif dan lebih koperatif selama jalannya kegiatan. Hal tersebut menjadi kriteria utama bagi para peserta yang menargetkan hal itu. Mengingat banyaknya keuntungan yang didapat melalui kegiatan ini, saya berharap bahwa kegiatan ini dapat dilaksanakan kembali di masa yang akan datang, dan hal itu Alhamdulillah terwujud, dimana telah ada pencanangan untuk mengadakan kegiatan YLC ini untuk kali kedua. Karena sangat disayangkan bahwa kegiatan seperti ini berhenti begitu saja. Yang saya jelaskan diatas merupakan keuntungan dan manfaat dari perspektif saya pribadi. Setiap peserta pasti juga akan menafsirkan secara berbeda apa efek yang mereka rasakan setelah mengikuti kegiatan YLC. Begitu banyak kesempatan yang tersedia sebagai wadah untuk mengembangan diri dan YLC inilah merupakan salah satunya. Sebagai alumni, marilah kita untuk selalu menanamkan rasa Mari Berbagi dalam diri kita, dan manfaat keuntungan yang kita dapat selama kegiatan sebagai ”gadget” dalam rangka membenahi lingkungan kita untuk menjadi lebih baik. Salam berbagi! Qashmal Saifuddin Bantasyam Alumni YLC 2012 Padahal, kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku mengambil sebuah resiko. Mempertaruhkan uang yang baru saja ku dapat untuk ikut program yang kemungkinan besar belum tentu lulus di program itu. Bagaimana kalau seandainya aku tidak lulus bahkan di tahap pertama pun mungkin aku akan gugur. "....GMB memberikan arti dalam hidupku, mengajarkan aku arti taking and giving back yang sebenarnya. "
Demi GMB Aku Mau Jadi SPG Agustina, Alumni GMB 2012 Aku bukan satu-satunya peserta yang memiliki masalah keuangan saat mendaftar untuk jadi peserta dari Gerakan Mari Berbagi (GMB) Youth Leadership Camp 2012. Aku sudah mendengar keluhan dari beberapa peserta saat mereka ingin ikut mendaftar kegiatan ini. Mungkin bagi sebagian orang, uang 150 ribu bukanlah apa-apa. Tetapi bagi kami yang berasal dari keluarga kurang mampu, uang 150 ribu itu sangat berharga untuk menyambung hidup selama dua minggu. Keterbatasan tak menyurutkan niatku untuk mendaftar jadi peserta GMB. Aku berusaha untuk mendapatkan uang supaya bisa melakukan registrasinya. Mungkin sebagian orang juga akan bertanya “ngapain sih repot-repot ikut acara harus bayar segala?” Namun, bukan itu yang terlintas di benakku saat pengumuman GMB dikeluarkan tahun 2012 lalu. Aku bersikeras ingin ikut karena melihat nama-nama pembicara yang akan dihadirkan di acara tersebut. Ahmad Fuadi salah satu yang hadir adalah sosok yang begitu aku kagumi dengan novel-novelnya. Terlebih lagi melihat pengumuman homestay di luar negeri. Harus ku akui, bukan karena tekad ingin ke luar negeri aku memilih bergabung dengan GMB tetapi karena dari dulu aku sudah terbiasa hidup dalam Program Youth Leadership. Apalagi saat itu aku masih menjabat sebagai Youth Program Manager salah satu komunitas di bawah naungan NGO Lokal di Aceh. Kebiasaan hidup berbagi dan aktif berorganisasi membuatku sulit menutup mata melihat informasi yang berbau hal keduanya tersebut. Beberapa hari sebelum pendaftaran ditutup, aku mendapat tawaran untuk menjadi Sales Promotion Girl (SPG) oleh Forum Bangun Aceh. Lembaga yang menjadi sponsor kegiatan GMB-YLC tahun 2012. “Agustina, kamu lagi sibuk nggak? Ada kerjaan ni. Kalau ada waktu, kakak mau tawarkan pekerjaan ini ke kamu” Suara kak Syura sudah sangat ku hafal. Ia salah seorang staf di kantor FBA dan sudah mengenalku semenjak aku aktif sebagai volunteer di beberapa NGO di Aceh. Pucuk dicinta ulampun tiba, begitu pepatah yang sering kita dengar. Tanpa berpikir panjang, aku terima tawaran kerja yang berdurasi selama satu minggu itu. Aku menjadi SPG di sebuah pameran komputer yang diadakan di Gedung Sosial Banda Aceh dengan mempromosikan sebuah program kredit yang ditawarkan oleh salah satu divisi di lembaga Forum Bangun Aceh (FBA). Aku menjalani pekerjaan ini dengan bahagia. Alhasil, satu minggu berlalu dan aku mengenggam sejumlah uang di tanganku. Rasa bahagia menyelimuti pikiran dan hatiku. Uang yang ku dapat hasil kerja kerasku sendiri. Bismillah, sebelum jam 5 sore aku datang ke kantor FBA untuk mengisi formulir dan membayar uang registrasi. Selesai sudah dan saatnya bersiap-siap karena YLC akan dimulai beberapa hari lagi. Padahal, kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku mengambil sebuah resiko. Mempertaruhkan uang yang baru saja ku dapat untuk ikut program yang kemungkinan besar belum tentu lulus di program itu. Bagaimana kalau seandainya aku tidak lulus bahkan di tahap pertama pun mungkin aku akan gugur. Kalau itu terjadi, maka uangku 150 ribu akan melayang. Padahal uang itu dengan susah payah ku dapatkan. Tetapi, ya sudahlah, memang butuh sebuah tekad dalam berjuang dan harus berani mengambil resiko. Kalau tidak pernah mencoba, maka tidak akan pernah tahu hasilnya seperti apa. Well, singkat ceritanya, aku lulus tahap I dan begitupun dengan tahap II. Disanalah kemudian aku menemukan jiwaku sepenuhnya dan menemukan jiwa-jiwa mereka yang ternyata memiliki hati seperti malaikat. Aku merasa berada dalam kolam yang tepat bersama orang-orang yang memiliki nilai-nilai berbagi dalam hidup mereka. GMB menularkan virus itu kepada kami semuanya. Yang belum berbagi dalam hidupnya kemudian memiliki semangat untuk berbagi, yang sudah berbagi tambah semangat untuk berbagi karena menemukan lingkaran orang-orang yang tiada henti menebarkan virus berbagi. Kami semua sama-sama digembleng menjadi pemuka pemuda yang hidup bukan hanya memikirkan diri sendiri, tapi setiap hari bertanya apa yang bisa kami berikan untuk orang-orang di sekeliling kami, untuk bangsa dan negara ini supaya lebih baik ke depannya. Maka, adakah dunia yang lebih indah selain dari ini? Aku rasa inilah keindahan hidup yang sebenarnya saat setiap orang mau mengalahkan ego dalam dirinya dan tidak menutup mata untuk melihat persoalan yang ada di sekelilingnya. Disinilah kolam bagi orang-orang itu, para pemuka pemuda yang membuka mata dan hatinya untuk melihat dunia dengan kaca mata berbeda. Berbeda karena mereka menjadi pemuda yang pada umumnya hidup hanya untuk belajar dan bertanya apa yang akan ku dapatkan atas usaha yang kulakukan. Adapun homestay di Australia yang kemudian ku dapatkan dari GMB-YLC 2012 ini adalah hadiah dari Tuhan untukku atas perjuangan yang ku lakukan, atas pengorbanan semua rasa sakit saat ku berbagi dengan orang lain bahkan dikala aku tidak memiliki sekalipun. Aku percaya tidak ada yang kebetulan, semua sudah digariskan. Aku tahu, ketika mau menjadi SPG demi selembar formulir GMB saat itu, maka aku telah memilih bahwa takdirku ditentukan oleh kerja kerasku sendiri bukan dengan bergantung pada orang lain. GMB memberikan arti dalam hidupku, mengajarkan aku arti taking and giving back yang sebenarnya. Hal yang tidak mudah dilakukan dan hanya mereka yang mau membuka mata dan hati untuk melihat kesempatan ini dan mau memperjuangkannya. Terima kasih GMB, terima kasih inisiator, terima kasih pemateri dan para inspiring leaders, terima kasih para relawan yang mau bersusah payah mengorganir kegiatan yang luar biasa ini secara sukarela. Semoga kegiatan ini akan terus berlanjut dan melahirkan giver-giver yang ikhlas menuju ke kehidupan yang lebih baik. Terima kasih, terima kasih, terima kasih.amin Agustina Iskandar Alumni YLC 2012 “Rasa kehilangan apa yang akan dirasakan dunia ketika kita sudah tidak ada lagi di dunia ini” Muhammad Iman Usman(21), Pendiri Indonesian Feture Leader
Akhirnya aku memutuskan bahwa salah satu bulan terpadat dalam tahun ini adalah bulan ketika aku bertarung untuk bertemu dengan Inspiring person dalam program Youth Leadership Camp (YLC) 2012. Mengapa tidak, disamping menjelang final kuliah dengan tugas akhir, aku juga harus meng-handle beberapa seminar kegiatan dengan rapat-rapat mendadak, mengejar beberapa deadline tulisan untuk Majalah Pemberdayaan Perempuan, mengajar anak-anak di desa tempat aku tinggal serta yang paling urgent adalah bulan ini aku sedang menyusun program volunteer untuk pemuda di kotaku. Program yang aku targetkan bisa membangun Taman Edukasi Komplek di Pemukiman Pemulung di Ibukota Provinsi Aceh. Namun dalam perjalanan aku membaca sebuah informasi yang membuat semangatku semakin membara, apa lagi dalam kegiatan tersebut aku bisa bertemu dengan orang-orang pilihan. Akhirnya, aku mencoba mengikuti seleksi yang diadakan panitia. Syukur, ketika membaca pengumuman, namaku masuk dalam 100 besar. Dalam perjalanan kegiatan, aku tak menyangka mampu melewati sleksi dan menjadi satu dari 50 Pemuka Pemuda Indonesia dalam Youth Leadership Camp (YLC) 2012 adalah bagian kenyataan yang tidak akan bisa terlupakan dalam hidup. Selain berjumpa dengan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, bertemu dengan inspiring person, kegiatan ini juga mendongkrak semangat pemuda untuk terus berbagi. Mengingat apa yang selalu didengungkan oleh Almarhum Wali Nanggroe, Hasan Tiro, mengenai semangat berbagi, bahwa jangan pernah tanyakan apa yang negara berikan untuk kita, namun tanyakan apa yang kita berikan kepada negara. Semangat ini juga sangat populer dalam pidato President Amerika Serikan ke 35, Jhon F Kennedy. Pencetusan Gerakan Mari Berbagi dalam YLC 2012 ini juga turut menjadi salah satu solusi untuk mewujudkan perubahan bangsa ini kearah yang lebih baik. Dalam sambutan kegiatan ini, Ir. H Azwar Abubakar, Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi menegaskan bahwa perubahan tidak selamanya harus dimulai dari pemerintah. Disamping itu dr. Zaini Abdullah, Gubernur Aceh juga memberikan apresiasi besar terhadap kegiatan yang menfasilitasi pemuda untuk menjadi pemimpin masa mendatang ini. Gubernur Aceh ini turut mengajak semua anak bangsa untuk tidak terkotak-kotak dalam kepentingan masing-masing namun terus berkonstiribusi dalam solusi dan aksi. Sebagai salah satu perwakilan Aceh, menjadi Pemuka Pemuda adalah sebuah tanggung jawab besar untuk membawa bangsa ini kearah yang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh inisiator Gerakan Mari Berbagi(GMB), Azwar Hasan, banyangkan jika setiap orang di dunia ini mempunyai pola pikir yang sama mengenai apa yang bisa “saya berikan”, apa yang bisa “saya lakukan” untuk menyelesaikan masalah yang ada, untuk membuat diri saya lebih baik, lingkungan saya lebih baik, untuk menjadikan bangsa dan negara ini lebih bermartabat. Pastinya negara ini tidak akan merasakan kemunduran yang yang luar biasa. Sayangnya sangat sedikit orang yang dalam kesehariaannya langsung bergerak untuk berubah. Banyak fonomena pola pikir yang selalu memprotes keadaan, kritik bertubi, tanpa solusi, bertanya “apa yang bisa saya dapatkan”, lalu gencar melakukan demo yang tidak berarti, iri dan dengki yang menggerogoti, dan tidak peduli jika ada yang tersakiti. Oleh karenanya GMB yang dicetus oleh pendiri Forum Bangun Aceh (FBA) ini adalah salah satu aksi nyata yang luar biasa dengan mengumpulkan pemuka-pemuka pemuda Indonesia yang telah berbuat banyak untuk lingkungannya dalam satu wadah YLC 2012 untuk berbagi dan memberi demi mewujudkan Indonesia lebih baik. Kegiatan YLC 2012 ini selain melibatkan tokoh-tokoh nasional muda juga turut melibatkan para entreurpreneur muda dalam Gerakan Mari Berbagi seperti Ratih Amri, Director of Legal and Corporate Secretary, PT Vale Indonesia. Ratih Amri yang saat ini mengendalikan perusahan tambang batubara terbesar no dua di dunia ini melihat bahwa integritas bangsa ini patut dipertanyakan. Seperti dalam hal penanganan SDA, saat ini banyak SDA tanah air yang dijual kepada investor yang yang tidak bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat kecil, akan tetapi menguntungkan kantong penguasa, karena itu hal ini menjadi salah satu tanggung jawab pemuda saat ini. Disamping itu Arief Suditomo, Programming & Production Direction SINDO TV, yang ikut berbagi dalam YLC ini juga menegaskan bahwa bangsa ini jangan terus terlena dengan isu, berita buruk yang diberitakan media. Arief Suditomo turut menyangkan banyak program TV yang terus menerus menampilkan sisi buruk Indonesia, sehingga rakyat merasa jenuh dan bosan dengan kenyataan, dan semakin malas untuk beraksi positif. Meskipun saat ini ia menjabat sebagai Pimpinan Redaksi RCTI, ia mengakui dinamika per-sinetron-an Indonesia juga masih berada pada tahap penciptaan pola pikir buruk, dan juga juga menjadi PR bersama untuk menyelesaiannya. Semangat berbagi pun hadir dari Dean Syahmadi, Manager Boy Band Sm*sh, sebagai music entreprenuer ia menyatakan bahwa yang dibutukan bangsa saat ini adalah hal kecil yang dekat dengan hati, bukan pergerakan yang luar biasa yang membuat masyarakat segan untuk menyentuhnya. Kendartati Soebroto dan Ira Koesna juga mengabil bagian berbagi dalam YLC ini, sebagai master of public speaking, mereka juga mengaharapkan adanya komunikasi yang baik untuk bisa membuat bangsa ini maju dan berperadaban. Selanjutnya untuk membangun bangsa ini juga dibutuhan semangat “man jadda wa jada”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Hal ini ditegaskan oleh Ahmad Fuadi, penulis best-seller yang turut mengajak pemuda bangsa untuk meciptakan lingkungan positif dan selalu bersugguh. Dari kalangan pemerintahan, turut hadir Wakil Menteri muda, Prof. Eko Prasojo yang mengajak kaum muda untuk berbagi waktu, pikiran, dan tenaga untuk mengsukseskan agenda reformasi Indonesia. Perkara usia memang bukanlah kendala untuk kita menciptakan perubahan bangsa, apalagi kaum muda adalah Feature Leader of This Nation, seperti yang dilakukan Muhammad Iman Usman pendiri Indonesian Feature Leader yang diusia muda telah mendapatkan penghargaan dari PBB. Dalam YLC 2012 ini ia turut berbagi, ia mengajak peserta lainnya memikirkan mengenai rasa kehilangan apa yang akan dirasakan orang lain ketika kita sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tentunya orang akan sangat merasa kehilangan disaat kita selalu melakukan kebaikan, lantas sejauh perjalanan hidup saat ini, hal baik apa yang sudah kita lalukan? Akhirnya dari kegiatan ini, meskipun aku tak berhasil menjadi satu dari 10 peserta yang mendapat kesempatan Homestay ke Australia. Aku akan terus menjerit untuk mengajak semua kalangan untuk terus berbagi, kuatkan integritas, tegakkan keadilan, cerdaskan emosi dan spiritual, wujudkan kesetaraan dan keadilan untuk mempercepat perwujudan bangsa yang benar-benar bermartabat, sebagaimana yang dicanangkan dalam deklarasi Pemuka Pemuda di YLC 2012 ini. Maulidar Yusuf Alumni YLC 2012 Control your mind and your heart.. (Syahmedi Dean)
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menjelaskan bahwa “orang lebih berani ditodong pistol ketimbang disuruh untuk berbicara di depan Publik –Public Speaking- (Hasil Survei The People’s Almanac Book of Lists). Sebuah kalimat sederhana namun memberikan makna yang tidak sesederhana kalimatnya. Setidaknya begitulah yang saya rasakan. Kalimat ini tepatnya disampaikan oleh Bang Dean kepada kami semua pada hari kedua Camp di Hotel Jeumpa. Ia menjelaskan dengan begitu lugas dan jelas. Kata-kata yang disampaikan mudah dipahami karena elaborasinya menjelaskan tentang pengalamannya dalam mengatasi kebimbangan dan permasalahan (baca: demam panggung) yang dialami banyak orang saat berada di atas panggung. Hingga ia mengeluarkan kalimat yang sederhana namun powerful “…Control Your Mind and Your heart...” . Ya, kuncinya adalah bagaimana kita mengontrol hati dan pikiran kita. Hadirkan pikiran dan hati ketika hendak berkata-kata agar ia tersusun rapi dan menjiwai. Biasanya yang membuat orang ngalur ngidul ketika berbicara didepan adalah karena ia tidak mampu menenangkan diri sebelum menyampaikan orasinya sehingga hati dan pikirannya tidak hadir (baca: bersatu) bersama orasinya. Ia berorasi namun hati dan pikirannya entah kemana. Alhasil, ia tidak sadar apa yang ia sampaikan. Semua konsep awal yang ia bawa tidak tersampaikan dengan baik sehingga tujuannya tidak tercapai dan audiences pun kebingungan.Ya, begitulah adanya dan hal ini dialami oleh kebanyakan orang. Beruntung, kalimat ini memberi pengaruh yang cukup baik pada saya setidaknya lebih baik dari sebelumnya. Saya ingin mengurai manfaat yang saya rasakan ini melalui cerita. Ceritanya begini, Beberapa saat sebelum saya menjadi MC di acara puncak AYLC 2012 saya ‘galau’ (hati saya gundah dan pikiran kacau). Saya berfikir ini acara besar dan acaranya akan dihadiri oleh orang-orang besar seperti gubernur, walikota, dan para pejabat tinggi lainnya.Kegundahan hati saya menjelaskan bahwa saya tidak akan bisa menampilkan yang terbaik dan hal ini hanya akan membuat saya mempermalukan diri sendiri. Pesan negatif tersebut ditangkap dengan baik oleh pikiran saya sehingga menambah ketidaktenangan diri. Apalagi menjadi MC bukanlah sebuah profesi yang sering saya jalani sebelumnya. Hal itu membuat pikiran saya benar-benar di luar kontrol. Namun keberuntungan kedua datang menghampiri saya, Partner saya –Ari- adalah seorang MC yang cukup profesional, berpengalaman dan memilki kekhasan tersendiri dari senyum dan suaranya yang mampu menyihir banyak penonton.Dia mengajak saya untuk saling mengenal lebih dekat dan lebih dalam. “Itu menjadi penting bagi seorang MC dalam berkolaborasi”,paparnya. Ternyata hal ini sangat membantu, setelah saling memberikan feedbacksaya merasa lebih tenang dan nyaman. My mind supported me by saying “ Just believe that everything is gonna be okay”.Sesaat sebelum tampil saya mencoba memikirkan beberapa kata yang mampu membangkitkan semangat saya agar bisa tampil energic, dan serangkaiankata tersebut adalah “control your mind and your heart”.Yes, it was really powerful. Those words had Boosted up my spirit. Alhasil, saya bisa katakan cukup baik dan memuaskan. Namun, tentunya masih diperlukanupgrading dan berbagai improvisasi lainnya agar bisa menjadi lebih baik lagi. Saya ingin menjelaskan kenapa cerita diatas menjadi penting untuk saya paparkan kepada teman-teman semua. Antara lain adalah karena saya melihat masih banyak peserta dalam kegiatan YLC yang lalu belum mampu menguraikan konsep-konsep pemikirannya dengan baik ketika diminta untuk menjelaskannya di depan publik –public speaking-. Padahal, ketika berdiskusi diluar ‘keadaan formal’ misalnya diskusi-diskusi singkat yang dilakukan masing-masing peserta terlihat bahwa hampir semuanya mampu menghadirkan gagasan-gagasan yang cemerlang bahkan sudah tahu berbagai rencana aksi kedepan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, melalui cerita singkat ini saya mencoba menjelaskan kembali beberapa poin penting yang bisa kita raih ketika mampu menguasai public speaking dengan baik. (1) Mampu mengutarakan ide/gagasan dengan baik.Sebuah gagasan/ ide brilian menjadi kurang berarti ketika tidak mampu diutarakan dengan baik. (2) Meningkatkan emotional intelligence. Sudah begitubanyak para ahli berpendapat bahwa kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi akan sangat bermanfaat dan berpengaruh pada peningkatan kualitas diri dan hidup yang lebih baik.(3) Memiliki Pengaruh yang besar. Kita tahu bagaimana seorang Soekarno sang proklamator dengan orasinya yang ulung mampu membangkitkan semangat rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan negri ini. (4) Meningkatkan leadership skills. Kemampuan berorasi dengan baik tentu saja sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin karena melalui komunikasi yang baik dia dapat mengarahkan semuanya menjadi lebih baik.(5) Menginspirasi banyak orang. Sejarah telah mencatat begitu banyak orang di dunia telah mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain melalui kedahsyatan orasinya. Sebagai bentuk follow up dari kegiatan YLC yang telah memberikan saya banyak pencerahan, saat ini saya sedang mengikuti proses seleksi dalam ‘Gerakan Menuju Anak Baik Indonesia’ dibawah ‘Beewhite Management’ sebagai seorang Trainer/Fasilitator Muda dan juga Mitra Belajar. Sebuah Langkah kecil yang saya coba lakukan dalam berkontribusi mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang lebih baik sembari terus belajar meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri menjadi lebih baik lagi. Saya yakin dengan bermodalkan “passion” saya dalam bidang pendidikan dan kepemimpinan, hal ini akan memberikan hasil yang sangat baik. Baik itu bagi anak-anak atau peserta didik saya nantinya maupun bagi saya pribadi. Karena seperti kata Adenita dalam bukunya “23 Epicentrum”, “Sesuatu yang dilakukan dengan hati akan melahirkan energi yang tak pernah mati”. Passion tersebut yang akan membangkitkan semangat saya untuk melakukan yang terbaik. Adenita melanjutkan“Sesuatu yang dilakukan dengan Cinta lahirlah Maha karya”. Do your best and be the best ! Teuku Ar Rizqi Aulia Alumni Youth Youth Leadership Camp 2012 |
|