Berpartisipasi dalam ajang Youth leadership Camp 2012 berawal dari ketidaksengajaan. Di tengah kejenuhan saya sebagai tenaga pengajar intensif SNMPTN di salah satu bimbingan belajar terkemuka di banda aceh, ditambah lagi dengan padatnya persiapan untuk mengikuti olimpiade biologi nasional mewakili unsyiah di surabaya, saya merasakan jenuh yang sudah diambang batas. Beberapa bulan terakhir dunia saya hanya dipenuhi oleh padatnya jadwal mengajar dan setumpuk buku-buku olimpiade yang mesti “dilahap”, sehingga saya kurang mengikuti perkembangan berita aktual.
Untungnya di tempat saya mengajar terdapat sebuah mading yang lumayan menarik perhatian saya, sebuah poster yang tertempel manis dan hingga detik ini saya tidak tahu siapa yang berbaik hati telah menempelkan kertas tersebut. Mengapa saya katakan berbaik hati? Karena berawal dari kertas tersebutlah gerbang awal dimulainya kehidupan baru saya terbuka. Saat membaca sekilas poster tersebut, saya sedikit tertarik. Teman teman jangan langsung menduga saya tertarik karena doorprizenya homestay di Australia. Kalian salah besar!. Sederhana saja, saya tertarik hanya karena di poster tersebut tertulis, “outbond di Hillside”. Sederhana sekali bukan. Motivasi saya ikut hanya karena saya jenuh dengan rutinitas saya yang begitu padat. Saya butuh keluar dari “kotak kehidupan” yang selama ini mengekang dan memenjarakan jiwa. Saya ingin refreshing sejenak, menyegarkan pikiran, dan sedikit melupakan semua deadline perlombaan olimpiade dan penelitian. Mungkin teman teman akan tertawa mendengar impian saya. Namun itulah kenyataannya. Saya belum pernah ke Hillside sekalipun. Walaupun saya sudah menetap dua tahun di Banda Aceh, namun daerah yang pernah saya kunjungi masih bisa dihitung dengan jari. Ya beginilah saya. Saya yang terlalu sibuk dengan “dunia” saya sendiri. Namun Keraguan muncul saat melihat deadline pengumpulan berkas. Saya sudah telat. Besok adalah batas pengumpulan terakhir untuk gelombang kedua. Dan lebih menyedihkan lagi, pendaftaran gelombang kedua lebih mahal dibandingkan bila mendaftar di gelombang pertama. Lagi lagi saya menyesali keadaan saya yang sangat kurang mengikuti perkembangan dunia luar. Saya mencoba untuk mengajak teman dekat saya untuk ikut, namun dia menolak dikarenakan waktunya yang sudah mepet dan banyaknya berkas yang harus dilengkapi. Semangat saya semakin memudar. Belum ada keputusan untuk ikut atau tidak, intinya saya masih meragu. Namun entah dari mana semangat itu kembali muncul. Saya tetap menyelesaikan berkas berkas tersebut walaupun hati meragu. Sebenarnya, saya belum pernah sekalipun mengikuti kegiatan seperti ini. Dari kecil saya sudah terbiasa dengan olimpiade dan berbagai perlombaan akademik lainnya. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba hal yang baru bukan? Setelah menyelesaikan kelengkapan berkas, saya mengantarkan sendiri ke kantor FBA yang letaknya lumayan jauh. Sempat tersesat beberapa kali sebelum menemukan kantor yang asri tersebut. Dan lagi-lagi kedatangan saya disambut dengan sebuah pertanyaan. “kok telat daftarnya dek? Padahal infonya udah lama kesebar di internet loh.. Di rumah ga ada internet ya?” ” ujar salah satu staff kantor tersebut pada saya. Saya semakin merasa seperti katak dalam tempurung. Hari-hari menunggu pengumuman tidak terlalu menegangkan. Saya pesimis untuk lolos karena banyak pendaftar lain yang saya fikir lebih berkapabilitas, apalagi eventnya Nasional. Sudah barang tentu banyak pemuda hebat yang tertarik untuk mengikutinya. Namun, pagi itu saat hp saya berdering. Saya diberitahu bahwa yang lolos diumumkan via email. Segera saya menuju ruang kerja untuk mengecek email, dan ternyata saya LOLOS. Senang karena saya dapat libur mengajar selama 2 hari, tapi sedikit sedih kalau kalau lolos ke intensive camp, saya harus di karantina. Kalau saya di karantina, saya harus cuti mengajar selama 2 hari lagi, suatu pilihan yang berat. Dua hari mengikuti acara Youth Leadership Camp ternyata banyak memberikan manfaat. Saya jadi lebih banyak tahu tentang leadership dan berbagai permasalahan pemuda lainnya. Kami juga banyak mengikuti berbagai permainan yang bertujuan untuk melatih team-working dan bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan. Selama ini, dunia saya terlalu monoton dan hanya menjadi pemuda yang pasif. Pemuda yang tidak terlalu peduli dengan berbagai permasalahan yang ada. Namun, sejak mengikuti Youth Leadership Camp, hati saya semakin tergerak untuk terus berkontribusi bagi lingkungan sekitar. Di hari terakhir, diumumkan 100 peserta yang lolos menuju intensive camp. Rasa untuk masih ingin bersama mulai timbul, mungkin saya sudah merasakan nikmatnya kebersamaan selama 2 hari. Saya mulai sedikit berharap agar lolos, pikiran menambah cuti ngajar juga semakin besar. Ternyata keluar dari “kotak” kita selama ini dan melihat dunia baru itu indah juga ya.. Alhamdulillah. Tuhan masih memberikan kesempatan pada saya untuk menuju ke intensive camp. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung pulang ke rumah, karena belum menyiapkan apapun. Bahkan izin mengajar untuk dua hari kedepan juga belum selesai. Jarak dari gedung acara ke Darusallam terasa dekat, karena saya terlalu bersemangat untuk menjalani intensive camp. Sesampai di penginapan, saya kembali bersyukur karena ternyata saya mendapatkan teman kamar yang ternyata teman kecil saya dulu saat mengikuti lomba cerdas cermat tingkat provinsi 10 tahun yang lalu, namanya sherly. Malam pertama di penginapan kami habiskan untuk bernostalgia di kamar mengenang masa masa karantina saat lomba dulu. Dan lagi, saya kembali bersyukur atas nikmat tuhan yang tak henti hentinya memberikan kejutan terindah dibalik YLC ini. Ternyata intensive camp yang kami jalani selama 2 hari tersebut di luar dugaaan saya. Selama 48 jam kami melakukan berbagai kegiatan yang sangat padat dan terstruktur. Dibutuhkan kedispilinan dan profesionalitas yang tinggi. Energi yang terkuras, waktu tidur yang sangat sedikit, dan berbagai agenda lainnya menuntut tubuh ini untuk tetap fit. Namun, saya sangat menikmati semua agenda yang kami lakukan. Di intensive camp ini juga saya dapat mengenal berbagai karakter pemuda dari seluruh Indonesia. Melatih kesabaran, menekan ego sesama saat bekerja dalam kelompok. Semua finalis ingin menjadi yang terbaik, semua finalis ingin menunjukkan kemampuannya, karena semua finalis memang yang terbaik. Dan saya yakin, para dewan juri sangat susah untuk memilih 10 orang dianatara kami. Suka dan duka selama intensive camp memang tidak dapat dilupakan. Bangun pagi dan senam bersama. Sarapan sambil bertukar cerita dengan peserta lainnya. Latihan koreo untuk cultural performance di malam penutupan, dan lainnya. Kebetulan saya terpilih untuk menjadi cherry belle di drama komedi. Ini pengalaman pertama untuk saya, karena sebelumnya saya sedikit pemalu untuk tampil imut dan genit di depan orang ramai. Tibalah saat pengumuman, para panitia mengumumkan 10 besar yang akan homestay selama sebulan di Australia. Walaupun saya tidak terpilih, namun saya senang bisa menjadi bagian dari keluarga YLC. Sangat banyak manfaat yang sudah saya dapatkan. Sebagai pengajar, saya harus mampu memimpin murid murid di kelas. Sebagai relawan, saya harus mampu mengayomi anak anak pemulung. Sebagai peneliti, saya juga harus memiliki jiwa pemimpin. Intinya, kepemimpinan menembus batas ruang dan dimensi serta diperlukan di semua lingkungan sekitar kita. Because leadership is not position, but action. Saya sudah mendapatan manfaat dari ini semua. Bulan lalu, saya mengikuti Youth power di Universitas Gadjah Mada. Berbekal ilmu dari pemateri dan pengalaman di ylc, saya semakin mampu untuk berbicara di depan umum dan dapat mempresentasikan karya ilmiah saya dengan baik hingga meraih juara 2 nasional. Minggu ini saya kembali diundang oleh Universitas Indonesia untuk menjadi pemakalah tamu di seminar nasional yang mengangkat permasalahan tentang biodiversitas khas barat mewakili pulau Sumatera. Terima kasih YLC Resa Syafitri Alumni Youth Leadership Camp 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
|