Arnald memperhatikan dandananku di kamar hotel saat kami akan berjalan-jalan pagi itu. Bahkan saat aku melilitkan sebuah tali accesories di atas kerudungku. Sesuatu yang tidak pernah ku lakukan sebelumnya di Jakarta saat aku bersamanya.Accesories itu sudah lama aku beli. Tetapi aku baru mengenakannya sewaktu di Bali.
Arnald menggodaku dengan penampilan baruku itu. Aku mengancam bahwa aku akan melepaskan accesories ini segera kalau dia tidak berhenti. "Bagus kok. Kenapa lo nggak pernah pakai saat di Jakarta. Lo pasti nggak Pede kan?" Kalimatnya benar-benar membuatku malu. Dia memuji penampilanku disamping menyudutkanku dengan kalimatnya yang terakhir. Aku berkilah, bahwa aku Pede memakainya di Jakarta. Hanya aku tidak ingin memakainya. Padahal, aku berbohong dan aku rasa Arnald tahu kalau aku berbohong. "Kamu cantik sekali", bg Az juga memujiku malam harinya saat kami berkumpul. Untung saja cahaya Blue Ocean Cafe remang-remang jadi mereka semuanya tidak dapat menyaksikan betapa meronanya muka aku saat bg Az memujiku. Malam itu kami berkumpul di salah satu cafe di Legian bersama teman-teman bg Az lainnya. Ada bg Eqi, kk Eva, bg Freddy dan bg Andrian. Pada kesempatan itulah aku dan Arnald harus mempresentasikan hasil kegiatan sosial kami di Jogja, Semarang dan Surabaya. Kami menceritakan semua kronologis perjalanan kami sampai akhirnya kami tiba di Bali. Jarang sekali orang memuji penampilanku. Terutama para lelaki yang ada di sekelilingku. Bahkan aku tidak pernah mendengar ayahku sendiri memuji penampilanku. Itu sesuatu yang langka dalam hidupku. Karena bg Az dan Arnald, kedua lelaki itu membuat aku lebih berani. Mungkin pujian itu tak seberapa penting bagi mereka. Tetapi pujian itu yang telah mengantarkan keberanian aku untuk siap menerima perubahan yang lebih baik dalam hidupku. Bali telah memberi arti tersendiri bagiku saat aku bersama mereka. Semenjak kejadian itu, aku selalu ingin tampil lebih baik setiap harinya. Sungguh, aku jadi berani mengubah penampilanku sesuai dengan yang ku inginkan. Bahkan di Jakarta sekalipun aku benar-benar melakukanya. Mencoba beberapa gaya dalam berkerudung. memadu-padankan warna dalam berpakaian. Mungkin sedikit rahasia, dulu aku tidak memiliki baju yang berwarna cerah. Semua baju yang ku kenakan meliputi warna hitam, coklat dan abu-abu. Hanya ketiga warna itu yang paling ku sukai. Menyebalkan sekali ternyata aku menyukai warna-warna yang secara psikologis melambangkan hidup kelabu. Pakaian aku mulai berwarna saat aku kuliah dan bergabung di beberapa youth club di Aceh. Seperti English Club, disanalah aku bertemu dengan teman-teman yang hatinya seperti malaikat. Mereka mengajariku tentang warna dalam berpakaian. Bahkan mereka sering menculikku saat club belum mulai. Di toilet, mereka membentuk jilbabku sesuai dengan mereka suka. Kejadian ini diakhiri dengan tantangan bagiku untuk mengenakan baju berwarna cerah dan tampil di depan mereka di lain pertemuan. Saat itulah aku mulai merubah kebiasaan menggunakan pakaian yang berwarna cerah. Sahabat dekatku Sapril, juga mengajariku satu hal. Sewaktu kami di Sydney ikut program Youth Leadership Camp tahun 2012. Dia mengatakan sesuatu kepadaku saat ku tanya pendapatnmya tentang warna bajuku. Aku membawa beberapa baju ke Sydney tapi ku simpan rapi dalam lemari karena aku belum berani menggunakannya. Baju-baju itu berwarna aneh menurut aku. "Jangan pernah takut untuk mencoba warna-warna baru. Jangan terlalu memikirkan omongan orang. Lakukan dan kenakan saja apapun yang kamu sukai". Kalimat itu meyakinkan aku di kemudian hari untuk berani menggunakan baju berwarna hijau disana. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku mengenakan baju berwarna hijau. Ternyata yang terjadi kemudian adalah beberapa orang memuji penampilanku dalam sebuah pesta ulang tahun yang ku hadiri di New Castle. "Nice colors girl", begitu kata mereka padaku. Sebelumnya aku selalu malu untuk tampil berbeda mungkin lebih tepatnya merubah kebiasaan lamaku. Sulit menjadi feminim setelah sekian lama menjadi gadis tomboy. Namun, pujian teman-teman dekatku dan apresiasi kedua laki-laki itu saat di Bali telah meninggalkan bekas dihatiku. Sekarang, di Jakarta saat orang-orang memandangku dan memperhatikan penampilanku dengan seksama. Ku rasakan perasaanku gugup seketika dan merasa minder saat itu juga. Namun, satu hal yang paling ku syukuri adalah ketika perasaan minder ini datang, aku membayangkan Arnald disampingku dan berdiri dekat denganku sambil bilang "Bagus kok" dan bg Az yang akan berkata "Kamu cantik". Seketika aku menegakkan kepala kembali mengingat mereka. Apresiasi itu telah membuat aku merasa dicintai dan dihargai. Agustina Anggota Cakrawala Club Jakarta, 4 September 2013
0 Comments
Leave a Reply. |
|