Memang ini bukan kali pertama saya menginjakkan kaki di luar negaraku tercinta, Indonesia. Saya pun sudah banyak berinteraksi dengan sahabat karib dan teman yang memiliki keyakinan yang berbeda seperti Protestan, Katolik, Advent, Hindu, Budha, Islam yang paling moderat sampai Islam yang sangat ketat dengan berbagai macam aturan, bahkan banyak sekali teman-teman saya adalah orang-orang yang agnostik dan ateis. Hal seperti itu bukanlah hal yang baru, saya menghargai setiap pilihan walaupun tentu saja saya memiliki perspektif sendiri mengenai hal tersebut. Mungkin mudah ketika saya berada di tempat yang masih memiliki budaya yang sama. Negara yang sebelumnya pernah saya kunjungi masih terletak di Asia dan mayoritas adalah orang-orang yang tidak memiliki keyakinan akan Tuhan atau ateis. Kali ini ada perbedaan yang besar yang seringkali membuat saya harus menyiapkan mental. Negara tempat saya homestay adalah Australia dimana mayoritas penduduknya yaitu 25 % dari 23 juta jumlah total penduduknya adalah Katolik. Jika dijumlahkan, keseluruhan penduduk yang beragama Kristen terdiri lebih dari 50% dari Jumlah penduduk, sedangkan penduduk yang beragama Islam hanyalah 2% dari populasi keseluruhan. Hal yang menjadi kekhawatiran saya bukanlah banyaknya pemeluk agama lain tetapi isu buruk mengenai Muslim yang berkembang terutama di Australia mungkin akan mempengaruhi bagaimana dan seperti apa perlakuan yang akan saya terima ketika saya berada di Australia. Walaupun saya sudah bertanya ke beberapa teman di Australia tentang hal itu dan mereka berkata saya akan baik-baik saja, kekhawatiran dan pertanyaan masih selalu muncul alam benak saya, apakah saya masih bisa mengenakan jilbab panjang disana, apakah saya masih bisa sholat dalam setiap kegiatan, apakah mereka akan tetap mau menyapa saya dengan identitas muslim yang melekat kuat dalam diri saya karena atribut yang saya kenakan (jilbab panjang dan besar, gamis,dll).
Beberapa hari berlalu di Australia, saya sedikit merubah gaya kerudung yang biasanya cukup panjang, menjadi sedikit lebih pendek dan sedikit menggunakan mode yang sedang ngetrend saat ini dengan sebutan hijabers walaupun masih tidak terbiasa tetapi masih dalam hitungan hijab yang syar’i (sesuai dengan aturan Islam). Hingga pada akhirnya, suatu hari saya memberanikan diri untuk mengenakan jilbab yang sangat panjang (saya kira yang paling besar dan panjang yang saya bawa ke Australia) saat akan keluar dari rumah host family untuk mulai beraktifitas. Saya dan Dian, salah satu delegasi homestay yang tinggal bersamaan dengan saya mengikuti host family kami, Mathilde untuk pergi mengunjungi orang tuanya di retirement village atau tempat tinggal yang dikhususkan untuk orang yang sudah berumur atau pensiunan yang lokasinya agak jauh dari tempat kami tinggal. Ayah Mathilde ternyata adalah keturunan Belanda yang dulu pernah tinggal di Indonesia cukup lama semasa penjajahan sebagai guru bahasa Belanda di Irian Jaya. Sehingga kami pun dengan semangat membuatkan beliau nasi goreng khas Indonesia sebelum bertandang ke tempatnya. Mereka sangatlah welcome terhadap kami walaupun baru saja bertemu hari itu, terutama karena beliau bisa berbicara bahasa Indonesia dengan kami setelah sekian lama tidak menggunakannya. Setelah beberapa jam kami bersama dengan orang tua Mathilde, kami pun pergi berdua dengan menggunakan bus ke kota karena saya harus membeli card reader di salah satu tempat yang berada di Brisbane City untuk bisa memindahkan semua data-data foto yang saya dapatkan selama di Australia. Saat itulah perjalanan yang menarik buat saya bermula. Dengan segala kekhawatiran saya karena memakai jilbab panjang, saya bertanya-tanya bagaimana orang memperlakukan saya hari itu ketika saya mulai berpisah dengan Mathilde dan pergi ke kota menggunakan transportasi umum. Setelah menunggu sekitar 15 menit, bis yang bernomor 100 datang ke halte tempat saya menunggu untuk pergi ke kota. Sesaat pada waktu saya naik, saya tersenyum pada supir bis itu. Tiba-tiba ia berkata “Selamat Siang, Selamat datang!” dan saya pun terkejut senang, “Ya Selamat Siang, terima kasih” sontak kami membalas dengan senyum lebar dan tidak bisa menyembunyikan keterkejutan saya. Entah bagaimana supir itu bisa tahu bahwa kami berasal dari Indonesia. Setelah mencari space yang nyaman kami pun duduk dan melihat-lihat sekitar dari jendela tempat kami duduk sembari memeriksa kembali dimana kami akan turun. Setelah melewati beberapa halte, saya dan Dian tidak yakin dimana kami harus turun dan saya pun memberanikan diri untuk bertanya pada supir bis tersebut. “Excuse me, Could you please tell me where should I get off from the bus if I want to go to King George Squre?” “Yes, sure. Do you mean George Street? You can get off at a bus stop nearby an art gallery.” “Is that far from here?” “No, it’s not.” “Okay, thank you so much.” Supir itu sangatlah ramah, sayang sekali saya tidak menanyakan namanya karena takut mengganggunya pada saat itu. Setelah saya selesai bertanya, saya berjalan kembali menuju kursi dimana Dian dan saya duduk. Baru saja dua langkah saya berjalan, supir itu bertanya pada saya. “Where do you come from? I lived in Jakarta last year” “Wow, That’s great! I live in Bogor, a place near Jakarta. It takes an hour to go to Jakarta from my town. “How long you had been there?” “lima bulan” “You can speak in Bahasa, that’s awesome.” “You speak very good English.” “Anyway, thank you so much.” “No worries” Tidak lama dari pembicaraan saya dengan supir bus tersebut, tiba giliran saya untuk turun. Saat kami turun supir itu mengatakan lagi “Selamat siang!” saya pun berkata terima kasih dan tiba-tiba menjadi lebih bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Entah mengapa saya sangat senang sekali dengan hal yang kecil seperti mendapatkan sapaan dari orang lain terlebih orang itu tidak saya kenal namun mau berbicara dengan sangat ramah. Saya menyebutnya sebagai mood buster. Sekitar 50 meter dari halte bis dimana saya turun itu, saya menemukan Art Gallery yang didepannya mengalir danau yang sangat bersih dan rindang. Dian, salah satu pencinta museum mengajak saya untuk mengunjungi galeri tersebut. Namun saya segera tersadar bahwa saya harus secepatnya menunaikan shalat zuhur pada saat itu. Sembari berjalan masuk, saya berharap di dalam hati agar saya diizinkan shalat di gallery itu sehingga memudahkan saya untuk bisa meneruskan aktivitas selanjutnya. Jika diperhatikan bangunan yang berdiri tinggi dan kokoh tersebut sebagian besar dilapisi oleh kayu sehingga membuat suasana di dalam sangat sejuk. Kami pun senang sekali berada disana setelah berjalan dan menunggu dengan suhu diluar yang cukup panas karena suhu musim semi yang sudah menuju musim panas mulai beranjak naik. Sejak awal masuk ke galeri kami disuguhi dengan rak-rak buku yang berjejer dengan judul yang menyerempet lebih banyak ke arah seni dan sejarah. Lalu kami pun berjalan ke arah yang lebih dalam lagi, ada sebuah tenda yang dipasang di dalam ruangan yang di dalamnya diletakkan bangku-bangku dan TV sehingga pengunjung yang datang bisa menonton film yang berkaitan dengan sejarah Australia sekaligus beristirahat untuk meregangkan kaki. Salah satu hal yang membuat saya tertarik dari tenda itu adalah tulisan yang di pasang di tenda yang mengatakan “White invaders you are living on stolen land”. Sontak saja saya menatap lamat-lamat tulisan itu dan tertarik dengan sejarah yang berhubungan dengan itu. Ya, tulisan itu adalah tulisan yang dibuat dari perspektif penduduk aborigin ketika pendatang kulit putih mulai mendarat di Australia dan merasa bahwa daerah dan kekuasaan mereka dicuri. Ketertarikan saya menjadi lebih besar tentang sejarah Australia khususnya penduduk aborigin sehingga saya beberappa kali berdiskusi dengan beberapa orang Australia untuk mengetahui lebih banyak, tetapi untuk cerita yang lebih panjang tentang aborogin akan saya ceritakan di bagian selanjutnya. Setelah mengambil beberapa gambar yang tidak jauh dari tenda itu, saya turun tangga ke ruangan yang sedikit lebih rendah. Seseorang petugas perempuan duduk di samping jalan masuk menuju bilik yang berbeda. Awalnya saya agak ragu tetapi saya mencoba untuk nekat memberanikan diri meminta izin tempat dimana saya bisa melaksanakan shalat. “Pardon me, Is there any place to pray here?” “No, we don’t have a special space to pray but you are very welcome to pray here. You can choose a space wherever you want, but do you pray loudly?” “No, I don’t.” “That’s great then. You are welcome.” “Thank you so much for your understanding.that’s a very kind of you” “No problem, please be comfortable” Saya sangat terharu dengan perlakukan petugas tadi yang mengizinkan saya untuk shalat dan berbicara sangat ramah. Awalnya saya berfikir kalau saya akan diarahkan ke ruangan pintu darurat tetapi ternyata saya boleh memilih tempat dimana saja yang saya rasa nyaman. Sekejap saya pun bersiap-siap shalat dan memilih sedikit tempat di pojok ruangan yang tidak terlalu banyak dilalui orang dan menunaikan shalat dengan khusyuk walaupun saya berada di tempat umum. Dian, teman saya yang tinggal di rumah host family yang sama yang merupakan penganut agama Hindu pun turut membantu saya dengan menjaga dan memperhatikan area tempat saya shalat untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja. Luar biasa, nilai toleransi saya dapatkan dari petugas dan teman saya yang berbeda agama membuat saya terharu ketika saya disini hanyalah kaum minoritas tetapi mereka sangat terbuka dalam menerima saya. Lima menit berlalu, Alhamdulillah saya bisa menunaikan ibadah shalat zuhur ditambah dengan mengantongi pengalamaman baru, yaitu shalat di tempat umum untuk pertama kalinya di Australia. Setelah selesai membereskan perlengakapan shalat, saya dan dian kembali berjalan mengitari galeri. Kami masuk ke ruangan-ruangan lainnya dengan lukisan-lukisan yang berjejer memenuhi ruangan, saya mencoba untuk menikmatinya walaupun tidak benar-benar mengerti. Kami berhenti ketika kami berada pada tempat dimana tempat itu memiliki lantai berbatu yang digenangi oleh air, dipenuhi lampu, dan air mancur. Dengan sigap kami mengambil kamera ketika menemukan spot yang bagus. Saat kami sedang asyik mengambil gambar selfie seorang bapak-bapak menghampiri kami dan berkata bahwa dia akan membantu kami mengambilkan gambar di tempat itu. Kami berdua saling bertatapan dan tersenyum senang sekali karena bapak itu mau membantu kami padahal kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Setelah bapak itu mengambil foto kami, kami pun foto bersama-sama dengan istrinya yang juga datang ke museum bersama dengannya. Istrinya mendekatiku dan berkata “Your veil is so pretty, I love that.” Bukan kata-kata atau perlakuan yang berbeda karena saya memakai kerudung panjang tetapi ibu tersebut dengan ramah menyapa dan memuji saya. Saya merasakan kehangatan yang amat sangat ketika berbicara dengan ibu tersebut. Suami dan Istri itu berasal dari Amerika. Mereka datang ke Australia untuk mengunjungi putrinya yang bekerja sebagai pengacara di Brisbane. Kami bertukar emai dan berpisah setelah beberapa lama berbicara dengan suami istri itu. Suatu hal yang saya dapatkan di hari itu bahwa Australia adalah negara yang sarat dengan nilai-nilai pluralitas dan multikultural yang begitu kuat melekat di mata masyarakatnya. Saya menjadi malu, tersindir dengan kondisi di negara sendiri dimana masih banyak sekali orang yang belum bisa membuka tembok-tembok perbedaan yang membuat jarak di antara suatu pemeluk agama dengan pemeluk agama lainnya yang berbeda. Jangankan berbeda agama, dengan pemeluk agama yang sama pun banyak sekali terjadi bentrokan baik fisik maupun pelecehan verbal dan perlakuan yang kurang menghargai satu sama lain. At the end, I conlude all in my sentences, “Religion teaches us values of morality, but it won’t come as you just read it and believe it. It’s all about understanding from one to another.” Terima kasih untuk supir bus 100, petugas yang sangat ramah di Art Gallery, Dian, pasangan suami istri, Ester dan Steve yang telah menjadi bagian dari kisah saya di Australia. Riskha Dwi Jayanti
15 Comments
grace
12/10/2015 08:43:35 pm
PINJAMAN CEPAT PENAWARAN ONLINE DI RAHMAT MORGAN PINJAMAN PERUSAHAAN ... Rahmat Morgan Pinjaman Perusahaan adalah penyedia terkemuka pinjaman Seluruh Dunia Tidak peduli apa kondisi keuangan Anda, kami dapat membantu mendapatkan cash.We Anda sendiri memberikan pinjaman untuk konsolidasi utang, perbaikan rumah, tanpa jaminan pinjaman, pinjaman kredit buruk, pinjaman bisnis, pinjaman pribadi, pinjaman mahasiswa, pinjaman Auto, mengurangi Kartu Kredit hutang, Real Estate dan hipotik pada tingkat bunga 2%. Menawarkan pinjaman online kami mudah dan cepat untuk apply.it adalah 100% Dijamin dan safe.do hubungi kami sekarang untuk lebih jelasnya AT [email protected]
Reply
Merpati Darma
10/24/2019 01:42:11 am
PERUSAHAAN PINJAMAN RIKA ANDERSON
Reply
Mrs Sharon Sim
12/23/2019 05:20:38 pm
Hello Everybody,
Reply
Merpati Darma
4/26/2020 09:06:18 am
KABAR BAIK !!! KABAR BAIK !!! KABAR BAIK !!!
Reply
Wahyu S Handoko
4/29/2020 07:47:02 pm
Assalamualaikum
Reply
RIKA ANDERSON LOAN COMPANY
6/14/2020 08:02:15 pm
Di RIKA ANDERSON LOAN COMPANY, kami menawarkan semua jenis bantuan keuangan kepada semua individu, suku bunga kami adalah 2% per tahun. Kami juga memberikan saran dan bantuan keuangan kepada kami, klien dan pelamar. Jika Anda memiliki proyek yang baik atau ingin memulai bisnis dan membutuhkan pinjaman untuk segera membiayainya, kami dapat mendiskusikannya, menandatangani kontrak, dan kemudian mendanai proyek atau bisnis Anda untuk Anda bersama dengan Bank Dunia dan Bank Industri.
Reply
AHAMAD FAUDZI ABD
7/11/2020 02:03:42 pm
Hai semua
Reply
Fatma Wati
9/3/2020 08:27:17 pm
Selamat siang
Reply
HAFIZUL BIN HAZIQ
10/18/2020 07:40:34 am
e_mail:[[email protected]]
Reply
putu ernawati
1/20/2021 10:24:45 am
Halo semuanya, tolong, saya langsung ingin menggunakan media ini untuk membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman kredit yang benar-benar mengubah hidup saya dari kemiskinan menjadi wanita kaya dan sekarang saya memiliki hidup sehat tanpa stres dan kesulitan keuangan,
Reply
MURNI SANTI
2/16/2021 12:57:31 pm
SAYA MENYAMBUT ANDA SEMUA DI HALAMAN INI
Reply
4/20/2021 12:30:43 am
KISAH KEHIDUPAN SEJATI BAGAIMANA SAYA MENDAPATKAN PINJAMAN DARI SUMBER LEGIT Halo, saya Nancy Nunez dengan nama dan saya tinggal di AS, Saking bahagia dan gembira, saya ingin berbicara tentang kebaikan Tuhan, kerja keras dalam hidup saya. hidup, setelah berbulan-bulan mencoba mendapatkan pinjaman di internet dan ditipu, jadi saya menjadi putus asa dalam mendapatkan pinjaman dari pemberi pinjaman yang sah secara online kemudian saya melihat komentar dari seorang teman bernama bobby Leo dan berbicara tentang perusahaan peminjaman yang sah ini, di mana dia mendapatkan pinjamannya dengan cepat dan mudah tanpa stres, jadi dia memperkenalkan saya kepada seorang wanita bernama Pak Rossa Stanley yang mengendalikan perusahaan rossa stanleyloan company, jadi saya meminta jumlah pinjaman $ 89.000,00 USD karena skor kredit saya oke dan dengan suku bunga rendah 2%, jadi pinjaman disetujui dan disetorkan ke rekening bank amerika saya begitulah cara saya bisa mendapatkan pinjaman untuk memulai bisnis saya berjalan dan melunasi tagihan saya, jadi saya menyarankan masing-masing Anda yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman secara cepat dan mudah, silahkan hubungi mereka melalui e -mail: [email protected] dapatkan pinjaman apa pun yang Anda butuhkan hari ini, terima kasih, saat Anda membaca kesaksian terbesar dalam hidup saya. Nancy Nunez +1(509)640-6671
Reply
hadi emi
4/20/2021 11:46:30 am
KABAR BAIK
Reply
4/25/2021 12:44:04 am
KESAKSIAN TENTANG BAGAIMANA SAYA MENDAPAT PINJAMAN DARI PERUSAHAAN KEUANGAN ASLI MINGGU TERAKHIR. Email untuk tanggapan segera: Whatsapp + 1_ (213) 315_3118 [email protected]
Reply
Wow this is awesome, very interesting article. I can imagine the energy and inspiration you have invested on this powerful combination of words. Many articles I come across these days do not really dive this deep to make it clear to their audience as you did. But believe me the way you interact is literally 100% perfect. I will instantly grab your rss feed to stay informed of any updates you make on your blog and as well take the advantage to demonstrate
Reply
Leave a Reply. |
|