(Coretan Perjalanan Puncak RInjani)
Bang Az 'Bang, kalaupun mereka sudah turun, kita tetap harus sampai ke puncak ya.' Suara letih itu menaikkan asaku yang tinggal sehela napas lagi. Freddy, teman baruku dalam perjalanan mendaki Puncak Rinjani telah menyindir kelelahan fisik dan mentalku dalam kegelapan malam menjelang subuh yg mencekam itu. Benar kata Botot berulang kali ''puncak itu terlihat dekat dimata tapi jauuuh di kaki.’ Aku belajar banyak dari pendakian pertamadalam hidup ini. Semangat saja tidaklah cukup jika tidak disertai mental yang kuat ketika badai menerjang, jurang dikiri kanan yg siap menelanmu hidup-hidup. Mata terus merenggek-rengek memohon tidur sekejap karenasudah melek sepanjang hari dan malam yang tidak biasa. Ingin kubiarkan mataku terpejam sesaat tapi aku takut. Setiap godaan itu dating aku ingat pesan pak ketuaku, Todi, 'jangan kau tergoda utk istirahat panjang karena kau tdk akan mampu melanjutkan perjalanan yang tersisa'. Saat itu, aku mulai menanyakan ulang ' seperti inikah hidup? Jangan terlalu lama istirahat dalam menempuh perjalan hidup ini karena kau tak akan mampu melanjutkan sisa hidup ini karena terlalu nyaman?' Ada saatnya untuk rehat sejenak mencerna perjalanan yang kita lewati, tapi hidup harus terus dijalani karena dia tidak akan berhenti terlepas kita siap atau tidak. Life must go on! Entahlah! Kurasakan betis dan dengkul protes minta berhenti. Batin menjerit: 'Sudah! Sudahlah! Berhentilah dan kembali saja ke tenda! Apa yang kau cari memaksa diri ke puncak 3726mdpl itu. Tidak ada toh yg perlu kau buktikan. U've got what you need in your life. Cannot be better than this! You almost got everything, why doing this?' Sementara sisi batin lain trus menggelora ' ayok, lihat Eva yg jalan setapak demi setapak dan terlihat tidak berdaya sudah jauh di depan kamu, masak kamu ga bisa! Eva adalah anggota tim kami yang terlihat secara fisik lemah dan sangat slow dalam banyak hal, tapi dia berhasil mencapai semua target akhir dengan sangat baik. Dikiri kanan menuju puncak aku melihat bule2x yg sudah berumur terus berjalan pelan tapi pasti. Memang ada yg pingsan tapi kemudian bangkit lagi hingga mencapai puncak gunung tertinggi ke-3 di Indonesia itu. Aku kembali mengingat kata2x ajakan freddy diatas dan melihat dia terus melangkah dengan kaki dan badan gementar tapi tidak mau menyerah. Kata2x ajakan itu benar2x menghilangkan semua raguku. Terima kasih Frett. Barangkali hidup juga begitu ya, kadang ucapan dan perhatian orang sekitar kita membuat kita kuat (atau lemah) dalam menempuh perjalanan hidup ini. Saat itu aku terus berjanji pada diriku sendiri untuk mengucapkan hal2x baik karena aku tidak pernah tahu pengaruhnya terhadap hidup seseorang, persis seperti ajakan Freddy utk melanjutkan perjalanan apapun yang terjadi. Kehadiran seseorang ketika kita berada dalam titik terlemah membuat semuanya bisa walaupun mungkin kita tidak berbuat dan tidak berkata apapun. Kehadiran kita dengan hati dan keikhlasan, barangkali sudah lebih dari yang dibutuhkan orang tersebut. Ya dengan ikhlas, bukan dengan ego diri apalagi kesombongan yang mencelakakan. Momen ketika jalan sangat terjal berbatus cadas dengan tingkat elevasi mungkin sekitar 25-30 drajat dan debu yang menyiksa muka mata dan hidung, seperti mengingatkanku akan realita kehidupan yang sering tidak mudah. Take the bright side of it! challenge makes you think and smarter, otherwise tidur aja dirumah berleha-leha dan spa…bosen juga kan? Freddy, Eva, dan orang2x itu terus berjalan menempuh asa yg tersisa memberiku semangat untuk melangkah. No poin of return!!! Begitu bisikku. Kuterapkan prinsip yg kulihat dari Eva selama pendakian ini : 'pelan tapi pasti, aku ambil 10 langkah lalu berhenti dalam 7 hitungan dan kuucapkan trima kasih pada diri sendiri atas setiap kemajuan 10 langkah itu. Terus aku praktekkan strategi ini mulai jarak sekitar 2 atau 3 kilo dari puncak hingga aku sampai di titik Puncak Rinjani itu. Alhamdulillah! Puji Tuhan! Akhirnya aku sampai di titik puncak yang sudah kuperjuangkan siang dan malam semala beberapa hari ini. AKu pilih spot yang membuatku leluasa mengamati tingkah perilaku manusia yang sampai dipuncak ini. Mereka pasti orang2x hebat yang sudah menaklukkan perjalanan yang sangat tidak mudah ini. Hampir semua berfoto ria. Jelas terlihat pancaran kepuasaan dan perasaan haru, bahagia, feeling so good dari raut muka itu. Namun cara gesture mereka tidak bisa bohong, semua lelah dan letih yang ditahan. Ada yang hanya berdiri kaku mengagumi keindahan panorama di puncak gunung itu seolah tidak mau beranjak dari sini. Ada juga yang cas cis cus foto sekitar beberapa menit dan lalu turun lagi. Perilaku yang terakhir ini aku kurang paham. Why so rush for going down while you are here? Kok semuanya terburu-buru ingin terus turun. Bukankah tujuan utamanya dari sejak keberangkatan adalah menuju titik puncak ini? Setelah berhari-hari berharap, begadang dan berjuang untuk sampai disini, lantas langsung turun lagi? So, apa yang kita cari ya? Aneh ya? Biasalah otak ini ga bisa diam, coba mencari jawabannya. Aku menemukan hypothetical answer-nya : barangkali titik akhir dalam perjalanan hidup itu tidak pernah ada, ketika kita mencapainya, titik itu menjadi titik awal menuju titik akhir baru yang tercipta dari kombinasi impian dan harapan baru kita. Kalau tebakan jawaban itu bisa diterima, berarti mencapai titik akhir itu penting, namun yang lebih penting lagi adalah proses menjalani setiap langkah yang dibuat menuju titik yang ingin dicapai tersebut. So, again, it’s not about the end but the process, dong! I don’t really know…jalanin aja yok! Yang pasti pengalaman ini menyakinkanku untuk: pertama, nikmati setiap langkahmu dalam hidup ini, tidak perlu buru-buru dan memaksa diri. Enjoy aja! Kedua, istirahatlah sejenak karena kamu pasti lelah sudah menempuh perjalanan panjang tapi jangan terlalu lama karena kamu akan merasa terlalu nyaman dan takut untuk melangkah lagi. Perjalanan menuju Puncak Rinjani bukanlah sekedar menguji ketahananan fisik tapi juga uji nyali dan jiwa. Sebuah proses mengenal diri dan kawan2x kita secara lebih jujur dan tanpa manipulasi. Kita tidak mungkin bersandiwara ketika dihadapkan pada situasi hidup atau mati. Disinilah ketika egoisme diri bertempur dengan kesetiakawanan, kesombongan berhadapan dengan kerendahan hati, definisi sabar yg perlu diberikan makna ulang. Aslinya keluar. Disinilah saat saat terdekat dengan diri kita sendiri atau kawan terdekat kita saat itu.. Semua akan teruji terhadap apa yang kita pikirkan dan ucapkan. Palsu atau tulus? Botot mengira kalau si bule itu sudah gila membangun ‘tenda’ tempat buang air besar. “ untuk apalah dia buat ‘tenda’ segala untuk hanya buang hajat itu, kan tinggal pilih mau e’ek dimana aja terserah, wong luas begitu gunung ini. Mau di pasir, di rumput, di batu, di dekat pohon, tinggal pilih aja kok…. Gila kali ya bule ini..” umpat Botot dan cerita ke kita semua. Apa yang terjadi? Tengah malamnya, dia kebelet dan perutnya mulas. Angin kencang dan dinginnya udara puncak gunung, melebihi udara dalam kulkas, tidak memungkinkan anda buang hajat di alam terbuka begitu saja. ‘tenda’ yang dibuat bule itulah menjadi penyelamatnya malam itu. Dia pengguna pertama ‘tenda’ WC itu. Another lesson of life, hah! Terima kasih Todi yg telah membuat perjalanan ini menjadi nyata dan kau menjadi jembatan kita semua. Kau tunjukan bagaimana menjadi manusia dengan persiapan matang dan target yg jelas. Kau ajarkan ketegasan itu untuk mencapai hasil yg maksimal. Kepemimpinan yg tegas dalam situasi kritis adalah bukan untuk dinegosiasi. well done! Kau ajarkan kapan harus tegas, kapan harus mengalah kecuali ketika pose dan foto.. hahaha. Terima kasih Botot yg mengajarkan bagaimana hidup ini dapat dijalankan dengan canda tawa yang cerdas walaupun dalam kondisi terdesak e'ek jagungmu itu! Tantangan dalam pendakian kemarin menjadi lebih mudah ketika kau buat semuanya terlihat ringan karena celotehanmu terdengar lucu tapi tetap indah dan cerdas. Tidak murahanlah. I missed that all. Eki yang memberikan contoh mencoba mengerti yang lain tanpa menuntut untuk dimengerti. What's a nice man! Eva yang mengajarkan sabar dan pelan tapi pasti mengejar apa yang dia mau dan tidak perlu teriak2x dan buru2x, menikmati setiap langkah yang ditapaki dalam bingkainya sendiri. Freddy, what's a good mate in a very difficult situation, you must be a good person to go through in difficult life times. Kalian sahabat-sahabatku yang hebat yang telah memberikanku pengalaman hidup baru untukku. Aku belajarbahwa hidup bukanlah mencapai target saja (ends) tapi proses dan cara menuju kesanalah membuatnya bermakna dan lebih indah. Trima kasih sobat baruku. Puncak Rinjani, 20130828.
0 Comments
Leave a Reply. |
|