Tentang YLC, baiklah akan ku ceritakan bagaimana program ini menjadi bagian dari hidupku dan telah mengubah segalanya tentang hidupku menjadi lebih baik. Program yang menghidupkan nafas disiplinku, menyalakan bara api mimpi-mimpiku, mewujudkan keberanian diriku dan mengantarkanku untuk pertama kalinya menginjak tanah Kangguru.
Aku memiliki banyak cinta disana, dan dipersatukan dengan orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidup mereka. “Hidup berawal dari mimpi” begitulah lirik nyanyian Bondan Prakoso. Namun, disinilah aku akan memulai kisahku bahwa bergabung di Youth Leadership Camp (YLC) bukan karena aku ingin ke Australia pada awalnya. YLC diadakan untuk semua peserta dari seluruh Indonesia dan kandidat yang akan berangkat ke Australia hanya dua orang. Aku meragukan kualifikasi aku untuk menjadi kandidat tersebut. Maka, aku putuskan bahwa aku harus berada di barisan YLC untuk belajar bersama orang-orang besar yang menjadi trainer kami disana. Aku lengkapi berkas administrasi menjelang detik-detik kantor Forum Bangun Aceh mau tutup di sore. Dua minggu kemudian aku melihat namaku lulus dan 91 nama peserta lainnya dari seluruh Indonesia. Aku periksa nama peserta yang lain satu persatu, ada yang kuliah di Thailand, India, Malaysia, Jakarta, Surabaya, Jogyakarta, Palu, Medan dan lainnya. Mereka kuliah di kampus-kampus yang hebat. Sambil menelan air ludah, hati deg-degan, nyaliku menciut menyaksikan nama-nama hebat yang akan menjadi sainganku itu. Maka, mantaplah niatku, bukan ke Australia tapi yang lebih penting bagaimana bisa belajar dengan baik selama training YLC dan bergaul sesama peserta dengan baik. Tuhan memberikan apa yang aku mau karena aku belajar dan bergaul dengan baik disana. Sederetan nama teman baru terekam dibenakku yaitu Yani, gadis pertama YLC yang menjadi temanku, Husnul gadis yang gila bicara dan tak pernah berhenti untuk berceloteh, Safril cowok yang bagus bahasa Inggrisnya ketika bicara, Sherly sosok gadis yang ku rasa dikenal oleh semua anggota YLC karena ia sering tampil dan aktif, Maya gadis yang selalu memberiku inspirasi, Dian cowok lucu namun kadang tingkahnya konyol. Aku selalu merindukan untuk berada di sampingnya dan teman-teman lain yang namanya selalu mengundang kerinduanku saat mengingat mereka. Disini aku percaya, bahwa Tuhan telah menempatkanku di tempat yang paling indah dengan seribu kisah di dalamnya. Tiap hari penuh dengan aktivtas, dan aku tau bahwa ternyata kandidat yang akan berangkat ke Australia adalah 10 orang. Hal itu diumumkan oleh Azwar Hasan setelah acara pembukaan. Dia inisiator dari program ini dan sosok yang sudah lama ku kenal semenjak aku aktif di beberapa NGO local di Aceh sebagai volunteer. Walaupun demikian, 10 orang kandidat itu masih membuat niatku bergeming. Seiring berjalannya detik-detik waktu, perubahan terjadi dengan cepat, satu hari bergaul dengan mereka membuatku mulai berpikir dan motivasiku bangkit. Mulailah aku berdoa kepada Tuhan tiap aku shalat “Tuhan bantulah aku untuk ikhlas mengikuti program ini dan dapat belajar dengan baik. Apapun yang menjadi keputusanMu di masa yang akan datang aku terima dengan lapang dada”. Doaku kepada Tuhan. Disamping tak pernah sedetikpun berhenti berdoa, masih ku ingat bagaimana otakku memutar kembali semua teori-teori yang pernah aku baca tentang mimpi seperti tentang hukum law of attraction bekerja dalam buku The Secret, teori Poulo Coelho dalam buku The Alchemist dikatakan bahwa “jika kamu menginginkan sesuatu maka seluruh dunia akan membantumu mewujudkan apa yang kamu inginkan”, lalu didukung dengan berbagai ayat Alquran yang memberiku inspirasi tentang prasangka baik kepada Tuhan dan janji Tuhan untuk mengabulkan doa hambanya, ditambah lagi man jadda wa jadda yang telah berhasil menghipnotis jiwaku saat mengikuti materi dengan Ahmad Fuadi, maka semangatku mulai terbakar. Hari pengumuman untuk kelulusan tahap kedua dimulai. Ku genggam erat amplop coklat yang di dalamnya berisi sertifikat ucapan selamat telah menjadi peserta YLC dan selamat untuk masuk intensif camp. Aku serahkan amplop itu pada Mardiansyah, teman yang paling ku cintai dan ku percayakan untuk membuka amplop sekaligus membacakan pengumuman lulus atau tidaknya aku. Masih ku ingat bagaimana kami berteriak bersama, saling memberi selamat, saling menggenggam tangan dan masuk ke dalam barisan keberuntungan peserta intensif camp. Intensif camp adalah masa yang paling bahagia bagi aku dan banyak peserrta ku rasa. Disini kami berjumlah 50 orang peserta dan seperti menggenggam surga kebahagiaan, aku melalui hidup yang bahagia walaupun hanya 3 hari namun disini kehidupan terbaikku dimulai. Kami dilatih fasilitator-fasilitator hebat, ada kak Dean, kak Wan Putra, dan kak Azwar yang selalu ada dan motivasi kami. Juga panititia-panitia luar biasa yang selalu memberikan pelayanan baik kepada kami semua. Aku memanjatkan doa yang berbeda di intensif camp. “Tuhan bantulah aku untuk melakukan segala aktivitasku di intensif camp dengan sangat baik. Berikan aku kesempatan untuk melakukan yang terbaik disini. Jika memang ke Australia adalah hadiah dariMu. Aku syukuri nikmatMu dengan ketulusanku”. Aku laksanakan shalat setiap malam sebelum tidur. Ku lafalkan kalimat “I have to go to Australia”. Kalimat ini menjadi matera aku setiap mau tidur sampai aku terlelap bersama mimpi-mimpi indahku sambil menyaksikan kangguru-kangguru berloncatan kesana kemari. Satu hal yang ku tahu, kini, malam pertama di intensif camp aku ingin berangkat ke Australia. Walaupun untuk lulus masih kecil kemungkinan. Namun, aku lakukan yang terbaik seperti doaku. Malam pengumuman tiba, nama 10 orang candidate yang akan berangkat ke Australia diumumkan dan dimulai dari huruf A. “Agustina, berasal dari Banda Aceh kuliah di IAIN Ar-Raniry”. Nafasku seperti terhenti untuk sejenak, aku benar-benar lulus. Aku tidak tahu harus berkata apa, karena Tuhan telah memberikan hadiah terindah dalam hidupku. “Aku mencintaiMu Allah dan aku syukuri nikmatMu dengan segala ketulusanku”. Agustina Peserta Youth Leadership Camp 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
|