Gerakan Mari Berbagi mempertemukan pemuda pemudi diatas rata-rata dari Sabang sampai Merauke terkecuali saya yang hanya numpang profil. Meskipun begitu saya patut bersyukur bisa masuk 100 besar dari 600 an pendaftar. National Camp merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk menyeleksi yang pantas masuk 50 besar YA & YLF (Youth Adventure & Youth Leaders Forum) GMB (Gerakan Mari Berbagi) 2016. Yang dimana YA & YLF 2016 akan berlansung pada bulan Agustus-September di Yogjakarta-Jakarta. Tapi setelah saya melihat dan merasakan sendiri selama kegiatannya ternyata lebih dari sekedar kompetisi melainkan bagaimana kita tetap menjadi diri sendiri dan berkontribusi serta berbagi dalam perbedaan.
Kegiatan National Camp adalah kegiatan luar biasa yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa terlaksana dengan baik dan begitu membekas pada hati dan pikiran kami. Kedisiplinan dan efektifitas waktu begitu jelas dijujung tinggi selama kegiatan 3 hari 2 malam itu. Sambutan hangat dan keramahan dari panitia dan mentor-mentor hebat YA & YLF 2016, Board, Founder GMB, membuat kami merasa begitu terhormat. Meskipun kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda (agama, ras, budaya, ekonomi, sosial dll) tapi tak ada satu hal pun yang membuat kami harus berdebat melainkan saling berbagi pengalaman satu sama lain. Hal ini yang membuat saya merasakan indahnya “berbagi dalam perbedaan”. Gerakan Mari Berbagi hadir sebagai wadah dan fasilitator untuk mengkoneksikan orang-orang baik Indonesia. Melalui kegiatan National Camp inilah kami diperpertemukan dengan pemuda pemudi yang memiliki intergritas tinggi dari Sabang-Merake. Jika uang yang kami harapkan dari kegiatan ini maka sungguh tak ada satu rupiah pun dijanjikan untuk dibawa pulang. Jika lembaran kertas sertifikat yang ingin kami dapatkan maka tak satu orang pun mendapatkan itu. Oleh karena itulah, orang-orang yang hadir dikegiatan National Camp ini adalah bagaikan harta karun yang tak akan pernah habis. Sejak penjemputan di terminal Botani, Bogor saat itu pula saya bertemu dengan kakak panitia dan mentor yang akan mendampingi kami di Ciawi, Bogor lokasi kegiatan. Dari wajah-wajah mereka saya perhatikan satu persatu nampak begitu berbeda dengan tampak-tampak pemuda pemudi pada umumnya. Setelah sampai dilokasi kegiatan National Camp kami pun disambut beberapa panitia dan peserta lain yang dijemput distasiun kereta mulai berdatangan. Kami segera saling berkenalan satu sama lain dengan pemuda pemudi dari Sabang-Merauke ini. Wahhh... hati saya semakin menciut ternyata yang hadir adalah bukan hanya dari kalangan mahasiswa tingkat atas tapi dari kalangan professional juga yang sudah memiliki banyak pengalaman tentunnya. Merasa seperti butiran terigu setelah mengingat diriku yang baru saja genap 3 tahun duduk di universitas. Tak apalah saatnya saya belajar lebih banyak lagi kepada pemuda-pemudi diatas rata-rata ini. Banyak ilmu dan pengalaman luar biasa yang kami dapatkan dari kegiatan National Camp ini. Jika sebelumnya cerita tentang perjalanan kehidupan kami hanyalah sebuah dongeng belaka yang tak perlu dibagi kepada orang lain tetapi oleh Gerakan Mari Berbagi sangat mengapresiasi hal itu sebagai suatu bentuk prestasi dan perjuangan hidup yang sesungguhnya dan ingin melakukan perubahan kemajuan “mulailah dari diri sendiri”. Kegiatan seperti ini bukanlah yang pertama kali saya ikuti tapi mengapa ia begitu mudah membekas. Mungkin karena orang-orangnya yang sevisi dan pilihan dari beberapa pemuda-pemudi terbaik. Sehingga ketika kami bertemu bagaikan saudara yang pernah bersama dan terpisahkan kemudian bertemu kembali di National Camp ini. Selama kegiatan National Camp kami dituntut untuk menjadi individu yang mandiri dan mampu bergotong royong antara satu dengan yang lain. Berbagai jenis game yang kami coba untuk memainkannya. Gamenya bukan sembarangan. Dari game tersebut menyimpan banyak makna, filosofi dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan sudut pandang kami melihatnya dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari pada lingkungan sekitarnya. Inilah yang mengajarkan kepada kami bahwa “hidup melampui kepentingan dari diri sendiri”. Ada beberapa makna yang saya petik dari nilai-nilai game tersebut. Pertama, bagaimana kita menjadi pemimpin yang bijaksana? Dan bagaimana ketika kita menjadi anggota atau karyawan yang bijaksana pula? Kedua, ketika kita menjadi pemimpin maka segala sesuatu yang kita putuskan adalah harus berdasarkan hasil kesepakatan bersama dari semua anggota. Ketiga, pemimpin tidak harus selalu benar dan boleh saja salaH. Maka disinilah peran seorang anggota yang bijaksana untuk memberikan kritik ataupun saran yang membangun. Sebagai seorang pemimpin tentu saja harus bersedia untuk mendengarkan dan menjadi sebuah pertimbangan. Keempat, kerja sama yang baik dalam sebuah tim akan memberikan kekuatan luar biasa dalam mewujudkan visi dan misi. Komunikasi yang baik dan sopan santun adalah hak yang harus dipenuhi untuk setiap orang tanpa terkecuali demi kenyamanan bersama dan terciptanya rasa saling mengahargai. Kelima, perbedaan bukan asalan yang harus kita perdebatkan melainkan mengajarkan kepada kami bahwa pentingnya ”berbagi dalam perbedaan”. Pada saat malam penutupan, semua pemuda-pemudi yang telah dibagi dalam beberapa kelompok menampilkan kalaborasi budaya nusantara. Modelnya macam-macam tak bisa saya sebutkan satu persatu. Yang jelas malam itu selain sifatnya menghibur juga membuat saya dan peserta lainnya mengenal budaya dari Sabang-Merauke. Acara masak bersama yang dilakukan selama 2 kali adalah sebagai momen coba-coba dan sekaligus pertunjukan siapa yang paling enak masakannya. Banyak peristiwa tak terduga selama acara memasak ini tapi cukuplah kami yang mengalami dan kami yang mentertawakannya. Jika selama ini saya masih merasa kurang cukup untuk berbagi kepada yang membutuhkan, maka melalui kegiatan National Camp Gerakan Mari Berbagi menyadarkan saya bahwa begitu banyak potensi dalam diri yang dapat kita jadikan sebagai bekal untuk berbagi kepada sesama. Berbagi tidak selalu identik dengan uang tetapi lebih dari itu. Senyum, cerita, pengalaman, dll adalah ladang untuk memanen kebaikan setelah kita berbagi. Karena dengan berbagi maka kita ada. Tak perlu kita dikenal siapa. Tapi cukup kita mengenal diri sendiri untuk apa kita ada dan hidup. Tak perlu mengukur berapa imbalan dari yang kita bagi. Tapi cukuplah “kesukarelawan” dan kita harus sadar bahwa begitu banyak nikmat Allah yang telah kita rasakan dan dapatkan jika dibandingkan dengan saudara-saudara lain yang ada dipelosok nusantara dan belum seberuntung kita hari ini. Maka ini akan menjadi tugas bersama berbagi dengan mereka. Jakarta Selatan, 19 Desember 2015 adalah pertama kali saya mendengar nama GMB dari seorang alumni GMB tahun 2012. Saat itu saya bertemu dengannya tanpa sebuah rencana, karena sebelumnya saya belum pernah mengenalnya. Namanya Puji Sari, mahasiswa dari Universitas Tadulako yang saat itu ia baru saja pulang dari Homestay di Jepang. Saya yakin dipertemukan dengannya karena rencana Allah disalah satu rumah teman bernama Visa, mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta yang baru saya kenal sebulan yang lalu ketika ia datang ke Sulawesi Tenggara pada kegiatan PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke- 28 di Universitas Halu Oleo, kampus saya. Ketika saya kembali ke Sulawesi, saya segera mencari tahu tentang GMB melalui website Gerakan Mari Berbagi dan tanpa menunggu waktu lama saya pun lansung mendaftar hingga akhirnya lupa kalau saya pernah mendaftar program ini. Ketika pengumuman enam bulan kemudian saya pun merasa kaget dengan sebuah pesan mengucapkan "selamat iya.." Segala sesuatu yang kita capai tak terlepas dari sebuah proses yang begitu panjang, mulai dari keluarga, sekolah, perguruan tinggi, komunitas, organisasi dan orang-orang yang dengan hati mulia telah membantu kita. Maka ucapan terima kasih adalah hal yang patut untuk dilakukan sebagai bentuk penghargaan dan mengingat jasa-jasa mereka meskipun itu belum cukup untuk membalas segala bentuk kebaikan dan pengabdian mereka. Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan bahwa melalui tangan-tangan beliaulah saya akan sampai pada perjalanan ini. Namun hari ini saya sadar bahwa beliau adalah orang-orang yang Allah takdirkan sebagai tempat saya belajar. Terima kasih atas suportifitas Universitas Halu Oleo, Jurusan Pendidikan Biologi, Pak La Ode Midi, Pak La Ode Syukurr yang selalu memotivasi dengan kata-kata “jalan saja dulu nanti pikirnya dibelakang”. Belaiu dosen sekaligus guru kehidupan yang membimbing di PMW (Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Halu Oleo 2015 kemarin). Seperti itulah kira-kira makna dari nasehat beliau, Pak Damhuri (Mantan Ketua Jurusan Pendidikan Biologi yang dengan diam-diam saya termotivasi dengan perjuangan beliau sejak pertama kali saya mendengarnya). Ibu Kasmawati (orang tua ketiga yang telah mendidikku selama lanjut SMA di pulau perantauan mohon maaf belum bisa membalasnya) dan Pak Saleh & Ibu Nasra (beliau adalah orang tua kesembilan saya, yang selalu mesupport semua kegiatan yang saya ikuti selama 2 tahun didaerah perantuan ini). Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada orang-orang telah memberikan training kepada saya dan keluarga besar di oganisasi maupun komunitas yang telah memberikan bekal sehingga saya sampai pada kegiatan National Camp YA & YLF GMB 2016 ini. Ibu Marwa (Founder MHMMD (Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan), Pak Nyoman Ariwibowa (Owner Gold Dream Indonesia), Pak Sardin Nafigator (CEO Sinergi Motiva Indonesia), Pak Handry Satriago (CEO General Elektric), Pak Bahlil Lahadalia (BPP HIPMI (Himpunan pengusaha Muda Indonesia)) dll. Juga keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UHO, LSIP (Lingkar Studi Ilmu Penalaran) FKIP UHO, UK Kewirausahaan UHO, Klinik Kewirausahaan UHO, PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) UHO, WMM (Wirausaha Muda Mandiri) wilayah Sulawesi-Maluku, HIPMI PT (Himpunan Pengusaha Muda Perguruan Tinggi) SULTRA, Komunitas RHI Rumah Hijau Indonesia, AIM (Aksi Indonesia Muda) dan keluarga Besar di BUTIK (Beasiswa Unggulan Teknologi Industri Kreatif) CIMB Niaga dan KEMENDIKBUD RI. Memenangkan kompetisi bukanlah tujuan saya hari ini, melainkan ucapan syukur kepada Allah karena telah menjadikan saya anak yang mandiri dan tak menyusahkan orang tua selama hampir 20 tahun, dan ucapan terima kasih kepada Gerakan Mari Berbagi yang telah mempertemukan saya dengan orang-orang se-visi di National Camp ini. Terima kasih bang Azwar Hasan (Founder Gerakan Mari Berbagi), bang Haga Christian Ginting(Ketua panitia YA & YLF GMB 2016), bang Dede Prabowo (Board yang telah datang jauh- jauh dari Jepang), kak Ahmad Yusuf (mentor terbaik kelompok 11), serta semua panitia dan mentor yang telah menyambut kedatangan kami. Terima kasih para pejuang YA & YLF GMB 2016 telah datang dan berabagi cerita. Semoga kita menjadi pemuda pemudi yang mampu melakukan perubahan di daerah kita masing-masing. Dan siapapun yang terpilih 50 besar di YA & YLF GMB 2016 berarti itulah yang terbaik diantara kumpulan orang-orang terbaik. Tidak perlu berkecil hati. Yang terpenting adalah mempersiapkan dan memperbaiki segala kekurangan kita hari ini untuk mengikuti seleksi tahun berikutnya. Semoga nanti kita bisa menjadi keluarga besar di Gerakan Mari Berbagi. Selamat berjuang dan selamat mencoba pemuda pemudi diatas rata-rata. Semua pasti indah pada waktunya. “Jika dulu kita sering bertanya apa yang telah Indonesia berikan kepada kita mungkin hari ini harus dibalik apa yang telah kita berikan untuk Indonesia” . Hallo pemuda pemudi mari bersama membangun jembatan untuk menyebrang ke pulau impian masing-masing. Terima kasih atas suportif dari kak Puji Al-Khawarizmi, kak Visya Al Biruni, kak Muhammad Sahlan Ramadhan Solichin, kak Muhammad Derick Awaluddin, kak Harianto Albarr, Faradillah Ali, dll. Semoga saya menjadi bagian pemudi muna yang mampu berkontribusi seperti kak Adelia Pela, kak Rahmat Muallim dan kak Laode Munafar. Salam Gerakan Mari Berbagi, Kendari, 28 Juli 2016, Wa Ramada, Peserta National Camp Gerakan Mari Berbagi 2016
0 Comments
Leave a Reply. |
|