Kurang lebih 35 hari aku di Belanda. Jujur saja setiap harinya, tak henti-hentinya aku kagum dan sedih. Iya, aku kagum karena begitu jauh-lebih bagusnya Belanda ini dibanding negeriku. Begitu juga sebaliknya, aku juga sedih. Jangan bilang aku berlebihan, memang begitu kenyataanya. Sering kali temanku selalu mengingatkanku untuk tidak membandingkan karena itu tidak apple to apple. Iya, aku sadar memang bukan dua hal yang bisa dibandingnkan. Satunya negara maju, satunya negara berkembang. Hanya saja, aku keras kepala untuk selalu membayangkan andai saja negeriku bisa sehebat ini. Lagi-lagi dalam otak dan hatiku selalu bilang dalam diam, kapan negeriku bisa sekeren ini.
Pada beberapa hari pertama, temanku mengatakan bahwa aku hanyalah seorang wisatawan. Oleh sebab itulah aku hanya tau sisi baiknya saja, wajar saja kalau aku terkagum-kagum, katanya. Tapi nyatanya, kekagumanku bertahan hingga hari terakhir aku berada disana. Setiap makan malam, diskusi dengan berbagai latar belakang orang Belanda, mengamati dan merasakan secara langsung, menjadikanku sadar akan berbagai hal. Dalam tulisan ini, kuingin membandingkan yang mungkin beberapa tahun lagi (harusnya kurang dari 20 tahun ya) keadaan Indonesia di tahun itu. Terlihat secara kasat mata, tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara orang kaya dan orang tidak kaya di Belanda. Hal ini ternyata dipengaruhi karena pajak yang diberlakukan oleh pemerintah sangat tinggi. Bahkan, penduduk yang memiliki penghasilan tertentu dalam kategori tinggi harus membayar pajak lebih besar daripada penghasilan bersih yang didapatkannya. Pajak bisa lebih dari 50% dari pendapatannya, bayangkan saja hak yang diterima lebih kecil dari kewajibannya. Sistem pajak yang demikian memang dimaksudkan untuk memperkecil gap kelas ekonomi sosial yang terjadi dimasyarakat. Dari kebijakan ini saja, terjadilah banyak efek domino yang menciptakan negara Belanda bisa sehebat ini. Misalnya, pastinya pemasukan negara lebih tinggi sehingga dana dapat dialokasikan kedalam berbagai hal lain. Damainya suasana antar masyarakat yang tidak saling menjatuhkan karena status ekonomi dan juga tidak ada lingkungan yang terlihat kotor karena banyak gelandangan atau masyarakat miskin. Tingkat kesejahteraan yang tinggi berbanding lurus dengan besarnya harga barang dan jasa. Menurut saya parameter kesejahteraan dapat juga dilihat dari kemudahan dalam menjalankan dan mengatur suatu kehidupan, yang kuncinya adalah aksesbilitas. Dapat dirasakan secara nyata, begitu nyamannya hidup di Belanda. Kata objektif yang mewakili kenyamanan ini adalah terorganisir. Hampir segala-galanya sudah memiliki sistem yang baku. Baik itu, transoportasi, energi yang digunakna dalam rumah tangga, pengaturan limbah/sampah, air, dan lainnya. Jauh lebih mahal biaya hidup disana, namun memag sebanding dengan apa yang didapatkan. Misalnya, untuk berpergian berjarak 20 km maka ongkos yang dikeluarkan setara dengan satu kali makan siang pinggiran (kebab). Transportasi umum yang digunakan adalah bus atau kadang jenis mobil MPV yang jadwalnya teratur, bersih, bagus dan menjangkau hingga ke pedesaan. Begitu juga dengan gas yang digunakan sudah saling terintegrasi menggunakan pipa untuk memenuhi semua kebutuhan, baik itu pemanas, kompor, atau air panas. Air yang digunakan untuk mandi juga bisa digunakan untuk air minum konsumsi langsung. Jalan raya baik di kota maupun di desa, menyediakan alokasi untuk kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki. Selain masih banyak lagi berbagai sistem yang teratur lainnya. Hal lain yang sangat saya rasakan adalah rasa saling menghargai yang tinggi. Bagaimanapun kondisi fisik, keyakinan kepada Tuhan, jenis pekerjaan, latar belakang sekolah dan perbedaan lainnya berhak untuk dihargai. Urusan personal tidak pernah dijadikan masalah bersama. Setiap orang saling menghargai satu sama lain, tidak ada justifikasi apapun untuk setiap hidup orang lain. Hingga pada suatu hari aku mikir, apa definisi cantik di sini?, ku tahu kalau di ngaraku definisi cantik itu ada standar selayaknya model iklan sabun di TV. Sudah biasa melihat pasangan yang sangat berbeda, misal orang hitam dengan orang putih. Hubungan orang tua yang telah bercerai tetap baik dengan keluarganya, dengan terang ke publik mana yang orang tua kandung dan bukan. Tidak ada yang perlu ditutupin dalam hal itu, orang tua biologis mereka menyebutnya. Aku yang menggunkan hijab juga tidak meraskan diskriminasi sama sekali selama menjalankan aktivitas. Kesadaran setiap individu akan penerimaan setiap jenis perbedaan dan ketidak ikut campuran dalam urusan personal, menyebabkan kehidupan damai. Budaya olah raga dimiliki hampir setiap orang, pemerintah memberikan perhatian khusus untuk ini. Terdapat sekitar 100 klub olah raga dalam satu daerah. Setiap anak akan menjadi anggota suatu klub, bagi anak yang kurang mampu akan disubsidi oleh pemerintah. Pemerintah menganggap hal ini penting karena olah raga berdampak secara langsung terhadap kualitas hidup seseorang. Ketika kualitas hidup bagus maka akan banyak dampak postif yang diperoleh oleh pemerintah, seperti produktivitas tinggi, biaya kesehatan turun, dan lainnya. Selain itu terdapat olah raga khusus untuk atlet atau masyarakat yang sudah tua, contohnya sepak bola berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi orang yang kondisi fisiknya tidak sebagus anak muda, sehingga meskipun sudah tua tetap bisa berolah raga untuk menjaga kesehatannya. Selain itu, secara langsung kami dapat berdiskusi dengan mantan perwakilan daerah setara dengan DPRD yang baru sekitar satu tahun lalu pensiun. Faktanya, tidak ada fasilitas semewah di negeri kita, misalnya mobil dan sopir. Bahkan, untuk seseorang berkedudukan setara Bupati/walikota rumah dinaspun harus meneyewa. Gaji seorang DPRD sangat kecil, oleh sebab itu harus ada kerja lainnya untuk memenuhi kebutuhan finansial. Seolah-olah perwakilan rakyat yang didapatkan juga melalui partai dan dipilih secara langsung oleh rakyat adalah sebuah kerjaan sampingan. Semua biaya yang digunakan oleh pemerintah ditampilkan secara transparan. Apabila aset seseorang meningkat secara aneh, seseorang secara personal dapat mencurigai dan melaporkan untuk kemudian ditelusuri. Hampir tidak ada korupsi di negeri itu. Prostitusi dan minuman beralkohol dilegalkan dengan tujuan untuk mempermudah kontrol. Pernah suatu suatu hari di tahun 1953, Belanda tertimpa bencana banjir. Setelahnya, tidak pernah lagi. Negara Belanda yang berdiri di bawah permukaan laut menyebabkan 1/3 bagian dari Belanda adalah air. Tapi nyatanya, toh tidak pernah lagi ada banjir. Bangsa Belanda ini mengetahui apa kelemahannya dan kemudian paham betul bagaimana mencegahnya. Sejujurnya masih banyak lagi yang bisa dikagumi dari negri ini. Begitu banyak kenyataan yang menyadarkan ku betaapa banyaknnya PR negeri kita. Negara kita begitu kaya akan semua hal, namun begitu banyak yang masih harus diperbaiki untuk mewujudnkan kesetaraan dengan negara maju. Utamanya adalah pola pikir. Ingin sekali ku mengajak banyak orang untuk melihat dunia yang luas ini agar mereka sadar, hidup ini bukan hanya tentang dia dan keluagranya. Aku sayang dengan negeriku ini, sebisa mungkin akan ku kontribusikan sesuatu untuk negeri ini. Aku berharap begitu juga dengan kalian yang membaca ini, ayo kita sibukkan dengan membuat suatu karya demi menjadikan negeri kita lebih baik lagi. Sudahi urusan ikut campur urusan personal, hargai apapun pilihan hidup orang lain. Indahnya, apabila setiap orang diantara kita bahu membahu untuk memperbaiki negeri ini. Kurang dari 20 tahun, mari kita buat Indonesia menjadi negara maju. Terimakasih Gerakan Mari Berbagi, Japfa Foundation, Waskita, PT Bukit Asam, PT Garam, dan Dauky telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk melihat dunia lebih luas. Harapannya, apapun yang didapat akan berguna untuk banyak orang. Hesti Ghassani Peserta GMB Youth Leadership Homestay Program - Belanda 2018
0 Comments
Leave a Reply. |
|