“…Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pramoedya Ananta Toer)
Di sudut kiri catatan harian tertulis bahwa hari ini adalah hari ke-16 saya berada di Canberra. Besok saya kembali ke Sydney dan berkumpul bersama seluruh para pemuka pemuda yang terpilih dari program ‘Gerakan Mari Berbagi’ Youth Leadership Camp (YLC) 2012. Begitu singkat rasanya waktu berjalan. Sebentar saja saya harus meninggalkan Canberra, meninggalkan hostfamily, dan meninggalkan semua pengalaman baru yang tak akan mungkin bisa dilupakan. Terngiang ditelinga lagu “YLC yang tidak kulupakan…”, ah, saya harus menarik nafas sejenak. Kenang-kenangan selama di camp Gerakan Mari Berbagi berputar kembali di ingatan. Saya coba mengingat-ingat kenapa saya bisa ada di sana. Sekitar akhir Maret saya dapat informasi lewat SMS dari Fathun yang ternyata ketua panitia mengenai kegiatan YLC 2012. Dari deskripsi SMS sepertinya menarik dan membuat saya tambah tertarik adalah hadirnya narasumber-narasumber yang luar biasa. Pas sekali! Saat itu saya merasa sedang ‘kering ide dan gagasan’. Memimpin berbagai organisasi tapi sepertinya tidak ada terobosan baru. Mencari inspirasi dari berbagai narasumber adalah tujuan utama. Akhirnya saya putuskan untuk mendaftar. Itupun sudah hampir terlambat karena Saya mendaftar di gelombang kedua. Belakangan saya tahu bahwa ada reward homestay ke Australia bagi peserta terbaik. Ini makin menarik saja. Tapi yang paling surprise adalah peserta yang lulus seleksi dari seluruh Indonesia. Bahkan ada yang kuliah di luar negeri. Luar biasa. Sangat kompetitif dan ini jarang dilakukan di Aceh. Seleksi tahap pertama penilaian profil pribadi dan penilaian essay. Saya tercampak ke 20 besar. Wah, bukan sembarang orang yang ikut kegiatan ini. Satu minggu sebelum acara saya simpan dulu bacaan politik yang biasa menemani sebelum tidur. Saya bongkar kembali map-map pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, termasuk membaca kembali materi-materi pelatihan yang pernah saya buat untuk Diklat OSIS SMA dan pelatihan kepemimpinan di kampus. Ini saya lakukan hanya untuk menyamakan “frekuensi”, ibarat sebelum bertempur maka harus ada latihan dahulu. Hari pelaksanaan kegiatan pun tiba dan yang membuat tambah semangat adalah ide besar Gerakan Mari Berbagi yang diluncurkan di pembukaan YLC 2012. Kata ‘gerakan’ seperti menjadi password dalam hati dan pikiran saya. Kalau mendengar kata gerakan saya langsung bersemangat. Mungkin karena selama di kampus saya dicap sebagai “anak gerakan”, jadi apapun yang berbau “gerakan” tidak pas kalau saya belum ikutan. Saya merasa ini memang tempat yang cocok untuk saya. Mengenai kegiatan YLC 2012 sendiri, saya merasakan energi positif semenjak pembukaan sampai akhir jelang pengumuman. YLC 2012 menjadi pelatihan kepemudaan terbaik yang pernah saya ikuti. Alasannya? Karena panitia dan seluruh fasilitator telah mampu melejitkan seluruh potensi peserta. Itu tentu bukan pekerjaan mudah. Apresiasi paling tinggi saya berikan kepada seluruh narasumber, dewan juri terutama inisiator kegiatan. Karena baru kali ini saya tahu ada pelatihan dengan reward homestay keluar negeri dengan pertimbangan prestasi akademik dan kemampuan bahasa Inggris mumpuni tidak menjadi syarat mutlak. Tapi penilaian didasarkan pada kualitas kepemimpinan dan pengabdian bagi sesama. Cara penilaian out of the box, benar-benar keluar dari pakem yang ada. Inilah tempatnya bagi para penggerak sosial, pendamping anak jalanan, aktifis gerakan, dan relawan kemanusiaan, dimana usaha mereka didengar, dihargai dan diberikan apresiasi. Seluruh pengalaman usaha, upaya, manis atau getir, dibagi yang kemudian dapat menjadi inspirasi bagi yang lain untuk mengambil tindakan dan terus berbuat kebaikan bagi sesama. Itulah yang saya rasakan. Potensi melejit dan makin kaya dengan ide juga gagasan. Saya simpulkan bahwa Gerakan Mari Berbagi YLC 2012 adalah obat mujarab bagi pemuda dan pemudi yang sedang galau, kurang motivasi, sedang patah hati, atau yang sedang kering ide seperti yang saya alami. Terpilih menjadi 10 besar tentu ada rasa bangga yang sekaligus memikul tanggung jawab besar. Karena pemuka pemuda yang terpilih diberi penghargaan ‘Pemuka Pemuda Berintegritas’. Sebuah kepercayaan yang harus dijawab dengan tindakan. Ini menjadi motivasi lebih bagi saya dan tentu saja para pemuka pemuda lainnya untuk makin bersemangat berbagi dan berbuat hal-hal baik. Sekarang adalah hari terakhir saya di Canberra. Saya ingat kembali bahwa perjalanan hingga sampai kemari tidak mudah. Butuh kekuatan tekad agar semangat dan motivasi tetap tinggi. Saya merasakan banyak hal yang luar biasa. Yang akan menjadi dusta apabila saya hanya menyimpannya sendiri. Maka dari itu saya menulis. Menulis untuk berbagi. Agar pengalaman-pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi yang lain. Agar catatan-catatan ini dapat menjadi kenang-kenangan terbaik selama 17 hari saya di Canberra dan agar saya tidak lupa, bahwa telah berjanji untuk tetap menjaga integritas, toleransi dan saling menghargai yang banyak saya dapat di Canberra, dimanapun nanti saya berada dan bekerja. Saya mengakhiri misi Gerakan Mari Berbagi di Canberra dengan rasa syukur yang luar biasa. Ini adalah sebuah perjalanan singkat, untuk jalan pengabdian yang panjang. Salam berbagi! Canberra, 21 November 2012 M. Fauzan Febriansyah Peserta Youth Leadership Camp 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
|