Malam itu nama-nama anggota di Cakrawala Writing Clubdiundi untuk sebuah perjalanan Backpacker di empat kota sekaligus melakukan kegiatan sosial di setiap kotanya. Ini kompetisi yang diadakan oleh advisor kami. Awalnya aku berharap Arief akan bersamaku. Tetapi kemudian nama Arnald terpilih untuk menjadi pasanganku. Aku bahagia saat itu karena Arnald adalah sosok yang menyenangkan.
Lalu yang terjadi selanjutnya adalah kami menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Menyusun setiap perencanaan anggaran, perencanaan kegiatan sosial dan segala persiapan lainnya. Arnald berjanji bahwa perjalanan ini akan menjadi surga bagi kami berdua. Tentu saja aku sangat bahagia berharap benar-benar bisa melihat surga dalam perjalanan ini. Benar saja, aku bahagia sekali. Apalagi saat di Jogja, kami menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan di Mallioboro dan melakukan kegiatan sosial. Mungkin manisnya perjalanan ini masih belum seberapa diuji. Ujian yang sebenarnya mulai terlihat setelah dua hari di perjalanan. Saat lelah mulai terasa, tidur tidak nyenyak dan energi mulai terkuras untuk jalan kaki yang terlalu lama, pikiran yang juga terasa lelah untuk berpikir tentang kegiatan-kegiatan sosial di setiap kota. Perjalanan dari Jogja ke Semarang hanya butuh tiga jam. Walaupun begitu, akibat kami melanggar kedisiplinan yang telah kami buat sendiri dan baru sampai di Semarang jam 2 pagi. Kami kewalahan mencari penginapan sampai akhirnya menemukan sebuah penginapan di Pecinan Semarang setelah dibantu oleh tukang becak. Keesokan harinya emosi aku mulai melonjak. Saat Arnald sibuk dengan teman-teman di BBM-nya. Dia menghabiskan banyak waktu untuk BBM sampai aku tidak dianggap penting. Pada saat jalan kaki menuju lokasi kegiatan sosial dia juga membicarakan tentang teman-teman BBMnya. aku masih menahan diri untuk tidak marah. Walaupun pada saat itu, aku sudah tidak sabar untuk marah dengan sikapnya. Karena kami berdua selalu berbicara tentang the most important time is now. Bagaimana bisa dia melupakan prinsip yang telah kita anut selama ini. Disamping itu, kami berdua juga berprinsip bahwa the most important person is people around you now. Tentu saja aku sangat kecewa ketika ternyata aku menjadi tidak penting baginya selama perjalanan. Setidaknya itulah yang ku rasakan. Bang Az memang benar. Dia adalah Advisor komunitas Cakrawala Club dan orang yang juga memberikan kami kesempatan untuk melakukan traveling ini. Dia pernah bilang aslinya seseorang akan terlihat dalam perjalanan ini. "Semakin kalian jauh berjalan, semakin akan terlihat seperti apa aslinya seseorang. Konflik pasti akan terjadi karena setiap orang berpikir tidak sama satu sama lain. Tergantung seperti apa kalian menyikapinya". Begitulah yang ku ingat kalimat penutupnya di pertemuan terakhir kali sebelum ekspedisi ini dimulai. Apa yang dikatakan bg Az sangat benar. Aku mulai muak dengan semua ini. Sama sekali tidak bisa dibiarkan. Arnald terus mengabaikanku selama perjalanan. Bahkan perjalanan dari Surabaya menuju Bali yang menempuh waktu 12 jam. Amarahku memuncak, namun ku pilih cara yang lebih bijak untuk menyampaikannya. Melalui surat, hanya dengan cara itu aku tidak perlu berkoar-koar dengan emosi yang menebar-nebar. Cukup dengan kata-kataku yang tajam. Aku rasa itu akan mewakili perasaanku. Mobil travel yang kami tumpangi berhenti di sebuah rumah makan di perjalanan dari Surabaya menuju Bali. Malam masih belum benar-benar larut saat semua penumpang turun dari mobil dan menikmati makan malam di warung tersebut. Setelah makan, aku berpikir inilah saat yang tepat untuk memberikan suratku kepadanya. Arnal membaca setiap kalimat yang ku tuliskan untuknya. Dia menyunggingkan senyumnya. Senyum yang makin membuatku kesal. Dia selalu memberikan senyum menjengkelkan itu tiap kali membaca surat dariku. Ini merupakan surat yang ketiga ku tulis untuknya. Surat yang mewakili amarahku tiap kali aku ingin memaki dia karena ulahnya. Ringkasan surat yang ku tulis untuknya kira-kira begini isinya "Kamu seorang partner yang luar biasa. sebagai seorang partner kamu sosok yang sempurna untukku. Kamu hanya seorang partner dan akan selalu jadi partner bukan sebagai sahabat. Aku tidak penting bagimu. Raga kamu bersama aku tapi jiwa dan pikiranmu bersama dunia BBM dan teman-temanmu disana. Sudah sejauh ini kita berjalan dan aku tidak melihat surga yang pernah kita sepakati. Bahwa kita akan menciptakan surga dalam perjalanan ini. Kalau kamu sibuk dengan duniamu maka aku kehilanganmu. Kamu harus tahu apa itu arti kesepian karena kita cuma berdua dalam tim ini. Kalau tidak saling memberikan perhatian, apa yang dapat dibanggakan dari perjalanan kita?". Ternyata surat itu berfungsi dengan baik. Arnald mengurangi aktifitas BBMnya. Ia mulai memberikan perhatian padaku. Hebat, dia juga sepertinya menyadari apa yang telah ia lakukan. Kebersamaan aku dengannya kian dekat saat kami mengetahui bahwa Arief dan Alfi sebagai tim kedua ternyata tidak melakukan perjalanan ini. Maka lengkaplah kebersamaan ini. Aku memiliki Arnald seutuhnya dan kami akhirnya menciptakan surga itu. Menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di pantai sambil bergandengan tangan, menatap bintang-bintang dan mendengar gemuruh ombak sambil memandang ke laut lepas. Malam itu juga kami membicarakan lagi mimpi-mimpi kami tentang keliling Eropa bersama. Surga itu bertambah indah saat bg Az memperkenalkan kami kepada teman-temannya yang baru pulang naik gunung Rinjani. Mereka menghabiskan dua hari liburan di Bali sambil melepas lelahnya mendaki gunung. Mereka adalah bg Eqi, bg Adrian, bg Freddy dan Kak Eva. Bersama teman-teman bg Az, kami menikmati hari indah di laut Bali. Bermain Paraseiling, naik Banana Boat dan mencicipi makanan khas Bali. Everything look beautiful. "Kamu tahu, menurut aku surga itu adalah saat kita main bersama-sama dan menghabiskan waktu di pantai serta jalan-jalan". Arnald menghiburku dengan kalimat itu atas rasa bersalahnya karena tidak membangunkanku malam terakhir di Bali untuk menghabiskan semalam lagi di pantai bersama. Aku mengamuk karena kami melewatkan malam minggu terakhir di Bali hanya dengan tidur di kamar hotel. Dia menenangkanku saat aku bilang bahwa dia telah membuat aku tidak melihat surga semalam. Namun, kalau dipikir-pikir apa yang dikatakan Arnald benar. Surga itu sudah kami rasakan bersama saat kami menikmati perjalanan ini. Bukan hanya di Bali tapi mulai dari Jogja, Semarang dan Surabaya. Aku paham maksud kalimatnya bahwa surga itu ketika kami 'main bersama-sama'. Tak bisa ku pungkiri ia sangat benar bahwa itulah surga sebenarnya saat kami dapat merasakan kehadiran satu sama lain dalam jiwa kami dalam perjalanan ini. My traveling is my heaven. Agustina Anggota Cakrawala Club Bali, 31 Agustus 2013
0 Comments
Leave a Reply. |
|