Sikap yang paling mudah adalah mengabaikan kondisi di sekeliling kita dan berkonsentrasi dengan diri sendiri atau hanya dengan orang-orang terdekat dengan kita saja. Namun, pada kenyataannya, jika telah terbiasa menjalankan nilai-nilai yang diajarkan oleh GMB yaitu Living Beyond Yourself, sulit rasanya menutup mata terhadap hal-hal yang terjadi. Setelah sakit satu bulan dan kami tidak pergi piknik, artinya kebanyakan waktu yang kami habiskan hanya di rumah saja atau ke mall untuk belanja Grocery, makan dan kemudian pulang lagi. Bulan maduku dipenuhi rutinitas ini karena kondisiku yang juga sedang sakit mata. Setelah melakukan treatment dari dokter di Maroko, aku kembali bisa melihat dan membaca, sebelumnya padangan mata kabur. Setelah merasa jauh lebih sehat dan aman untuk mata jika kami bepergian, kami memutuskan pergi ke Rabat, ibukota Maroko. Suamiku rindu laut, itulah yang beberapa kali dikatakannya. Sementara kami tinggal di Marakesh, area gersang berpasir yang dekat dengan pegunungan Atlas. Berangkatlah kami ke Rabat. Hari pertama hanya berada di area kota, mengunjungi café, jalan Soekarno dan berfoto di tempat-tempat yang dikunjungi Turis. Hari kedua, kami merencanakan piknik di salah satu pantai di kota Rabat di dekat benteng bersejarah milik negara ini. Laut dan pantai yang indah. Sebagaimana orang-orang lain, kami duduk di pantai menggelar kain dan mulai menikmati makanan yang kami bawa sambil memandangi laut lepas. Orang-orang menjaga jarak satu sama lain, masing-masing dengan keluarga sendiri dengan jarak beberapa meter. Ada yang sibuk berfoto di bibir pantai yang berkarang itu, ada yang duduk di atas batu-batu besar, juga menikmati makanannya. Aku bahagia berada disini, menikmati laut dan siapa yang tidak senang dengan kondisi piknik. Namun hatiku terluka dari dalam. Indahnya pemandangan mengubur rasa bahagiaku pelan-pelan karena pantai ini dipenuhi sampah plastik yang bertebaran hampir di seluruh area pantai. Kuperhatikan anak-anak kecil bermain pasir diantara sampah-sampah ini. Tahukah mereka bahwa sampah-sampah yang dibuang begitu saja ini memiliki kemungkinan membawa virus Corona dari orang yang terinfeksi? Ah apa peduliku jika pun itu terjadi, pikirku. Aku tidak harus bertanggung jawab pada setiap perilaku manusia lain.. Aku tidur di pangkuan suamiku, sebagaimana orang lain bergeming dengan aktivitas masing-masing. Berusaha hanya melihat ke laut lepas dan menutup mata pada apa yang kulihat ini. Namun di tengah kepura-puraan ini, hati yang terluka melihat pantai yang juga mungkin kecewa dengan manusia yang tidak menjaganya. Orang-orang begitu gampangnya membuang sampah sembarangan. Ini Masa COVID-19, dimana satu hal yang mungkin kita lupa, bahwa sampah kita juga membawa potensi terkenanya orang lain akan virus yang sama jika kita tidak menjaganya. Kita dapat memindahkan virus ini begitu mudah, saat orang lain bersentuhan dengan sampah kita. Kupandangi lagi anak-anak kecil yang sedang bermain. Betapa lugunya mereka dan percaya sepenuhnya pada orang-orang dewasa di sekeliling mereka. Semakin mencoba menikmati pemandangan laut, semakin aku mendengar seperti pantai ini memanggil namaku. “Tunggu disini, jaga barang-baraang kita. Aku akan melakukan cleanup sebentar di area kita ini,” Kataku padanya. “Are you sure?” tanyanya ragu. Aku tugaskan ia untuk menjaga barang-barang kami dan kemudian mulailah aku melakukan cleanup selama dua jam. Aku mengumpulkan 10 kantong sampah dari area di sekeliling kami saja. Mungkin aku tak dapat melakukan banyak hal, namun paling tidak 10 kantong sampah telah dipindahkan dan tidak berakhir di lautan. Begitu pun area anak kecil bermain tadi, kini bersih dari sampah yang memenuhi pasir. Aku tersenyum saat mencuci tanganku dan memakai banyak hand sanitizer usai itu. Hidup melampaui kepentingan diri kita sendiri, bagaimana bisa lupa pada nilai yang satu ini. Mudah menutup mata, tak mudah berbuat sesuatu saat kita tahu kita mampu melakukannya. Butuh nyali, kesadaran yang tinggi, keinginan yang tulus bahwa nilai kerelawanan yang kita pelihara akan menolong kita dan sesama. Termasuk menjaga planet ini. Walau sedikit, berusahalah untuk selalu melakukan sesuatu. Jika setiap orang mau melakukannya, maka akan ada gunung kebaikan yang kita ciptakan bersama.
Dari Maroko, aku berbagi cerita, untuk kita tidak lupa pada hal kecil yang dapat kita lakukan dan telah membantu orang lain serta lingkungan kita. Penulis: Agustina Iskandar, GMB 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
|