Melirik sekilas judul di atas, tulisan ini seperti mengarah kepada kisah para pendaki gunung Rinjani. Seperti apa perjuangan mereka dan semua suka duka yang mereka hadapi pada saat mendaki tersebut. Tetapi sama sekali bukan tentang itu. Ada yang lebih dari itu karena aku telah belajar dari mereka para pemberani.
Aku salah seorang yang beruntung bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Karakter yang berbeda-beda namun memiliki hati seluas samudera. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa Bali akan sangat menyenangkan dengan adanya mereka. Kami berkenalan di hotel Subak Bali yang berada di Jalan Arjuna, Legian. Hotel ini lumayan strategis karena posisinya yang dekat dengan pantai Kuta. Disamping itu hotel ini juga dekat dengan restorant, cafe dan pusat belanja oleh-oleh khas Bali yang terpampang di sepanjang jalan Legian. Disanalah aku dan Arnald menginap. Lelah setelah berjuang melakukan Traveling yang penuh tantangan disertai aktivitas sosial di setiap kota sebelumnya telah hilang dari tubuh dan pikiran kami. Yang tersisa adalah perasaan bahagia menunggu detik-detik berlalu sambil menikmati keindahan Bali. "Hai, saya Andrian, temannya bg Azwar", aku menyambut uluran tangan yang hangat itu. Dalam hati aku bergumam, ini yang namanya Andrian. Karena sebelumnya aku sudah mendengar namanya dari bg Az. Andrian Sinaga adalah nama orang yang membooking kamar hotel untuk kami pada saat kami check in. Berikutnya disusul oleh Freddy, Eva dan Eqi. Wajah-wajah ini sungguh berbeda, aku kira awalnya mereka semua pasti bapak-bapak atau ibu yang umurnya jauh lebih tua. Mungkin sebaya bg Az atau di atasnya. Tapi, diluar dugaan. Mereka masih kelihatan muda, ganteng-ganteng dan cantik. Bahkan bg Freddy sekalipun yang sudah menikah masih kelihatan sangat muda. Tidak ada yang terlalu istimewa dari perkenalan di senja menjelang magrib itu. Namun, paling tidak kehangatan yang mereka berikan di tatap muka awal telah membuat aku membuka seluruh hatiku untuk mengenal mereka dengan lebih. Kedekatan kami semakin terasa saat duduk di Blue Ocean Cafe. Malam itu kami menikmati makan malam yang spesial. Apalagi aku dan Arnald disuruh pesan apa saja yang kami suka. Tentu rasa bahagia tak terkira setelah perjalanan sebelumnya kami selalu perhitungan dalam makanan dengan menahan diri supaya ongkos perjalanan bisa mencukupi. Bukan makan malam biasa. Karena aku dan Arnald mempresentasikan hasil perjalanan kami di tiga kota sebelumnya dan juga kegiatan sosial yang kami lakukan di tiap kota tersebut. Mereka semua menikmati cerita-cerita kami. Aku sangat bahagia melihat mereka memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan saat kami presentasi. Aku berada di awan saat itu. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan oleh mereka satu persatu. Tentu saja dengan senang hati kami menjawab pertanyaan seputar kegiatan sosial kami. Misalnya, seperti pendekatan-pendekatan apa yang kami lakukan sehingga diterima di lingkungan target sasaran kami terutama komunitas marginal. Kami bahagia dapat membagi tips-tips yang kami lakukan. Keistimewaan dari pribadi pendaki ini membuat aku merasa nyaman berada bersama mereka. Misalnya bg Andrian, dia orang yang sangat fashionable. Aku suka cara dia bersikap tegas. Jiwa leader terlihat jelas dalam dirinya. Seperti dia mengomentari dan memberi usul mengenai pakaianku dan Arnald saat kami akan bersenang-senang di pantai menikmati Paraseiling dan Banana Boat. Aku suka sekali caranya berbicara memperlihatkan kepeduliannya kepada orang lain. Beberapa kali aku mendapatkan perlakuan yang menyenangkan darinya. Bg Freddy, dia lelaki dewasa yang luar biasa menurut aku. Apalagi tentang nasehatnya mengenai proses kehidupan. Dia bercerita tentang perusahaannya dan bagaimana sebenarnya sebuah proses mempengaruhi kehidupan seseorang. Dia bilang, mereka semua bisa seperti sekarang adalah karena mereka dulunya telah melalui proses-proses itu dengan baik. Aku senang mendengar dia berbicara dan dia juga suka mendengarkan orang lain bicara. Eva, dia satu-satunya perempuan diantara para pendaki Rinjani ini. Wajahnya lembut sekali dan bicaranya pelan. Aku melihat sikap penyabar yang tak terbatas dari perempuan ini. Aku sempat berpikir bagaimana perempuan selembut dia mau bersusah-susah mendaki gunung. Ada pelajaran yang juga luar biasa berharga dari kak Eva. "Untuk apa kamu hidup di dunia ini?", pertanyaan itu menyentakkan hatiku saat tiba-tiba dilontarkannya kepadaku. "Untuk bersyukur kepada Tuhan atas apa yang diberikanNya dalam hidupku", aku menjawab sekenanya. Seperti yang selama ini ku yakini bahwa hidup itu untuk bersyukur setiap harinya. "Hidup itu untuk mencari ridha Allah, kemanapun kita pergi yang paling penting dapat menemukan ridha Allah", demikian kalimatnya. Masih banyak sekali petuah-petuah dari perempuan hebat ini yang diajarkannya untukku. Darinya aku mengerti tentang hidup mencari ridha Tuhan dimanapun. Bg Eqi, ini dia lelaki yang luar biasa sekali. Aku paling banyak menghabiskan waktu dengan sosok yang satu ini. Karena bg Eqi menginap lebih lama di hotel saat teman-teman yang lain memutuskan untuk kembali ke rumah lebih cepat. Bersamanya aku telah belajar bagaimana arti hidup dengan menjelajah. Bersahabat dengan alam, gunung, pantai dan kota. Bg Eqi tidak suka keramaian. Dia lebih sering memilih untuk berjalan-jalan ke tempat-tempat yang lebih sepi. Seperti pantai, dia lebih memilih pantai-pantai yang tidak ramai dikunjungi. Jiwa petualangnya jelas sangat terlihat ketika dia bicara dan bercerita tentang tempat-tempat yang ia kunjungi. Dia lelaki yang tenang dan kalau sudah bicara penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dan juga penjelasan yang mudah dimengerti. Mereka teman-teman bg Az yang luar biasa. Dari pertemuan dengan mereka aku melihat bagaimana mereka bersikap rendah hati kepada orang lain. Mereka orang-orang yang mau menghargai kehidupan dan tahu bagaimana caranya melalui hidup dengan cara yang lebih baik. Memanfaatkan kesempatan yang ada dan mau keluar dari comfort zone untuk menikmati tantangan yang ada di depan mata. Dari para pendaki ini aku tahu, bahwa hidup memang akan selalu begitu. Berada diantara pilihan yang harus dipilih. Meninggalkan comfort zone untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa atau berada di comfort zone dan tidak pernah mencoba. Seperti mereka yang telah menakhlukkan gunung-gunung termasuk Rinjani, maka aku tahu jiwa apa yang mereka miliki dalam hidup ini. Semua sikap yang mereka tunjukkan adalah cerminan perjuangan yang telah mereka lakukan. Manusia, memang butuh keluar dari zona nyamannya untuk mengenal siapa dirinya. Itulah sebuah proses yang tidak semua orang memahaminya. Mungkin banyak orang yang mau menjalani proses dalam kehidupan tetapi kemudian hanya sedikit orang yang mengerti tentang proses yang ia jalani dan lebih sedikit lagi orang yang mau mengambil pelajaran dari proses tersebut. Aku tidak lagi heran, kenapa mereka menjadi leader di perusahaan-perusahaan mereka saat ini. Leader yang hebat karena mereka telah menunjukkan seperti apa melawan diri sendiri dalam menakhlukkan tantangan-tantangan. Para pendaki Rinjani itu telah menunjukkan kepadaku arti menikmati hidup bukan sekedar menjalaninya dengan menghabiskan sisa umur dalam kehidupan ini. Agustina Cakrawala Club Bali, 31 Agustus 2013
0 Comments
Leave a Reply. |
|