Masih kental di ingatan bagaimana pesan orang tua saya dari kampung saat akan berangkat menuju Australia. Mereka takut anaknya akan dipengaruhi dengan ajaran sesat dan sebagainya. Masih teringat pula, dulu bagaimana orang tua melarang saya untuk tidak masuk ke tempat-tempat beribadah agama lain seperti Kristen, Buddha dan Hindhu. Namun, di Australia saya belajar melihat pemandangan yang berbeda. Ketika anak-anak disini diajarkan untuk belajar tentang semua agama supaya mereka dapat menghargai setiap agama yang ada dan hidup damai dengan orang-orang yang berbeda agama. Maka, sebagian masyarakat saya malah bersikap ekstrim dan tidak memberikan pengetahuan tentang agama lain kepada anak-anak mereka.
Di Australia, saya melihat anak-anak sekolah di bawa ke semua tempat peribadatan agama dan diperkenalkan cara beribadah dalam agama yang dianut oleh umat manusia serta diberikan pemahaman tentang pentingnya menghargai agama orang lain. Demikian, hasil wawancara yang saya lakukan dengan salah seorang pengurus masjid di Sydney, yakni Gallipoli Mosque. Pengurus yang bernama Aminah tersebut menjelaskan betapa masjid disana juga memberikan kesempatan untuk orang-orang yang datang belajar tentang agama Islam ataupun anak-anak sekolah yang mengunjungi masjid dan juga belajar beribadah cara Islam. Mereka yang datang dari agama yang berbeda-beda, ada Kristen Katolik, Protestan, Hindhu, Budha dan lainnya. Sebagaimana pengalaman saya tumbuh dan dibesarkan, saya menyaksikan banyak teman-teman saya memilih dalam berkawan dan hanya berkawan dengan orang-orang yang satu agama dan sukunya saja. Saya juga menyaksikan bagaimana teman-teman saya sering saling mengolok-olokkan teman yang berbeda agama dengannya. Saya tidak tau, apakah ini mungkin juga efek karena mereka tidak diberikan pengetahuan tentang agama lain jadi mereka tidak belajar cara menghargai sesama umat yang berbeda agama. Mungkin iya, sehingga mereka minim pengetahuan tentang agama lain. Padahal Nabi Muhammad sendiri justru menyuruh kita untuk hidup rukun dan damai dengan agama apapun di muka bumi sebagaimana dulu yang beliau praktekkan dalam masyarakat madani. Masyarakat Islam pada masa itu hidup dengan rukun dengan umat yang berbeda agama di Madinah. Kenapa justru banyak manusia saling bertumpah darah dan tidak menghargai perbedaan yang ada. Awalnya saya merasa khawatir juga ketika orang tua angkat saya mengajak saya untuk hadir pada perayaan ulang tahun sepupunya di New Castle. Dia menjelaskan kepada saya tentang keluarganya dan para bibinya yang sebagian besar adalah biarawati di gereja New Castle. Saya harap cemas karena mengingat pesan orang tua yang sudah diajarkan dari kecil untuk tidak dekat-dekat dengan orang Kristen dan lainnya. Namun, ternyata setelah saya hidup dan belajar di Australia, saya paham mereka begitu menghargai perbedaan agama. Apalagi saya tinggal dengan orang tua angkat yang bukan muslim, namun dia tetap memberikan kenyamanan bagi saya seperti dalam hal beribadah dan juga menjaga makanan saya untuk tetap mengkonsumsi yang halal. Hal ini sedikit mengurangi kegelisahan saya mengingat orang tua angkat saya selama ini tidak pernah mempermasalahkan hal-hal mengenai agama saya. Begitu tiba di New Castle, saya langsung disambut oleh sekelompok nenek-nenek yang umurnya sudah mencapai 60 sampai 70-an tahun. Mereka menyambut saya dengan pelukan dan ciuman. Oh Tuhan, benar-benar hangat sekali. Mereka sangat ramah dan berdiskusi banyak hal tentang agama dan juga hal lainnya. Tapi mereka sama sekali tidak merasa risih dengan jilbab yang saya kenakan. Bahkan mereka memuji jilbab saya, luar biasa perasaan bahagia ini saya rasakan. Ternyata mereka berbeda dengan apa yang saya pikirkan, mereka manusia yang super ramah dan memakai baju biasa di hari itu. Padahal mereka adalah biarawati di gereja. Namun, hari ini mereka menjadi teman-teman saya sambil menikmati pizza di Merewethe Bar Beach, New Castle. Betapa itu membuka mata saya untuk melihat, bahwa perlu waktu untuk belajar banyak hal. Ternyata tidak semua kekhawatiran itu terbukti, asal bisa membuka diri dan hati untuk berbagi dengan banyak orang. Maka akan ada banyak hal indah yang bisa ditemukan dalam kebersamaan. Pelukan para biarawati di hari itu akan selalu teringat. Terima kasih untuk cinta yang kalian berikan walau hanya beberapa jam saja, namun mampu menghadirkan sebuah kegembiraan bagi jiwa saya dan membuat saya mencoba mengerti dunia lain dari dunia yang saya hidupi selama ini. Agustina Peserta Youth Leadership Camp (YLC) 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
|