Di hadapan kami, duduk satu kelompok anak muda yang berjumlah 3 orang, 2 perempuan dan 1 lelaki. Satu berasal dari Aceh, satu dari Jawa lebih tepatnya Banten dan satu-satunya lelaki berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka adalah satu diantara kelompok-kelompok kecil anak muda lainnya yang berjumlah hampir 50 orang. Ini memang tugas kami, alumni yang menjadi panitia, membagi-bagi mereka ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 3 orang untuk melakukan perjalanan Adventure dari Yogyakarta ke Jakarta. Perjalanan ini hanya diberi modal uang 100 ribu per orang dan melakukan berbagai aksi sosial di kota-kota yang mereka harus singgah selama 3 hari 2 malam. Ujian yang tidak mudah ketika berhadapan dengan integritas. Inilah yang diajarkan dalam konsep program kami yang disebut Youth Adventure ini. Kegiatan ziarah perjalanan dengan melakukan aktivitas tangan di bawah dan tangan di atas serta merupakan serangkaian menuju Youth Leaders Forum yang merupakan tahapan berikutnya yang harus diikuti oleh pemuda dan pemudi pilihan yang telah lulus seleksi program ini.
Kami menunggu mereka di Gedung PPPON Cibubur Jakarta. Kelompok demi kelompok datang menghadap dan memberikan laporan tentang perjalanan mereka. Sebagai alumni yang juga bertugas sebagai panitia, aku berada di salah satu post yang harus mereka temui. Dari pertama kali mereka duduk di hadapan kami, ada sesuatu yang aneh dengan kelompok ini. Namun, mereka sangat santai dan merasa tidak ada yang berbeda. Kumal dan lelah, sebagaimana anggota kelompok lainnya yang juga telah menghabiskan hari-hari mereka di jalanan. Mereka mengeluarkan telur-telur yang telah berhasil mereka jaga selama perjalanan dan meletakkannya di atas meja kami. Membawa telur mentah dan menjaganya supaya tidak pecah tentu juga bukan sebuah tantangan yang mudah bukan? Namun ini juga merupakan satu tantangan yang harus mereka lakukan. Satu diantara mereka kehilangan telurnya dan hanya 2 yang berhasil. Namun bagaimana dengan tantangan Pisang? “Pisang kalian dimana?” Tanyaku. “Pisang?” sahut mereka hampir bersamaan. Saat itulah mereka sadar bahwa mereka lupa membelikan pisang sebagai salah satu lagi tantangan. Hampir saja mereka sangat berbangga dengan perjalanan mereka dan telah berhasil menyelesaikannya walaupun kehilangan satu telur yang harus dijaga. Mereka saling memandang satu sama lain dan kemudian mengakui bahwa mereka telah melupakan satu tugas mulia ini. Lalu apa hukumannya untuk kelompok ini? Satu telur pecah dan lupa membawa pisang sementara kelompok lain membawanya. Hukumannya adalah, mereka harus mengetuk setiap kamar dan meminta tanda tangan peserta lainnya sebagai tanda bahwa mereka dimaafkan dan diizinkan beristirahat kemudian mempersiapkan diri menuju training dipagi harinya. Kenapa begitu penting soal Pisang ini? Sampai kelompok yang terlupakan harus menjalani hukuman pada saat mereka sedang begitu kelelahan. Ini kegiatan apa? Sampai meminta bawa-bawa pisang segala. Ini yang kami pahami dan pelajari dari setiap pelajaran yang diberikan mentor kami, Azwar Hasan, inisiator dari Gerakan Mari Berbagi. “Karena pisang yang kalian bawa memberikan kalian pelajaran. Di perjalanan kalian diminta menolong orang lain dan menolong diri sendiri. Seperti pisang, menolong orang lain itu harus diwaktu yang tepat dan orang yang tepat atau yang memang pantas dibantu. Jika terlalu cepat dalam memberikan pertolongan, kadang permasalahan tidak akan pernah mendewasakan seseorang. Jadinya emosinya tidak matang karena terlalu cepat ditolong. Jika kelamaan, maka yang harus ditolong keburu sekarat dan kritis, itu juga kadang tidak tepat. Latihan sensitivitas dan belajar membaca situasi sangat diperlukan. Seperti pisang yang harus dimakan disaat yang tepat. Jika belum matang atau putik, pasti rasanya tidak enak, dibiarkan terlalu lama, tanpa adanya sebuah keputusan untuk segera memakannya sampai ia busuk juga tidak akan enak rasanya. Karena yang tepat adalah ketika Pisang matang diwaktu yang pas, dengan aroma wangi dan masih segar maka rasanya pun akan enak. Demikian halnya dalam memberikan pertolongan kepada orang lain. Inilah salah satu pelajaran pisang dalam perjalanan Youth Adventure GMB”. Tentu saja kami takkan melupakan pelajaran ini. Karena tidak hanya peserta yang menjalani perjalanan ini, semua panitia yang terlibat apalagi alumni, kita memahami nilai Pisang dan pelajarannya. Pisang dan sebuah pertolongan yang memberikan arti berarti dalam perjalanan kehidupan kami. Menolong pun butuh seni dalam memahami situasi. Penulis: Agustina Iskandar, GMB 2012
0 Comments
Leave a Reply. |
|