Awal saya melihat gerakan ini, ini hanya sebuah gerakan biasa. Saya kesini hanya untuk coba-coba. Bahkan sejujurnya tidak sepenuh hati saya setuju dengan gerakan ini. Bukankah gerakan ini akan melahirkan penderma-penderma baru yang pada akhirnya menghasilkan juga pengemis-pengemis baru? Untuk apa kita berbagi… itu adalah sebuah “kebenaran”. Kebenaran yang saya ciptakan sendiri. Dan Kebenaran itu menjadi salah setelah 10 hari bersejarah dalam hidup saya.
oleh Airlangga Wiragalih (GMB Angkatan 2014) Salam Rindu untuk Gerakan Mari Berbagi Untuk saudara-saudari seperjuanganku Pemuka pemuda di seluruh penjuru nusantara “Teringat saat bersama-sama kita menyanyikan lagu selamat datang dan terimakasih kakak, teringat wajah kantuk namun penuh semangat dan antusias, teringat malam-malam latihan dan medley nusantara yang kita nyanyikan bersama” Nama saya Airlangga. Usia saya 20 tahun. Tujuan hidup saya adalah untuk mengubah nasib Indonesia, suatu saat nanti ketika orang menyebutkn Negara-negara besar, tidak hanya Amerika, Jepang, Jerman, China, tetapi juga INDONESIA. Untuk itulah hari ini saya berada di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Tidak boleh ada orang yang mengemis dan tidak boleh ada orang yang kelaparan di Negeri ini. Berbagi… untuk apa kita berbagi… Awal saya melihat gerakan ini, ini hanya sebuah gerakan biasa. Saya kesini hanya untuk coba-coba. Bahkan sejujurnya tidak sepenuh hati saya setuju dengan gerakan ini. Berbagi…. Saya cinta Indonesia. Oleh karena itu saya tidak ingin ada yang kelaparan atau pun mengemis di negeri ini, karena mengemis, menjatuhkan harga diri bangsa. Setiap orang harus berusaha, tidak boleh mengharapkan uluran tangan orang lain. Sebagai mahasiswa ekonomi, saya menyadari bahwa adanya suatu aktivitas bisnis adalah karena adanya pasar. Adanya tukang bakso karena adanya orang yang mau membeli bakso. Adanya tukang es krim, karna ada orang yang mau membeli eskrim. Saya pun berbisnis budidaya jamur, karena ada yang mau membeli jamur. Maka ada nya pengemis, karena adanya orang-orang yang mau berbagi. Bukankah gerakan ini akan melahirkan penderma-penderma baru yang pada akhirnya menghasilkan juga pengemis-pengemis baru? Untuk apa kita berbagi… itu adalah sebuah “kebenaran”. Kebenaran yang saya ciptakan sendiri. Dan Kebenaran itu menjadi salah setelah 10 hari bersejarah dalam hidup saya. 3 hari saya berjalan bersama 2 orang saudari saya, Auliya dan Aprida. Kami terpaksa menjadi “pengemis”. Kami meminta belas kasihan, kami dijauhi orang. Saya marah, mengapa semua orang jahat, tidak mau menolong, dan baru saya sadari saya lah orang jahat itu. Disaat harapan pupus, disaat saya merasa tidak berdaya, kami dipertemukan dengan malaikat-malaikat berwujud manusia. Para penderma yang bukan dari golongan saya. Tidak banyak yang kami dapatkan dari mereka, hanya Rp50rb, tumpangan beserta makan malam dan sarapan, 5 buah naga, 3 bungkus nasi kucing, dan potongan harga tiket untuk pulang sebesar 60rb per orang. Setelah berjam-jam kami berjalan, setelah saya mengemis kesana-kemari, setelah saya dianggap hina oleh orang-orang, apakah uang, buah naga, dan nasi kucing itu cukup untuk membuat kami kenyang dan puas?! Tidak, bukan barang itu yang saya rasakan. Disaat semua orang menjauhi saya, disaat semua orang merasa curiga kepada saya, disaat orang-orang merendahkan saya, mereka hadir dan memberikan kepedulian mereka. Maka esensi yang mereka berikan bukan lah uang, buah naga, atau pun nasi kucing, tetapi “Cinta”….. Cinta yang telah ditransformasikan menjadi barang –barang yang kami butuhkan. Inilah salah satu makna berbagi yang saya dapatkan. Ketika seseorang berbagi dengan tulus, apa pun bentuknya, baik itu buku, gunting kuku, sepeda, inspirasi, sayuran, dll, pada dasarnya yang mereka berikan adalah “Cinta”. Maka, jika ada orang yang mengatakan tentang kebenaran yang saya ciptakan, dengan tegas saya menentangnya! Saya katakan bahwa kami berbagi bukan untuk menciptakan pengemis baru. Saya tidak menemukan ada Giving-Back Program yang berjudul “GMB-Berbagi duit kepada pengemis”, bahkan dalam ziarah penderma pun kami dilarang berbagi dalam bentuk uang. Kami berbagi “Cinta”. Cinta yang kami transformasikan menjadi kekuatan. Kekuatan yang akan menguatkan sehingga mereka tidak perlu lagi mengemis. Pemberdayaan. Empowering. Ini lah gerakan Pembangunan Bangsa dengan “Cinta” Giving-Back Program adalah implementasi Cinta dari GMB. Kekhawatiran akan GBP melanda ketika Bang Az membicarakan tentang program-program yang realistis. Saya akan berhutang banyak dan bersalah yang mendalam terhadap GMB jika GBP saya tidak berhasil. Inti GBP saya adalah penyejahteraan masyarakat pedesaan dari sisi ekonomi, memunculkan produk-poduk unggulan di setiap daerah dimulai dari Jawa Tengah. Hal yang tidak mudah dan tidak singkat. Bahkan sampai saat ini, pemerintah saja belum berhasil melaksanakan itu bukan? Bagaimana dengan saya yang mahasiswa? Ini bukan program jangka pendek. Bukan program yang mudah. Yang akan saya hadapi tidak hanya masyarakat, tetapi juga kekuatan pasar. Ini lah awal dari sebuah program yang tidak akan ada akhirnya. Saya tidak akan menyerah. Saya akan betahan dan tidak akan mengganti GBP saya. Ini sejalan dengan tujuan hidup saya. Jika saya tidak berhasil disini, bagaimana saya dapat menyejahterakan Indonesia? Saya tidak sendiri. Strategi-strategi baru sudah saya siapkan bersama volunteer-volunteer disini. Inti dari startegi baru kami adalah “start from small social-business”. Hari ini kami mahasiswa, kami akan lakukan program ini dengan sebaik-baiknya, esok hari saat kami sudah menjadi inspiring-inspiring leader, kami dapat lakukan gerakan yang lebih besar dan lebih hebat. Terimakasih kepada inspiring-inspiring leader untuk menguatkan tekad kami disini. 6 hari bersama inspiring leader, 46 pemuka pemuda dari penjuru nusantara, beserta para volunteers adalah hari-hari terindah dalam hidup saya. Sampai hari ini masih terngiang dalam kenangan saya lagu hymne GMB dan medley yang kita nyanyikan bersama-sama. Bersama kalian, saya melihat orang-orang yang memiliki visi yang sama dengan saya, walaupun dalam peran yang berbeda-beda. Terimakasih pemuka pemuda dan Volunteers. Besar rasa rindu saya untuk bertemu kalian agar kita bisa bersama-sama mamajukan lingkungan kita. Saya yang sebelumnya sudah merasa nyaman disini, ingin rasanya kembali ke Jakarta. Namun, pada akhirnya saya menyadari, Semakin saya mencintai GMB, Semakin saya merindukan kebersamaan kita, maka Semakin saya harus tetap tinggal disini, untuk menyejahterakan desa binaan dan untuk menyukseskan GMB disini. -Salam Rindu dari Semarang untuk GMB-
0 Comments
Leave a Reply. |
|