Setiap orang memiliki episode hidup masing-masing, aku, kamu dan kita semua. Saya percaya dengan kalimat diatas, ya setiap orang memiliki perjalanan dan kisah hidup berbeda-beda. Mungkin sebagian besar orang menganggap perjalanan keluar negeri identik dengan belanja, jalan-jalan ketempat hiburan atau berfoto ria ditempat-tempat terkenal. Agak sedikit berbeda dengan saya karena perjalanan ini merupakan perjalanan pertama saya keluar negeri yaitu ke Australia tepatnya di Brisbane. Perjalanan ke negeri kangguru kali ini merupakan impian saya sejak lama sehingga perasaan campur aduk antara gugup dan takjub. Gugup karena berhadapan langsung dengan orang berbeda Bahasa, warna kulit, makanan, pergaulan dan budaya serta takjub dengan segala aturan yang berlaku di negara ini. Brisbane adalah sebuah kota kecil yang sangat rapi dari penataan bangunan, alur lalu lintas, penanganan sampah, masalah listrik, dan hal lain yang penting menurut penduduk setempat. Di kota ini semuanya seakan hidup dalam keteraturan dan tidak merusak satu-sama lain. Saya sangat terkesan dengan banyaknya hal baru yang saya temukan disini, dari suara burung ditengah kota hingga anjing yang begitu ramah pada orang disekelilingnnya. Kota ini tertata dengan rapi dan sangat bersih, listrik tidak pernah padam selama saya disini, tidak macet, dan udara juga sangat bersih karena banyaknya ruang terbuka dan pohon-pohon tumbuh subur bisa dijumpai dimana saja. Disini burung-burung bisa terbang bebas tanpa merasa terganggu oleh orang disekitarnya bahkan sesekali mendekati kerumunan orang yang seolah-olah mereka yakin bahwa mereka tidak dibunuh. Keadaan ini sangat berbanding terbalik dengan Indonesia dimana orang-orang bebas memperdagangkan dan mengoleksi burung kesukaan mereka, disini pemerintah setempat menerapkan aturan yang sangat ketat terkait kepemilikan burung. Setiap pemilik burung harus memiliki lisensi, proses untuk mendapatkan lisensi tersebut sangat lama dan tidak semua orang bisa mendapatkan lisensi tersebut. Penerapan aturan dilakukan untuk menjaga kelestarian satwa yang ada disini.
Selain peraturan tentang kepemilikan burung, disini juga pemerintah sangat memperhatikan tentang penebangan pohon dan penggunaan lahan, semua harus dilakukan sesuai dengan porsinya, sehingga tidak heran bahwa disini pohon sangat banyak dan udara begitu segar pastinya. Saya tidak menjumpai lahan kering dan kotor melainkan lahan yang begitu hijau sejauh mata memandang. Dengan penduduk yang tidak terlalu padat sehingga kota ini merupakan kota yang sangat bagus untuk melakukan perjalanan dan proses belajar. Memiliki mobil adalah hal biasa disini dan hampir semua orang disekitar tempat tinggal saya memiliki kendaraan roda empat itu. Selama disini saya sangat jarang melihat polisi maupun karyawan SPBU karena disetiap lampu merah dan SPBU telah dipasang CCTV dan polisi memantau perkembangan lalu lintas melalui CCTV tersebut. Sama halnya di SPBU, proses pengisian BBM dilakukan secara mandiri oleh pembeli dan pembayarannya bisa menggunakan kartu kredit atau tunai pada petugas di kantor SPBU tersebut. Pelanggaran lalu lintas di kota ini sangat kecil karena sebagian besar pengendara mengerti aturan dan mereka juga harus memiliki surat izin mengemudi. Penggunaan transporasi public sangat popular disini dan akses transportasi juga mudah didapatkan, hampir daerah kita bisa menemukan tempat khusus tuk menunggu bus. Bagi orang baru kita tidak perlu khawatir karena petunjuk dan rute bus sudah jelas, kalau kesasar sopir bus dan orang-orang sekitar sangat rama dan membantu menunjukan arah bila kita tersesat disini. Australia merupakan negara yang menjamin kebebasan beragama bagi semua penduduknya, kebebasan ini bukan hanya isapan jempol belaka tapi memang di implikasikan dalam kehidupan nyata sehingga kerukunan beragama disini sangat terjaga lagi pula kebanyakan orang disini tidak mau membahas masalah agama karena menurut mereka agama adalah hal personal. Disini tidak ada orang yang mempermasalahkan apa agamamu yang ada hanyalah ruang untuk melakukan aktivitas keagamaan masing-masing tanpa merusak atau membujuk orang lain tuk masuk keagama lain sesuai dengan kepercayaan orang tersebut. Sebagai seorang muslim dinegara yang mayoritas kristen saya merasa aman menjalankan ritual keagamaan saya dimana pun. Berkunjung kenegara luar yang menjadi ketakutan utama saya adalah soal makanan, toilet dan kondisi cuaca yang sangat berbeda dengan kondisi cuaca di Palu. Saya sangat sensitive dengan makanan apalagi disini saya tinggal dengan keluarga baru yang begitu taat pada apa yang diimaninya dan sangat mungkin bagi mereka mengajak saya makan babi atau makanan sejenisnya yang dilarang oleh apa yang saya Imani. Tapi saya tidak menemukan itu disini, selama 21 hari saya mendapat perlakuan yang sangat baik menurut saya, dimana keluarga angkat saya tidak makan daging babi selama saya disini bahkan gereja tempat ibadah mereka pun tidak menyuguhkan daging tersebut karena mereka tahu saya muslim. Mendapat perlakuan seperti ini saya berguman pada diri sendiri alangkah indahnya hal seperti ini di wujudkan di lingkungan kita, sehingga tidak ada gesekan-gesekan terhadap umat beragama. Penulis: Yaumil Masri, GMB 2014
0 Comments
Leave a Reply. |
|