Hujan turun sangat deras di sumberboyong, Yogyakarta. Seakan menantang keberanianku, apakah aku bisa melewatinya atau tidak. Ujian yang akan aku mulai bersama Fatin dan Tari dalam sebuah kegiatan yang dinamakan Youth Adventure, yang diinisiasi oleh Gerakan Mari Berbagi sebelum acara Youth Leaders Forum di Jakarta nantinya. Dengan modal uang Rp. 300 ribu yang akan kami gunakan selama 3 hari 2 malam, dimana kami diharuskan melewati kota Purworejo dan Brebes sebagai sebuah tantangan.
Aku akan ziarah diri, melakukan ziarah pengemis di kota persinggahan pertama dan ziarah penderma di kota yang kedua. Begitulah aku yang memaksa batinku untuk tetap bisa melakukan perjalanan dengan dua perempuan yang baru saja ku kenal. Pasti bisa! Dengan menggunakan bus, kami menuju Purworejo dari Yogyakarta. Karena ziarah diri kali ini adalah ziarah pengemis, dengan segala penjelasan, maka kami pun mendapat potongan harga dari sang supir. Makasih pak supir! Di Purworejo, kami makan malam dengan harga 3000 rupiah. ini begitu lezat saat kau benar-benar merasa kelaparan walau dengan lauk sederhana. Pagi harinya, seorang ibu yang baru saja menyelesaikan sholat subuh mengajak kami ke rumahnya setelah kami diceramahin panjang lebar. Hahahaha! Layaknya seorang ibu yang khawatir akan anaknya. Pikiranku pun berteriak gembira. Aku haus dan lapar. Sepertinya Tuhan mengirmkan malaikatnya pagi ini. Aku tak peduli siapa dan bagaimana latar belakang ibu itu. Bagiku, perbedaan agama bukanlah suatu hambatan dan masalah yang harus dibesar-besarkan. Toh aku juga nyaman diberi tumpangan tidur di mesjid oleh sang kiai. "Tidak penting apa pun agamamu atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu” ini benar! pikirku yang teringat ucapan Pak Gusdur. Di rumah ibu itu, kami diberi teh manis hangat dan sarapan pagi dan diberi uang. Ada satu hal yang harus kalian tahu. Itu adalah salah satu teh manis yang paling nikmat yang pernah ku minum. Hahahaha!! Perjalanan dari Purworejo ke Brebes tidak bisa dengan sekali jalan. Setidaknya kami harus melewati beberapa kota seperti Purwokerto – Tegal dan Brebes. Beruntung, kami mendapat tumpangan truk dari purworejo menuju Aji Barang (dekat purwokerto) dan tumpangan mobil pick up (bak terbuka) menuju tegal dan sebuah truk sayur dari tegal menuju brebes. Panjang sekali perjalanan ini. Perjalanan dari Aji Barang ke tegal memberiku pelajaran hidup. Dalam perjalanan kami singgah di sebuah warung makan. Sudah diberi tumpangan, dikasih lagi makan gratis. Indahnya hidup jika kita saling menolong! “Kalian kan lagi butuh. Kebetulan saya bisa membantu, ya, saya bantu kalian. Bisa saja suatu hari nanti kalian yang bantu kami atau anak-anak kami. Hidup kan gak selalu diatas” ujar si bapak sambil membuka percakapan. ersyukur! ini sangat sederhana, tapi kepingan ini yang menurutku sudah hilang dan jarang di jumpai dalam diri kita masing-masing. Ini sangat sederhana, tapi ketiadaan hal ini yang membuat kita dan negara ini hancur lebur. Seakan tidak ada harapan lagi. Ketiadaan inilah yang (mungkin) menyebabkan korupsi merajalela dan tumbuh secara sporadis di negeri ini. Tidak pernah puas akan harta, haus akan kekuasaan adalah ciri-ciri orang yang kehilangan rasa syukur atas hidupnya. Ini benar-benar ziarah diri buat diriku yang terkadang protes kalau kiriman uang bulanan terlambat atau uang bulanan dikurangi karena ada kebutuhan keluarga yang lain yang mungkin mendesak. Yang jarang berpikir pasti ada hikmah dibalik sebuah peristiwa. Perjalanan menuju Brebes memberiku banyak arti. Di brebes kami melakukan ziarah penderma, melakukan kegiatan sosial dengan kapasitas yang kami punya. Tari dan fatin mengajari anak-anak mengaji, sementara aku menemani petugas rel kereta api. Hari sudah gelap. Fatin dan Tari akan sholat maghrib. Aku menuju pos petugas rel kereta api berniat membantu menemani pak petugas yang bekerja sendirian malam itu. Aku diajari bagaimana dan apa yang harus dilakukan seorang petugas rel jika kereta mau melintas. Pak Roni pun sholat dan kemudian sedang bersih-bersih halaman di sekitar pos rel kerata api. “Paaaaaakkkk, alarmnya bunyi!!!” Teriakku keras karena alarm pertanda kereta mau melintas berbunyi. “Oke dek!” sahut pak Roni sambil berlari menuju pos dan menekan tombol-tombol yang belum ku mengerti sepenuhnya. Aku dan Pak Roni tertawa. Tindakan yang tepat pada waktunya. Perjalanan kami lanjutkan dengan menumpang sebuah truk besar menuju Jakarta. Menuju Youth Leaders Forum, menanti dan bertemu dengan pembicara-pembicara yang benar-benar menginspirasi 47 pemuda. Pembicara yang mau berbagi waktunya kepada kami. Dan mengajarkan kami untuk terus hidup berbagi dengan sekitar kami. Yang akan kami mulai dengan sebuah program sebagai langkah awal untuk berbagi. “Berjalan dan berbagilah dalam langkah-langkah menuju harapanmu.” Frinsoni Alumni Youth Adventure & Youth Leaders Forum 2014 Participant of GMB Homestay Program 2014
0 Comments
Leave a Reply. |
|