Berikut saya share pengalaman selama mengikuti GMB, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat :-)
“Hidup mengajari kita untuk saling berbagi dalam kebaikan karena itulah makna kehidupan yang hakiki.” "Hidup untuk diri sendiri itu mudah, namun hidup untuk menghidupi orang lain itu ternyata lebih sulit." Menjadi bagian dari 47 pemuka pemuda terpilih se-Indonesia adalah nikmat terindah bagi saya. Saya bersyukur kepada Allah Ta’ala karena telah diberi kesempatan untuk mengikuti Youth Adventure and Youth Leaders Forum (YA & YLF) 2014 selama 9 hari bersama orang-orang inspiratif yang telah mengubah hidup saya. Pengalaman berharga itu kini menjadi motivasi saya untuk lebih bermanfaat bagi orang lain kapan pun dan di mana pun. Bulan Oktober 2013 menjadi awal langkah saya untuk mengikuti YA & YLF 2014 yang diadakan oleh Gerakan Mari Berbagi. Awalnya, saya ingin mengikutinya karena pembicara-pembicaranya hebat, seperti Najwa Shihab, Mohamad Al Arief, Eko Prasodjo, dan orang-orang penting yang akan menjadi inspiring leaders. Ternyata, ada tulisan berwarna orange yaitu “Homestay Australia & New Zealand”. Siapa juga yang tidak akan apply kegiatan ini ? Hanya orang dengan kemampuan di atas rata-rata yang mau mendaftar dan terpilih menjadi peserta. Akhirnya, saya melengkapi berkas pendaftaran dan mengirimkan aplikasinya sebelum 15 Oktober 2013. Saya berharap sekali bisa lolos sampai final dan bertemu dengan para pemuda terpilih se-Indonesia. Ini bukan kali pertamanya saya mengikuti forum kepemimpinan, summit, konferensi, karya tulis, atau sejenisnya. Pengalaman kegiatan sebelumnya saya jadikan bekal untuk menjawab pertanyaan dalam formulir pendaftaran. Setelah mengirim berkas, saya memanjatkan doa agar Allah memberikan jalan terbaik bagi kami para calon peserta. Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos seleksi berkas. Rasa syukur hari itu membuat pikiran saya kembali fresh dan sejenak mengalihkan perhatian dari tugas kuliah maupun organisasi. Saya ingin fokus untuk bisa lolos sampai tahap akhir program GMB ini. Sekitar 170 peserta lolos ke tahap wawancara dan lebih dari separuhnya mengonfirmasi datang ke Kemenpora Jakarta untuk wawancara. Saya melakukan wawancara ke Jakarta bersama Kholisa (rekan UNY) dan Yose. Hari itu kami bertemu dengan para pemuda hebat, para aktivis sosial, aktivis pendidikan dengan berbagai projectnya masing-masing. Mereka semua orang-orang hebat yang menginspirasi saya. Hal unik yang saya temukan adalah semua panitia dan peserta menanggung sendiri kebutuhan mereka. Inilah makna ‘life beyond yourself’ menurut saya. Setelah seharian wawancara dan tes fisik, kami berpisah untuk sementara dan menanti pengumuman selanjutnya. Perjalanan di GMB mengajarkan saya untuk bersabar. Setelah sekian lama menunggu pengumuman, akhirnya diumumkan 70 pemuda terpilih yang maju ke tahap pengajuan proposal pengabdian. Allah memberikan jalan terbaik, saya lolos ke tahap selanjutnya. Mulai saat itu, saya berniat untuk mewujudkan mimpi mendirikan perpustakaan dusun Ngemplak, di tempat tinggal saya. Sudah sejak kecil saya menginginkan hadirnya perpustakaan dusun. Alhamdulillah, saya bertekad bulat untuk mengangkat program “GMB-Indonesia Berbagi : 1000 Buku untuk Perpustakaan Dusun Ngemplak” dengan harapan besar saya bisa bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mengerahkan potensi pemuda untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Ngemplak, dimulai dengan budaya membaca. Saya pun mengirim proposal tersebut dan Alhamdulillah puji syukur kepada Allah, saya diberi kesempatan untuk menjadi 55 pemuka pemuda terpilih di YA & YLF 2014. Kami pun terhubung secara cepat melalui facebook, sms, twitter, maupun media lainnya sehingga hanya memerlukan waktu yang singkat untuk saling mengenal. Tiba saatnya, tanggal 1 Februari 2014 kami bertemu di Yogyakarta. Saya sebagai tuan rumah menyambut hangat kedatangan keluarga GMB setelah sebelumnya saya sempat berkeliling ke Gunung Kidul bersama mas Andi, mas Suprayitno, mbak Dian, dan mbak Fatin. Hari Sabtu siang kami bertemu di Anak Wayang Indonesia dan lamgsung mendapat tantangan pertama untuk belanja dengan uang 70.000 dari panitia dalam waktu 10 menit. Selanjutnya bahan masakan itu kami masak pada malam hari ketika di bumi perkemahan Sumber Boyong. Ketepatan waktu, kecerdasan mengatur strategi, dan kerja sama tim menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan pertama ini. Selanjutnya, kami menuju bumi perkemahan untuk bermalam sampai hari Minggu sore. Kami pun mulai saling menyapa, dari yang dahulunya malu-malu akhirnya mulai menampakkan keasliannya, seperti mas Yaumil yang luar biasa itu. Kebetulan kami mempunyai project yang mirip, yaitu pengadaan buku perpustakaan. Saya banyak belajar dari beliau saat itu. Perjalanan hidup penuh makna mengawali langkah Youth Adventure. Prinsip hidup untuk saling berbagi, saling mengasihi, dan saling memotivasi saya tanamkan dalam hati terdalam untuk memulai langkah mulia ini. Saya fokus untuk mengikuti kegiatan ini karena hanya manusia di atas rata-rata lah yang bisa berdiri bersama para volunteers yang sebagian besar merupakan alumni Pertukaran Pemuda Antar Negara ini. Minggu sore, saya satu tim bersama Windiyani dan Murni. Mereka orang baru bagi saya. Kami memperoleh daerah untuk ziarah diri ke Magelang dan Banjarnegara. Di Magelang, kami menjadi seorang peminta atau pengemis sedangkan di Banjarnegara kami menjadi seorang pemberi atau penderma. Uang 300.000 dan 12 potong baju menjadi bekal material dan sebuah komitmen untuk menjaga integritas menjadi modal paling penting untuk hari-hari kami selanjutnya. Dengan modal itu, kami harus mampu bertahan selama 3 hari 2 malam sampai Jakarta, dan tidak diperbolehkan merogoh uang pribadi. Ya, kami berkomitmen untuk saling memahami dan menjaga hati karena itulah hakikat hidup dalam keberagaman. Ketika di Magelang, saya bertemu dengan sosok Bu Iyah yang sangat dermawan. Beliau adalah seorang penjual nasi di terminal yang menyediakan penginapan, makanan, dan kebutuhan kami di Magelang. Ternyata berbagi itu tidak mengenal usia dan kedudukan karena berbagi itu merupakan panggilan hati nurani dan kesadaran. Kami pun belajar hakikat tangan di bawah saat itu, berat rasanya meminta karena rasa malu yang mendalam. Ketika bertemu dengan lurah Tegalrejo, kami menerima banyak nasihat jika kelak menjadi pemimpin maka jadilah pemimpin yang amanah, banyak memberi, dan tentunya jujur kepada rakyat. Sungguh nasihat mulia dan tulus dari para dermawan yang kami jumpai. Ketika di Banjarnegara kami ditolong oleh para polisi. Bahkan sebelum kami meminta bantuan, beliau langsung membelikan kami nasi goring hangat malam itu. Ternyata di balik ketegasan polisi, masih ada juga sisi kebaikan yang timbul dari hati nurani. Kami pun berbagi di Banjarnegara kepada orang-orang yang kami jumpai, termasuk membagikan kisah perjalanan dalam seleksi GMB ini. Hidup penuh makna jika dihiasi dengan sifat rendah hati dan saling berbagi. Ketika di asrama Cibubur, hati saya mengecil. Ibarat seorang bayi yang bertemu orang-orang dewasa. Saya bertemu dengan para inspiring leaders, 47 pemuka pemuda terbaik, dan volunteers yang sangat menginspirasi. Mereka adalah orang-orang hebat yang saya jumpai. Para inspiring leaders seperti Basuki Tjahaja Purnama (Wakil Gubernur DKI Jakarta), Irjen-Pol (Purn) Basyir Barmawi, Prof. Dr. Eko Prasodjo (Wakil Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi), Imam Gunawan (Kemenpora), Greg Moriarty (Duta Besar Australia untuk Indonesia), Mohamad Al Arief (Presiden Global Indonesian Diaspora Network), Michael Bracher (Team Leader Australian Awards), Richard Cronin (host family dari Australia), Yuniyanti Chuzaifah (Ketua Komnas Perempuan), Bernardus Djonoputro (Ketua Ikatan Ahli Perencanaan), dan lain sebagainya menjadi inspirator baru bagi saya. Para inspiring leaders ini datang dengan sukarela untuk menginspirasi peserta sesuai latar belakangnya masing-masing. Di YA & YLF ini pun saya membawakan sosok inspiratif yang menjadi My Hero. Beliau adalah Kang Ridwansyah Yusuf Achmad, seorang pemimpin muda yang lahir dari kampus ITB dan menamatkan studi master di Belanda. Rekam jejak kepemimpinan beliau ketika menjadi presiden KM ITB, Ketua GAMAIS, dan Sekjend PPI Belanda serta tulisna-tulisan beliau lah yang menjadi motivasi untuk membuat Indonesia tersenyum. Selama YLF seluruh peserta pun saling bercerita tentang sosok pahlawan hidupnya dengan harapan menjadi semangat untuk maju dan bergerak membenahi negeri ini. Di YA & YLF 2014 kami diajarkan hakikat menjadi seorang pemimpin yang berintegritas dan menjadi individu yang bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Saya pun terinspirasi dengan semua inspiring leaders yang hadir, salah satunya adalah mas Mohamad Al Arief, presiden Diaspora yang saat ini menjadi pejabat senior World Bank dan tinggal di Washington, USA. Meski bekerja di negeri orang, beliau tetap menjaga integritas dan nasionalismenya untuk Indonesia. Saya pun sempat meminta tanda tangan mas Arief sebagai motivasi untuk menjadi duta Indonesia kelak. Ketika berpamitan, beliau memberikan sebuah kartu nama dan saya pun menceritakan rencana kunjungan ke Chicago dalam rangka presentasi paper September depan. Beliau dengan baik hati menawarkan bantuan kepada saya. Malam harinya, saya mengirim email ke mas Arief dan esok hari langsung dibalas dan ditunggu kedatangannya di USA, barangkali bisa berkeliling Washington DC dan ambil gambar di depan gedung putih, aamiin. Berbagai materi dan suplai energy telah diberikan kepada kami. Tibalah saatnya untuk malam apresiasi seni di Mall of Indonesia. Di sana saya memainkan peran sebagai seorang penjual asongan bersama rekan saya Tarikem, kata teman-teman saya cocok berperan seperti orang jualan, apa memang iya ya ? Saya pun termotivasi saat sebelumnya mendapat apresiasi positif dari kak Agustina dan Bang Azwar setelah berduet dengan mbak Tari. Di malam apresiasi seni semuanya menjadi kesan manis, melihat aneka ragamnya pakaian daerah, lagu daerah, dan tarian daerah. Bahkan lebih special karena pak Ahok datang untuk menyemangati kami. Yang special lagi adalah penampilan tari Saman, hanya manusia di atas rata-ratalah yang bisa menari Saman setelah latihan 3 hari. Ada juga kolaborasi tarian daerah, lagu daerah, dan aksi bersama di atas panggung. Di akhir acara, semua tumpah ruah merasakan kegembiraan dan keharuan atas kerja keras demi cultural performance ini. Terimakasih ya Allah, semuanya berjalan dengan lancar dan kami bersyukur menjadi keluarga baru GMB. Banyak pelajaran yang kami dapatkan selama menjalani YA & YLF ini. Pelajaran tentang makna hidup untuk saling berbagi, pelajaran untuk menemukan jati diri, pelajaran untuk saling bertoleransi, pelajaran untuk saling menghargai, dan pelajaran hidup untuk saling mencintai segala karunia Allah. Akhirnya, kami kembali ke daerah masing-masing untuk melaksanakan program Gerakan Mari Berbagi, mengajak orang-orang di sekitar untuk berbuat baik dan menjaga integritas diri. Terimakasih Bang Azwar dkk, para volunteers, para inspiring leaders, dan tentunya peserta tercinta. Terimakasih Kemenpora yang sudah menyediakan asrama,konsumsi,dan kebutuhan peserta selama 9 hari. Thanks for Richard Cronin,kak Aya,Kaka Dede,Kak Sherly,Kak Muna,Bang Fachri,Kang Hambar,kang Safril,Kak Agus pastinya,dan semua pihak yang telah bekerja sama :) Sampai bertemu di tahap selanjutnya. Permintaan maaf untuk keluarga UKMF Penelitian Screen, Turun Tangan Jogja, FSAK SMA N 2 Yogyakarta, APYO, Ikatan Remaja Ngemplak, dll yang untuk sementara kemarin belum bisa saya bersamai. Salam inspirasi, GMB! “GMB yang tidak kulupakan, tempat kita berlatih bersama, menggembleng jiwa dan raga menjadi pemuka pemuda, menjadi pemuka pemuda.. Sabang Merauke wilayah Indonesia, tempat kita jumpa di latihan pemuda.. tak kan terlupakan pengalaman ini, menjadi pemuka pemuda…” Salam berbagi ! Janu Muhammad Alumni Youth Adventure & Youth Leaders Forum 2014 Participant of GMB Homestay Program 2015
0 Comments
Leave a Reply. |
|